Kedudukan Indonesia KEDUDUKAN NEGARA KOLONG

3. Pengertian GSO dalam International Telecommunication Union ITU 1973 dilakukan sedemikian rupa sehingga melebihi daya tampungnya, akan dapat menimbulkan kejenuhan saturated. 23

C. Kedudukan Indonesia

sebagai Negara Kolong dalam Hukum Internasional Negara kolong adalah negara-negara yang tepat berada di bawah garis khatulistiwa yang wilayahnya juga merupakan wilayah negara yang berada tepat di bawah kawasan GSO. Kawasan orbit geostationer adalah merupakan suatu kawasan yang termasuk di dalam wilayah ruang angkasa, dan prinsip Hukum Internasional yang berlaku bagi wilayah ruang angkasa tidak ada menetapkan suatu ketentuan yang mengatur mengenai kedaulatan bagi negara-negara atas wilayah ruang angkasa. Dalam perkembangan Hukum Ruang Angkasa dewasa ini, yang dikaitkan dengan semakin gencarnya usaha yang dilakukan negara-negarapihak-pihak dalam pemanfaatan GSO, telah disadari tentang diperlukannya status hukum yang tegas dan berlaku secara internasional bagi objek-objek ruang angkasa yang diluncurkan. Hal ini berkaitan dengan masalah kedaulatan negara-negara yang dilintasi oleh objek-objek ruang angkasa, pada saat objek-objek ruang angkasa tersebut sedang berada di ruang udaar negara yang sedang dilintasinya, baik dalam perjalanan menuju orbit atau ketika sedang kembali kebumi. 23 Tobing, R.L, Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional Tentang Hukum Dirgantara, Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1999, hal 53-54. Universitas Sumatera Utara Wilayah negara-negara kolong dapat saja tertimpa satelit atau benda-benda buatan manusia lainnya yang diluncurkan keluar angkasa pada waktu yang tidak didugaditentukan sebelumnya. Bila dipandang dari sudut akibatnya, sebagaimana diketahui benda angkasa buatan manusia yang diluncurkan keruang angkasa ada yang mempergunakan sumber tenaga nuklir, maka jika benda tersebut jatuh dapat mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan keselamatan umat manusia, makhluk lain dan lingkungan disekitar jatuhnya benda tersebut. Efek yang dapat timbul oleh jatuhnya benda angkasa yang masih mengandung bahan radioaktif yang jatuh dipermukaan bumi daapat dikemukakan sebagai berikut: 24 1. Efek jangka pendek, terbagi atas dua tipe yaitu tipe ringan dan tipe berat. Gejala-gejala yang nampak pada tipe ringan adalah: sakit tenggorokan, demam malaise, kelelahan, purpura dan haemoglobin serta leukosit berkurang secara drastis. Tipe berat akan ditandai dengan gejala-gejala seperti : timbulnya penyakit tertentu kanker kulit, paru-paru, tulang dan lain-lain yang biasanya terjadi lebih awal dan sulit pengobatannya. 2. Efek jangka panjang, yaitu terjadinya kerusakan terhadap bahan genetik yang dapat mengakibatkan adanya kelainan pada genesis keturunan, manusia yang terkena efek jangka panjang ini akan mengakibatkan keturunannya yang lahir dalam keadaan cacat 24 Juajir Sumardi, Hukum Ruang Angkasa, Jakarta: Pradnya Paramita, 1996, hal. 60 Universitas Sumatera Utara 3. Efek lambat, yaitu radiasi yang mengenai tubuh akan merusak organ-organ tubuh secara pelan-pelan dan baru akan menimbulkan bahaya yang fatal setelah bertahun-tahun. 4. Terjadinya kontaminasi terhadap objek-objek lain di sekitar jatuhnya benda angkasa tesebut, antara lain pada udara, air, makanan dan objek lainnya Dalam suatu pertemuan yang diadakan di Bogota Kolombia pada tahun 1976 beberapa negara yang termasuk ke dalam kelompok negara-negara khatulistiwa yaitu Brazil, Kolombia, Ekuador, Kongo, Zaire, dan Indonesia telah menuangkan kesepakatan-kesepakatan mereka dalam deklarasinya yang menyatakan suatu tuntutan atas orbit geostationer yang berada tepat diatas wilayah mereka. Adapun yang menjadi tuntutan negara-negara tersebut bukanlah merupakan suatu tuntutan yang berdasarkan pada aspek kewilayahan teritorial claim, akan tetapi lebih merupakan reaksi terhadap ketidakadilan dalam pemanfaatan orbit geostationer yang pengaturannya selama ini lebih bertumpu pada doktrin “ first come first served”. Akibat dari penerapan doktrin ini, maka telah sebagian besar kemampuan jalur GSO didominasi oleh negara-negara maju, sebaliknya bagi negara-negara berkembang masih belum dapat memanfaatkannya disebabkan oleh banyaknya keterbatasan-keterbatasan yang ada. Indonesia adalah negara kepulauan yang membentang sepanjang garis khatulistiwa, serta kedudukannya sebagai wilayah penghubung yang terletak pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera. Indonesia sebagai negara khatulistiwa yang terpanjang, secara geografis adalah merupakan negara yang Universitas Sumatera Utara mempunyai kolong yang sama panjangnya dengan segment GSO yang berada di atas wilayah Indonesia. 25 Memperhatikan kondisi geografis yang sedemikian dan juga memperhatikan kemanfaatan GSO sebagai suatu fenomena alam yang dapat dijadikan sebagai tempat bersemayamnya satelit-satelit untuk berbagai kepentingan bangsa Indonesia saat ini dan masa yang akan datang, maka kelangsungan dan kelanggengan serta keamanan dalam pemanfaatan segmen GSO yang berada di wilayah kepentingan Indonesia harus selalu dapat terjamin. 26 Kepentingan Nasional Indonesia sesungguhnya secara eksplisit sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Khusus menyangkut pemanfaatan GSO, maka terkait erat dengan dukungan untuk komunikasi melalui satelit komunikasi untuk kepentingan Indonesia. Dalam kaitan ini kepentingan nasional mendasar yang perlu dipertahankan dan diperjuangkan oleh bangsa Indonesia, antara lain adalah: 1. Terlindungnya bangsa Indonesia dan keutuhan wilayah nasional Republik Indonesia dari setiap tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datiang dari luar maupun dari dalam; 2. Tercipta dan terpeliharanya stabilitas nasional, serta terjadinya stabilitas regional dan internasional demi keberhasilan pembangunan nasional Indonesia selanjutnya; dan 25 Ferry Junigwan Murdiansyah . Kajian Hukum Antariksa Modern: Kisah Klasik Untuk Masa Depan 2 . Di http:ferryjunigwan.wordpress.com20100114kajian-hukum-antariksa- modern-kisah-klasik-untuk-masa depan-2diakses tanggal 1 Oktober 2014 26 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. Terjaganya ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang abadi serta keadilan sosial. 27 Untuk mewujudkan Kepentingan Indonesia tersebut di atas, salah satu cara adalah melalui penggunaan GSO, yaitu dengan memanfaatkan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan potensi GSO seoptimal mungkin untuk mendukung pembangunan nasional, di dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Putusan Indonesia untuk memiliki sendiri satelit komunikasi merupakan suatu putusan yang sangat strategis, karena telah bersama-sama dirasakan bukan saja man- faatnya sebagai alat pemersatu bangsa dan negara, tetapi juga dapat memacu kemampuan teknologi telekomunikasi antariksa Indonesia pada khususnya, dan teknologi antariksa pada umumnya. Selain penggunaan GSO melalui pemanfaatan satelit-satelit yang memiliki dan dioperasikan sendiri, Indonesia juga memanfaatkan satelit-satelit negara lain atau organisasi internasional yang ditempatkan di GSO untuk keperluan pengamatan cuaca, pemantauan lingkungan serta navigasi lalu lintas udara dan lautan. Menyadari bahwa GSO juga potensial untuk digunakan bagi keperluan-keperluan lainnya, maka tidak tertutup kemungkinan dimasa mendatang Indonesia akan ikut memanfaatkan GSO untuk keperluan diluar bidang-bidang aplikasi tersebut di atas. Dengan kondisi dan status pemanfaatan GSO untuk berbagai keperluan tersebut, maka GSO telah menjadi kawasan 27 Agus Pramono. Dasar-Dasar Hukum Udara dan Ruang Angkasa. Bogor: Ghalia Indonesia, 2000 hal125 Universitas Sumatera Utara kepentingan Indonesia yang sangat vital. 28 Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka kepentingan Indonesia atas GSO baik saat ini maupun di masa mendatang adalah: a. Terjaminnya kesinambungan penggunaan GSO oleh Indonesia untuk keperluan telekomunikasi, penyiaran, dan meteorologi serta kemungkinan pengembangan bidang lainnya; b. Terjaminnya satelit-satelit Indonesia dari segala macam ancaman dan gangguan pihak-pihak lain yang dapat merugikan Indoesia; c. Terjaminnya GSO dari penggunaan yang dapat membawa dampak negatif baik terhadap lingkungan GSO itu sendiri mau- pun bumi, khususnya terhadap wilayah In- donesia; c. Adannya peluang bagi Indone- sia untuk setiap saat dapat menggunakan slot orbit dan spektrum frekuensi di GSO apabila sewaktu-waktu diperlakukan Indonesia bagi kepentingan nasionalnya; d. Dapat dihindarkan penggunaan GSO dari segala bentuk kegiatan yang bukan untuk maksud damai dan kemanusiaan. 29 28 Ibid 29 Ibid Universitas Sumatera Utara 43

BAB III SISTEM HUKUM DI RUANG ANGKASA DAN PERBATASAN