Pada penelitian ini, mahasiswa STTS termasuk remaja yang belum menikah maupun yang telah menikah. Mereka
berada dalam keadaan emosi yang masih meninggi, dibarengi dengan adanya masalah ketika berada dalam
kelompok kerja dan asrama. Sementara itu, mereka sedang belajar untuk menunjukkan tanggung jawab pribadi
sebagai mahasiswa dan terhadap tugas kependetaan istimewa sebagai calon pendeta.
2.2.2.2. Perkembangan masa dewasa.
Selanjutnya, ada
masa dimana
individu meninggalkan
rumah orang
tuanya, memulai
pekerjaan atau karier, membina hubungan intim atau menikah, memiliki dan membesarkan anak, dan mulai
memberikan kontribusi
yang signifikan
kepada lingkungannya. Mereka membuat keputusan yang
akan berdampak terhadap kehidupan mereka, seperti kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesan. Namun
transisi dari remaja menjadi dewasa sebagai individu yang bertanggung jawab, tidaklah terjadi secara
mudah dan segera.
Sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan mencapai usia 40 tahun, maka periode ini berada
pada masa dewasa awal.Dewasa awal merupakan satu tahap yang dianggap kritikal selepas masa remaja.
Individu memiliki pola kritik disebabkan pada masa ini berada pada tahap awal pembentukan karier dan
keluarga, menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat.
1 Perkembangan kognitif
Model rentang kehidupan K. Warner Schaie tentang perkembangan kognitif Schaei Willis,
2000, dalam Papalia, Olds Feldman, 2009 dari masa remaja sampai usia empat puluhan melalui
tahap:
a Tahap perolehan - acquisitive stage masa anak
dan remaja. Anak dan remaja memperoleh informasi dan keterampilan terutama hanya
sekedar
mendapatkannya atau
sebagai persiapan untuk turut serta di masyarakat.
b Tahap pencapaian - achieving stage akhir masa
remaja atau awal dua puluhan hingga awal tiga puluhan. Dewasa awal telah memperoleh
pengetahuan dan
keterampilan dan
menggunakannya untuk
mengejar tujuan,
seperti karier dan keluarga. c
Tahap tanggungjawab – responsible stage akhir tiga puluhan hingga awal enam puluhan.
Individu pada usia paruh baya menggunakan pikiran untuk memecahkan masalah praktis
yang berhubungan dengan tanggung jawab terhadap orang lain, seperti anggota keluarga
dan kerabat lainnya atau karyawan.
d Tahap eksekutif – executive stage tiga puluhan
atau empat puluhan hingga setengah baya. Individu pada tahap eksekutif, yang mungkin
tumpang tindih dengan tahap pencapaian dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap
sistem masyarakat seperti pemerintahan atau organisasi
atau geraka
sosial. Mereka
berhadapan dengan hubungan kompleks pada banyak tingkatan.
2
Perkembangan kepribadian.
Ada empat
pendekatan klasik
terhadap perkembangan psikososial yang diwakili oleh model
tahap normatif, model waktu peristiwa, model trait, dan model tipologis dalam Papalia. Olds, dan
Feldman, 2009.
a Model tahap normatif normative-stage models
berpendapat bahwa orang dewasa mengikuti urutan dasar perubahan psikososial terkait usia
yang sama. Penelitian model tahap normatif telah menenmukan perubahan-perubahan besar yang
dapat
diramalkan dalam
kepribadian ornag
dewasa. b
Model waktu peristiwa timing-events models menyatakan bahwa perubahan tidak terlalu
berkaitan dengan
usia, sebagaimana
pada kemunculan yang diduga atau tak terduga serta
saat terjadinya berbagai peristiwa hidup yang penting.
c Model trait trait models memusatkan pada trait-
trait mental, emosional, dan tingkah laku, seperti keceriaan dan sifat mudah marah. Kebanyakan
penelitian berbasis trait menemukan bahwa kepribadian orang dewasa biasanya dapat terlihat
berubah melalui kemunculan masa dewasa dan bila memang terjadi, melambat setelah masa
tersebut.
d Model
tipologis typological
models mengidentifikasi jenis, atau gaya, kepribadian yang
lebih luas,
yang mewakili
bagaimana sifat
kepribadian diorganisasi pada seseorang. Model- model ini cenderung ditemukan stabil dalam
kepribadian.
Keempat pendekatan perkembangan kepribadian ini
masih terus
dikembangkan berhubung
perkembangan kepribadian individu satu dengan lainnya tidak dapat disamakan. Penelitian pada
mahasiswa STTS melibatkan orang dewasa dimana individu yang satu dengan yang lainnya kemungkinan
berada dalam perkembangan kepribadian yang tidak dapat disamakan dan yang tidak lepas dari perbedaan
latar belakang hidup.
3 Perkembangan agama orang dewasa
Di usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang stabil, cara bertindak
dan bertingkah laku agak bersifat tetap. Juga sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang
dipilih baik dari ajaran agama maupun norma-norma lain dalam kehidupan. Sikap keberagamaan umumnya
dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekadar ikut-ikutan.
Ciri-ciri sikap keberagamaan pada orang dewasa dalam Jalaluddin, 2010, sebagai berikut:
a Menerima
kebenaran agama
berdasarkan pertimbangan
pemikiran yang
matang, bukan
sekadar ikut-ikutan. b
Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan
tingkah laku. c
Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, mempelajari dan memperdalam pemahaman
keagamaan. d
Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap
keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup. e
Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas. f
Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan
pada pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
g Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada
tipe-tipe kepribadian
masing-masing, sehingga
terlihat adanya
pengaruh kepribadian
dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran
agama yang diyakininya. h
Terlihat adanya
hubungan antara
sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga
perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
Pada penelitian ini, mahasiswa STTS sebagian adalah orang dewasa yang telah menikah dan yang
belum menikah, yang telah memiliki gereja lokal dan yang belum memiliki, berasal dari berbagai daerah,
suku, ekonomi, dan budaya di Indonesia. Sebagai mahasiswa, mereka memasuki tanggung jawab baik
pada keluarga juga pada tugas serta tidak lepas dari tuntutan hidup dalam masyarakat dan pemenuhan
kebutuhan hidup. Tantangan besar untuk meraih keberhasilan sebagai mahasiswa bukanlah hal yang
mudah dan juga bila berhadapan dengan pergesekan hubungan diantara mereka.
Disadari atau
tidak, setiap
individu pasti
menghadapi tugas-tugas perkembangannya masing- masing sesuai golongannya dengan tantangan dan
kesulitannya sendiri, serta dapat berada dalam hubungan baik atau tidak dengan individu lain. Dalam
tugas perkembangan hidup yang melewati suatu periode dan beranjak ke periode berikutnya, jika
berhasil akan menimbulkan rasa bahagia, dan tetap sehat dalam dirinya sendiri juga dalam hubungannya
dengan individu lain.
2.3. EMPATI 2.3.1. Definisi empati