lebih positif dan membuang yang negatif yakni menghindar – avoidance, dan balas dendam – revenge pada individu
yang telah merugikannya di masa lalu Worthington, 2005 serta McCullough, Root Cohen, 2006.
Ada tiga fitur penting dalam pemaafan yang dinyatakan oleh McCullough dan Worthington dalam Loewenthal,
2007: 1.
Persepsi bahwa tindakan orang lain adalah hal yang berbahaya, menyakitkan, tidak bermoral, atau tidak
adil. 2.
Persepsi ini mendatangkan respon emosional seperti kemarahan; respon emosional seperti keinginan
untuk menyakiti transgresor; respon kognitif atau perilaku, seperti tindakan agresif dan hilangnya rasa
hormat.
3. Dengan pemaafan, respon emosional negatif,
motivasional, kognitif, dapat melanjutkan hubungan interpersonal yang prososial dan harmonis.
Dari beberapa definisi di atas, maka untuk tujuan penelitian ini, definisi pemaafan yang akan digunakan yaitu
memaafkan segala kekeliruan masa lalu yang menyakitkan dengan berbuat lebih baik, tidak memiliki rasa dendam, dan
menghentikan sikap menghindari dengan emosi yang positif.
2.1.2. Teori Pemaafan forgiveness
Adapun teori forgiveness yang peneliti paparkan sebagai berikut :
Teori McCullough Worthington, 2005 serta McCullough,
Root Cohen, 2006 adalah motivasi berbuat baik benevolence motivations yaitu bertambahnya dorongan
untuk berbuat baik dari kesalahan yang telah dilakukan dengan tidak menghindar dan tidak ingin membalas
dendam.
McCullough dalam Wohl, DeShea Wahkinney, 2008 menentukan pemaafan sebagai konstelasi motivasi
prososial. Individu dimotivasi untuk tidak menghindari pembuat kesalahan dan bukan untuk membalas dendam.
Selanjutnya saat melaksanakan pemaafan, ingatan kepada transgresor dan kejahatannya tidak lagi memotivasi mereka
terhadap perilaku tersebut.
Worthington, Sharp, Lerner, dan Sharp 2006 menyatakan bahwa motif dalam hidup individu sering
bersaing dan dapat bertransformasi. Penggantian emosional emotional replacement yaitu penggantian emosi negatif
dengan emosi positif dapat berkontribusi untuk mengubah motif. Emosi positif sering berbaur bersama-sama untuk
membentuk ekspresi positif yang kompleks dan emosi negatif berbaur untuk membentuk ekspresi negatif yang
kompleks pula Damasio, 1999, dalam Worthington, Sharp, Lerner dan Sharp, 2006. Ketika berada pada emosi negatif
yang
meliputi kemarahan,
ketakutan, kebencian,
permusuhan, kepahitan, maka tidak melakukan pemaafan Worthington dan Scherer, 2004. Emosi positif yang
mengarah pada pemaafan telah diidentifikasi sebagai empati, simpati, kasih, cinta romantis, dan cinta altruistik
Worthington dkk., 2001; Wade dan Worthington, 2002 dalam Worthington dan Scherer, 2004. Pengalaman
sejumlah emosi positif diperlukan untuk menetralkan unforgiveness sehingga forgiveness bisa terjadi sebagian saja
atau sepenuhnya. Sesuai pendapat Worthington, Sharp, Lerner, dan Sharp, 2006 menyatakan bahwa ketika
stimulus diberikan setelah suatu transgresi, maka motivasi terpicu untuk hadir dan mungkin bertindak pada basis
kebajikan. Dengan demikian, motif balas dendam diubah dengan motif belas kasihan, kasih, altruisme, konsiliasi, dan
cinta.
Dari teori yang dinyatakan seperti di atas, maka peneliti menggunakan teori McCullough karena individu akan
melakukan pemaafan
jika memiliki
motivasi yang
dipengaruhi oleh emosi.
2.1.3. KomponenDimensi Pemaafan