misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan. Selain itu pemerintah daerah lebih
menggali sumber daya daerah daerah tersebut guna peningkatan Pendapatan Asli Daerah. 2. Ardi Hamzah 2009
Penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh PendapatanAsli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan
Pengangguran: Pendekatan Analisis Jalur Studi Pada 38 KotaKabupaten di Provinsi Jawa Timur Periode 2001-2006 Penelitian ini menggunakan sample pada 38 daerah
KabupatenKota di Jawa Timur. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah PAD dan Dana Perimbangan secara
langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Publik, PAD dan Dana Perimbangan secara langsung dan tidak langsung melalui Belanja Publik tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Publik secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan secara tidak langsung
melalui Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan dan penggangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi secara langsung berpengaruh secara
signifikan terhadap kemiskinan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggangguran.
3. Ismi Rizky Fitriyanti dan Suryo Pratolo 2009
Penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi Studi pada
Kota, Kabupaten dan Provinsi di DIY. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh APBD tahun 1999-2005, Rasio Kemandirian tahun 2000-2006 dan PDRB tahun 2001-2007.
Penelitian ini menggunakan penelitian sensus dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
Universitas Sumatera Utara
diajukan, dimana yang diteliti adalah keseluruhan elemen dari populasi, yaitu seluruh Kota, Kabupaten dan Propinsi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang didapat dari Badan Pusat Statistik BPS di Propinsi DIY.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap Rasio Kemandirian, terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja
Pembangunan terhadap Rasio Kemandirian, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio
Kemandirian terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Rasio Kemandirian, dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi melalui Rasio Kemandirian.
4. Joko Waluyo 2007
Berdasarkan data yang tersedia dan dengan menggunakan model yang telah dispesifikasikan menunjukkan, bahwa dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui berbagai mekanisme transmisi, yaitu: 1 Melalui mekanisme pemberian dana bagi hasil pajak DBHP, dana bagi hasil sumber daya alam DBHSDA, 2 Melalui
mekasnisme pemberian Dana Alokasi Umum DAU. Dari kedua mekanisme transmisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa:
1 Dana bagi hasil PBB BPHTB dan PPh menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip. Hanya daerah-daerah pusat industri dan jasa yang diuntungkan
Universitas Sumatera Utara
dengan kebijakan ini.Dana bagi hasil SDA DBSDA menghasilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang negatip. Hanya daerah kaya SDA Riau, dan Kaltim yang paling menikmati
pertumbuhan ekonomi positip. Di samping itu kebijakan bagi hasil SDA memperburuk kesenjangan pendapatan antardaerah.
2 Dana Alokasi Umum DAU berfungsi sebagai pemerata fiskal daerah juga merupakan faktor yang paling dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Kebijakan DAU sangat efektif dalam mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah. Dampak desentralisasi fiskal terhadap kesenjangan pendapatan antar daerah lebih
terasa di Kawasan Timur Indonesia KTI dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia KBI. Hal ini ditunjukkan dengan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di KTI
dan berada diatas rata-rata nasional. Pulau Jawa dan Bali merupakan daerah yang paling rendah pertumbuhan ekonominya dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal.
Kesimpulan secara umum menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia belum mampu mengurangi kesenjangan pendapatan antardaerah.
Universitas Sumatera Utara
Table 2.1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Anita Rokhmawati, 2009 Pengaruh Belanja Modal
dan Pendapatan Asli Daerah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Studi pada
Kabupaten dan Kota di Jawa Timur.
Belanja Modal,
Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan
Ekonomi. Kesimpulan yang dapat
diperoleh berdasarkan hasil analisis jalur yaitu:
1 Pendapatan Asli Daerah berpengaruh
positif secara langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi
daerah, 2 Belanja Modal
berpengaruh positif secara langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Ardi Hamzah, 2009 Pengaruh
PendapatanAsli Daerah, Dana Perimbangan dan
Belanja Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,
Kemiskinan dan Pengangguran:
Pendekatan Analisis Jalur Studi Pada 38
KotaKabupaten di Provinsi Jawa Timur
Periode 2001-2006 Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, Belanja Publik,
Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan
Pengangguran PAD, Dana
Perimbangan, dan Belanja Publik baik
secara langsung dan tidak langsung tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Ismi Rizky Fitriyanti dan Suryo Pratolo,
2009 Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap
Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi
Studi pada Kota, Kabupaten dan Provinsi
di DIY Pendapatan Asli Daerah,
Belanja Pembangunan, Pertumbuhan Ekonomi,
Rasio Kemandirian Daerah.
Antara PAD dan Belanja Pembangunan
menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Joko Waluyo, 2007 Dampak Desentralisasi
Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dan Ketimpangan Pendapatan antardaerah
di Indonesia. Dana Bagi Hasil Pajak
DBHP, Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Alam DBHSDA, Dana Alokasi Umum DAU
dan Pertumbuhan Ekonomi.
Dana bagi hasil PBB BPHTB dan
PPh menghasilkan rata-rata
pertumbuhan ekonomi yang negatip.Dana bagi
hasil SDA DBSDA menghasilkan rata-rata
pertumbuhan ekonomi yang negatip. Hanya
daerah kaya SDA Riau, dan Kaltim yang paling
menikmati pertumbuhan ekonomi positip.
Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2009
Universitas Sumatera Utara
C, Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1.