PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA SISWA-SISWI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

SOCIOECONOMIC STATUS EFFECT OF PARENTS TO THE CHILDREN LEARNING MOTIVATION

ON STUDENTS IN CLASS X AND XI SMA NEGERI 10 Bandar Lampung By

Gede Arye Sujane

This study aims to determine the effect of socioeconomic status of parents to the children learning motivation. In this study, using quantitative methods. The study population was students of class X and XI SMAN 10 Bandar Lampung. The number of samples in this research is 87 respondents taken by purposive sampling. Data collection techniques in this study using observations, questionnaires, interviews and literature. While the analysis of data using simple regression test. The hypothesis of this study is Ho: no influence and Ha: there is an influence. Based on the results of a simple regression analysis were conducted, stating that Ho refused those there is influence between education level and the type of employment of parents of children learning motivation is parental education level of 0,000 and 0,003 types of work those the strength of influence between variables were categorized. This research resulted in the conclusion that the phenomenon of parents' education level and the type of work the parents had a huge contribution to the child's motivation to learn in SMAN 10 Bandar Lampung

Keywords: parental education level and the type of work the parents, the child's learning motivation


(2)

MOTIVASI BELAJAR ANAK

PADA SISWA-SISWI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG

Oleh

Gede Arye Sujane

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status sosioal ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar anak. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 87 responden, diambil secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier sederhana. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ho : tidak ada pengaruh dan Ha : terdapat pengaruh. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana yang dilakukan, menyatakan Ho ditolak dengan demikian terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua terhadap motivasi belajar anak yaitu tingkat pendidikan orang tua sebesar 0,000 dan jenis pekerjaan sebesar 0,003 dengan demikian kekuatan pengaruh antar variabel dikategorikan sedang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa fenomena tingkat pendidikan orang tua dan jenis pekerjaan orang tua memiliki kontribusi yang besar terhadap motivasi belajar anak di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

Kata Kunci: tingkat pendidikan orang tua dan jenis pekerjaan orang tua ,motivasi belajar anak


(3)

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK

(Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung)

Oleh

GEDE ARYE SUJANE

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

GEDE ARYE SUJANE

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...71 Gambar 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...72 Gambar 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ...73 Gambar 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua...74 Gambar 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua....75 Gambar 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang Tua...76 Gambar 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Motivasi Belajar Anak...77 Gambar 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Yang Mengikuti

Les/Bimbel...78 Gambar 5.9 Kateristik Responden Berdasarkan Sering Membolos Atau Yang Tidak Membolos...79


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... ... 8

2.1 Tinjauan Tentang Pengaruh... ... 8

2.2 Tinjauan Tentang Status Sosial Ekonomi ... 9

2.3 Tinjauan Tentang Orangtua... 17

2.4 Tinjauan Tentang Perilaku ... 18

2.5 Motivasi... ... 20

2.5.1 Macam-Macam Motivasi ... 22

2.5.2 Tingkat Motivasi... 30

2.6 Tinjauan Tentang Anak ... 30

2.7 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku Anak ... 32

2.8 Kerangka Pikir... ... 33

2.9 Hipotesis... 35

BAB III METODE PENELITIAN…... 37

3.1 Tipe Penelitian ... 37

3.2 Definisi Konseptual ... 38

3.2.1 Motivasi Belajar ... 39


(7)

3.4 Definisi Operasional... 41

3.5 Penetapan Lokasi Penelitian ... 47

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 51

3.9 Teknik Analisa Data ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 54

4.1 Sejarah Berdirinya Sma Negeri 10 Bandar Lampung... 54

4.2 Situasi Dan Kondisi Sekolah Secara Umum... 56

4.2.1 Situasi Pengolaan Data... 56

4.2.2 Fasilitas Fisik... 57

4.2.3 Keadaan Laboratorium Sekolah... 58

4.2.3 Keadaan Perpustakaan Sekolah... 59

4.2.4 Tata Usaha... 60

4.3 Penyusunan Kurikulum... 60

4.3.1 Penyusunan Program Per Semester... 60

4.3.2 Penyusunan Satuan Pembelajaran... 60

4.3.3 Kegiatan Ko-kurikuler dan Ekstrakulikuler... 61

4.4 Obser Vasi Kegiatan Administrasi Seolah... 62

4.5 Prestasi Siswa... 64

4.6 Peraturan Tata Tertip Sekolah... 64

4.6.1 Kewajiban Bagi Siswa... 65

4.6.2 Larangan Bagi Siswa... 67

4.6.3 Sanksi-sanksi Bagi Siswa... 69

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 70

5.1 Hasil Penelitian... 70

5.1.1 Identitas Responden... 70

5.1.2 Status Sosial Ekonomi... 80

5.1.3 Motivasi... 90

5.2 Pembahasan... 102

5.2.1 Tabel Silang... 102


(8)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 108 6.1 Kesimpulan... 108 6.2 Saran... 109 DAFTAR PUSTAKA ………. ... Iii LAMPIRAN-LAMPIRAN ... iii


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Jumlah Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10

Bandar Lampung ...45

Tabel 2. Jenis Laboratorium di SMA Negeri 10 Bandar Lampung...58

Tabel 3. Jumlah Pegawai SMA Negeri10 Bandar Lampung...63

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Orang Tua...80

Tabel 5. Orang Tua Pernah Mengikuti Kursus...81

Tabel 6. Tempat Orang Tua Mengikuti Kursus...82

Tabel 7. Jenis Pekerjaan Orang Tua...82

Tabel 8. Penghasilan Perbulan Orang Tua...83

Tabel 9. Alat Komunikasi Yang Dimiliki Orang Tua...84

Tabel 10. Kekayaan Lain Yang Dimiliki Orang Tua...84

Tabel 11. Usaha Lain Selain Pekerjaan Pokok...85

Tabel 12. Tempat Tinggal Orang Tua...85

Tabel 13. Jenis Rumah Yang Ditempati Orang Tua...86

Tabel 14. Jenis Lantai Rumah Yang Ditempati Orang Tua...87

Tabel 15. Sumber Penerangan Utama Rumah Orang Tua...87

Tabel 16. Bahan Bakar Utama Untuk Memasak Orang Tua...88

Tabel 17. Barang-barang Yang Dimiliki Oleh Orang Tua...89

Tabel 18. Kondisi Atap Rumah Orang Tua...89

Tabel 19. Berusaha Mengerjakan Soal-soal Pelajaran Yang Memerlukan Ketelitian,Kecermatan Dan Ketepatan...91

Tabel 20. Berusaha Belajar Sendiri Dirumah...92

Tabel 21. Bertanya Kepada Guru Setiap Pelajaran Yang Belum Dimengerti...92

Tabel 22. Berusaha Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Oleh Guru...93

Tabel 23. Mengerjakan Soal Yang Berhubungan Dengan Mata Pelajaran...93

Tabel 24. Mengulang kembali Mata Pelajaran Yang Telah Diberikan Oleh Guru ...94


(10)

Tabel 25. Mengikuti Kegiatan Yang Ada Disekolah...95

Tabel 26. Melakukan Kegiatan Disekolah...95

Tabel 27. Merespon Pelajaran Dikels...96

Tabel 28. Selalu Mengajukan Pertanyaan Saat Belajar...96

Tabel 29. Mengikuti Les/Bimbel...97

Tabel 30. Tempat Mengikuti Les/Bimbel...97

Tabel 31. Lamanya Mengikuti Les/Bimbel...98

Tabel 32. Dalam Seminggu Mengikuti Les/Bimbel...99

Tabel 33. Peringkat Dalam Kelas...99

Tabel 34. Mengikuti Kegiatan Ektrakulikuler Disekolah...100

Tabel 35. Ektrakulikuler Yang Diikuti Disekolah...100

Tabel 36. Respon Terhadap Ektrakulikuler...101


(11)

(12)

(13)

(14)

Lebih baik melaksanakan kewajiban sendiri

walaupun penuh kekurangan,dari pada melakukan

kewajiban orang lain dengan sempurna. Lebih baik

mati dalam tugas kewajiban sendiri dari pada

melakukan kewajiban orang lain yang sangat

berbahaya

(Bhagawad Gita. Bab III Sloka 39)

“Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan

hidup yang mandiri optimis, karena hidup

terus mengalir dan kehidupan terus berputar

sesekali liat kebelakang untuk melanjutkan

perjalanan yang tiada ujung


(15)

PERSEMBAHAN

Setiap goresan tinta ini adalah wujud dari keagungan dan

kasih sayang yang diberikan Tuhan Maha Esa kepada

umatnya.

Setiap detik waktu menyelesaikan karya tulis ini merupakan

hasil getaran doa kedua orang tua, saudara, dan orang-orang

terkasih yang mengalir tiada henti.

Setiap pancaran semangat dalam penulisan ini merupakan

dorongan dan dukungan dari sahabat-sahabatku tercinta.

Setiap makna pokok bahasan pada bab-bab dalam sekripsi ini

merupakan hempasan kritik dan saran dari teman-teman


(16)

Penulis bernama lengkap Gede Arye Sujane. Lahir di Mulyasari Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Waykanan pada tanggal 02 Febuari 1992. Penulis merupakan anak kelima dari Enam bersaudara, dari pasangan Bapak I Made Buku dan Ibu Wayan Sukle. Penulis memiliki satu kakak laki-laki dan tiga kakak perempuan dan satu adik perempuan.

Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Hindu. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :

1. SDN Mulyasari, diselesaikan pada tahun 2005

2. SMP N 4 Negeri Agung, diselesaikan pada tahun 2008

3. SMA Negeri 10 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi. Pada Januari 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Raja Basa Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan. Pada semester akhir tahun 2015 penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak (Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung)”.


(17)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar

Anak (Studi Pada Siswa-Siswi Kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung)”. adalah

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosiologi di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku dekan Fisip Unila;

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan dosen Pembimbing Akademik;

3. Ibu Dra. Paraswati Daril Milyan, selaku pembimbing utama atas kesabaran dan ketulusan dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini serta memberikan semangat tiada henti;

4. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H., selaku dosen penguji atas masukan, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini;

5. Seluruh Dosen dan staf administrasi Fisip Unila;

6. Seluruh keluarga besarku, yang telah memberikan yang telah memberikan do’a dan

dukungan nya.

7. Kedua orang tua tercinta , Ibu Wayan Sukle dan Bapak I Made Buku atas kasih


(18)

semangat;

9. Kakak kandung ku yang tersayang Wayan Gutre,Kadek Rahayu,Komang Nurmiyati,Ketut Titik Purwati dan Adik Saya Kadek Rindani yang tiada henti memberiku nasehat, dukungan, doa serta kesetiaannya menanti kesuksesanku;

10. Keponakanku tersayang Dika, Andre, Aditiya, Putu Pinka, Ninggrum, Pradnya, Nia, Agus Sadawi,Windu dan Putu Bagus yang selalu memberikan keceriaan dan semangat untukku melalui wajah lucu dan manis kalian;

11. Buat Angga, Hapis, Moran, Deni sahabat yang paling terbaik ku dan yang selalu ada saat susah ataupun senang kita jalanin bersama-sama.

12. Sahabat-sahabat ku Alvin, Mpip, Wisnu Lidi, Zibon, Agung, Oji, Firman, Mon, Upik, Putri, Eca, Jajak, Agun, Kuming, Badrun dan Tobi yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

13.Buat pacar ku tercinta Meri Susanti terimakasih atas do’a kasih, dukungan semngat,

kesabaran dan keceriaan yang selalu diberikan kepada penulis.

14. Teman-teman Kontrakan yang sering belanja bareng, makan bareng dan saling melepas penat untuk Wayan Jabrik, Made Lugre, Ketut Gojo dan Boglar yang selalu heboh kalau dah ngerumpi;

15. Teman-teman satu bimbingan yang saling menyemangati untuk Hesti Mega Ninggrum semangat ya Hesti , semoga sukses selalu;

16. Semua temen-temen jurusan Sosiologi angkatan 2011 : Lilian, Anggun, Yani, Arum, Nora, Siska, Desi, Alfi, Dina, Monika D, Pipit, Fachri, Pandi, Yudi, Hengki, Arif, Tomi, Agus, Windu, Fahru, Imam, Putu, Mirdalina, Agung, Anas, Davit, Yoga, Eva, Tata, Widia, Siti, Meiga, Nova, Yuliatika, Fatiah, Yulica, Tiara, Uti, Eri, Kiki, Yosi,


(19)

Nisa N, Cindi, Nisa P, Partini, Marlina, Nia, dan Anton, Angga , Hapis, Moran dan Deni Terima kasih atas kebaikan kalian selama ini semoga silaturahmi kita tetap terjaga;

17. Teman-teman KKN tercinta yang telah memberikan cerita baru, pengalaman, serta pelajaran yang berkesan untuk penulis. Kepada Bang Galang (kordes), Zahara (sekertaris), Ata, Bang Aji. Gita, , Mbhoot, Heral penulis ucapkan terima kasih atas kerja sama yang solid selama 40 hari di Desa Titian Wangi;

18. Ibu Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Bandar Lampung serta Siswa-Siswi Kelas X dan XI yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner;

19. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini belum seideal dan sebaik harapan, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 26 Oktober 2015 Penulis


(20)

1.1 Latar Belakang

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak banyak menggambarkan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat.Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain.Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).

Seperti yang diungkapkan Aristoteles (dalam Soekanto,2000:227) mengatakan bahwa di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-tengahnya.Ucapan demikian sedikit banyak membuktikan bahwa di zaman itu, dan sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-bertingkat dari bawah ke atas, terlebih pada masyarakat sekarang ini.


(21)

2

Menurut Bossard dan Boll (dalam Ahmadi, 1991:110) jugabahwa kelas-kelas sosial dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu upper class,middle classdan

lower class, dan apa yang disebut Bossard dan Boll yang biasanya pembagian-pembagian kelas di masyarakat salah satunya berdasarkan status sosial ekonomi individu tersebut.

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak dalam memberikan dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Untuk belajar menghormati orang yang lebih tua membantu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul.Keluarga juga merupakan unit-unit sosial ekonomi yang menjadikan perilaku-perilaku sosial sebagai agent of change dan peran-peran ekonomi sebagai pelaku ekonomi. Menurut Sri Lestari dalam bukunya yang berjudul Psikologi keluarga, terdapat 6 fungsi keluarga yakni :

1. Fungsi Pengatur Keturunan

Tujuan utama dibentuknya suatu keluarga adalah untuk menurunkan generasi dengan melanjutkan jalannya keturunan. Jadi dulu orangtua kita menikah untuk mendapatkan keturunan yang nantinya akan melanjutkan atau meneruskan rantai keturunan saat orangtua kita sudah tua dan tiada.

2. Fungsi Sosial dan Pendidikan

Keluarga juga difungsikan untuk sosial dan mendidik. Mengapa ? Karena fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk jatidirinya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial, agar si anak dapat


(22)

berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Jadi, dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang senyatanya baik dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik, yang indah, yang patut, dsb. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya dengan menguasai sarana-sarananya. Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar sekali terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga, khususnya seorang ibu. Inilah yang dinamakan proses aktualisasi didalam keluarga.

3. Fungsi Pelindung

Keluarga disebut fungsi plindung karena keluarga akan melindungi anggota dari bahaya yang dihadapi.Inilah yang disebut sikap toleransi antar anggota keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga sebagai fungsi ekonomi karena didalam keluargalah kita belajar mandiri. Mandiri dalam mengatur waktu, mengatur uang, mengatur pembiayaan hidup sendiri. Dalam keluarga, orangtualah yang mencari nafkah (uang). Jadi sebagai orangtua, mereka akan pintar pintar mengatur keuangan untuk keidupan sehari hari akan semau kebutuhan bisa terpenuhi.


(23)

4

5. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan disini maksudnya perhatian terhadap anggota keluarga yang sedang tertimpa musibah. Misalnya seorang anak sedang sakit. Maka sang ibu merawat dan memberi perhatian lebih kepada anak tersebut agar cepat sembuh. Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain.

6. Fungsi Status

Mengapa keluarga difungsikan sebagai penentu status seseorang? Jadi misalnya seseorang merupakan anggota keluarga dari orang penting di negara ini. Misalnya saja Presiden. Maka orang tersebut otomatis derajat akan ikut terangkat karena orang lain menganggap dia adalah anggota keluarga orang penting di negara ini.

Itulah beberapa fungsi keluarga yang sangat mempengaruhi kehidupan kita. Karena kita masih memiliki keluarga yang senantiasa ada, meskipun keluarga tiap tiap orang memiliki sifat yang berbeda. Jadi kita harus bersyukur karena kita hidup tidak sendirian(Sri Lestari,2012:179). Orangtua diharapkan dapat membantu anaknya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk mengatasi masalahnya secara realistis dan simpati. Oleh karena itu, keluarga sebagai tempat untuk mengkondisikan pemberian nilai positif pada anak.Status sosial ekonomi orangtua terkadang mempengaruhi perilaku seorang anak dalam keluarga, misalnya, anak yang berdasarkan ekonomi orang tuanya cukup berada, biasanya hanya bersenang-senang dan berfoya-foya. Sehingga banyak anak yang berasal dari golongan mampu bersifat konsumtif atau boros, karena seperti


(24)

diketahui bahwa keluarga merupakan lingkungan atau tempat pertama terjadinya proses pembentukan diri seorang anak(Soekanto, 1992:85).

Seperti fenomena yang terjadi di SMA Negeri 10Bandar Lampung, siswa yang status sosial ekonomi yang tinggi menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang bersama teman-teman yang memiliki status sosial ekonomi yang sama, bertolak belakang dengan status sosial ekonominya rendah siswa tersebut akan menghemat seminim mungkin pengeluaran yang ada dan memanfatkan waktu mereka untuk belajar dan membantu orangtua di rumah.

Status sosial ekonomi orangtua juga diperlukan dalam memenuhi kebutuhan pokok keluarga agar kehidupan keluarga tetap berlangsung dan selain itu juga berpengaruh terhadap berlangsungnya fungsi keluarga sebagai unit sosial ekonomi yang membentuk dasar kehidupan sosial ekonomi bagi anak-anaknya (Soekanto, 1992:85). Orangtua mempunyai peranan yang sangat besar dalam mendidik anak. Anak harus dilatih untuk mengembangkan konsep diri yang baik (positif). Lingkungan keluarga akan pengembangan pribadi anak, meskipun yang lainnya juga turut menunjang dan sangat berperan sekali.

Menurut Soekanto (1992:85) pendapatan orangtua berfungsi sebagai unit sosial-ekonomi yang secara materil memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya, apabila orangtua tidak bisa menjalankan fungsi tersebut secara bijak, maka akan menimbulkan dampak buruk pada perilaku anak. Setiap orangtua menginginkan anaknya berperilaku sesuai yang apa diharapkan, oleh karena itu, orangtua


(25)

6

hendaknya memberikan contoh-contoh pada anak dan menanamkan nilai-nilai positif pada anak, sehingga semua bimbingan, arahan, perhatian, dan motivasi serta nilai-nilai yang telah diajarkan orangtua tertanam dengan baik. Ukuran keberhasilan penerapan peranan orangtua sebagai pendidik dalam keluarga dapat dilihat dari motivasi belajar anak.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi belajar anak di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi belajar anak di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisa pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi belajar anak di SMA Negeri 10 Bandar Lampung berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan orangtua.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan ini dapat berguna, baik secara teoritis maupun secara praktis.


(26)

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang ilmu sosial khususnya pada disiplin ilmu Sosiologi Keluarga.

b. Secara praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang masalah motivasi belajar anak yang dikaitkan dengan status sosial ekonomi orangtua. 2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Pengaruh

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747), definisi dari kata

pengaruh yakni “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang/benda) yang ikut

membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Jika “pengaruh”

diartikan sebagai hal yang bersifat kolektif dalam masyarakat seperti himpunan,

gerombolan, ataupun organisasi berarti, “daya yang ada atau timbul dari sesuatu

(organisasi, himpunan) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

masyarakat”.

Pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdikbud, 2001:845). Poerwadarminta berpendapat bahwa pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh pada orang lain, (Poerwadarminta, 1984:731). Bila ditinjau dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu hal yang memiliki akibat atau dampak yang ada.


(28)

2.2 Tinjauan tentang Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi menurut M. Sastropraja (1991:53) dalam Kamus Istilah Pendidikan dan Umum (2001:1091) adalah keadaan/kedudukan seseorang dalam masyarakat sekelilingnya. Malo (dalam Barlina, 1994:12) juga memberikan batasan tentang status sosial ekonomi yaitu:

“Status Sosial Ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu didalam struktur tertentu dalam sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yng baru dimainkan oleh si pembawa

status”.

Menurut Chapin (dalam Juariah, 1998:12) status sosial ekonomi merupakan posisi yang ditempati oleh individu atau keluarga berkenaan dengan ukuran rata-rata, yang umunya ditandai dengan pendapatan efektif pemilikan barang-barang, dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya. Weiner (dalam Juariah, 1998:12) juga menambahkan bahwa indeks ciri-ciri status sosial ekonomi yang popular adalah pekerjaan, sumber pendapatan, rumah, dan kawasan tempat tinggal.W.S. Winkel (dalam Barlina 1994:13) menyebutkan bahwa status sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang menunjuk pada kemampuan financial dan material yang dimiliki oleh sebuah keluarga.

Menurut Astrid S. Susanto (dalam Barlina, 1994:68), tinggi rendahnya status sosial masyarakat seseorang dalam masyarakat dapat dilihat dari empat indikator yaitu:

1. Bentuk rumah


(29)

10

3. pekerjaan/profesi 4. Sumber pendapatan

Rogers dan Shocmacker (dalam Barlina, 1994:13) mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki status sosial ekonomi tinggi adalah:

1. Lebih berpendidikan

2. Mempunyai status sosial yang lebih tinggi. Status sosial ini ditandai dengan pendapatan, tingkat kehidupan, kesehatan, prestise, pekerjaan atau jabatan

3. Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar yaitu cenderung untuk lebih meningkatkan lagi status sosial ekonomi dan mereka mengadakan inovasi sebagai salah satu jalan untuk mempertinggi status tersebut

4. Mempunyai ladang lebih luas

5. Mempunyai pekerjaan yang lebih spesifik

Dengan demikian dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa status sosial ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orangtua.

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam pembangunan di segala bidang kehidupan. Peran pendidikan dalam kehidupan seseorang antara lain untuk mengembangkan kepribadian serta sikap positif guna mensiasati berbagai fenomena.


(30)

Mereka yang memiliki pendidikan tinggi berbeda dengan mereka yang berpendidikan rendah, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin luas cara berpikirnya, lebih matang dan bersikap dan bertindak, serta mampu memberikan pemikiran yang lebih rasional terhadap berbagai masalah yang ada termasuk memberikan bimbingan dan arahan kepada anak. Orangtua yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam berperilaku.

Bagaimana pentingnya peranan orangtua dalam pembentukan kepribadian anak diungkapkan oleh Yusuf (dalam Juariah,1998:15) bahwa bentuk dan corak pendidikan yang diberikan sekeluarga, baik itu kemampuan materi dan biaya hidup yang menunjang serta tersedianya kebutuhan-kebutuhan lainnya. Pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, baik secara formal, informal, maupun non formal.

Seperti yang dijelaskanoleh Coombs (dalam Hartini, 2010:18) bahwa seorang ahli perencana pendidikan menjadi tiga yaitu:

a. Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar, sejak seseorang lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari.

b. Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah ialah pendidikan teratur dan bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.


(31)

12

c. Pendidikan nonformal ialah pendidikan yang teratur, dengan sabar dilakukan tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.

Selain pendapat Safaniah (dalam Hartini, 2010:15) Safaniah menyatakan bahwa ada dua jenis pendidikan, yaitu :

a. Pendidikan formal yaitu aktifitas penyelenggaraan pendidikan yang jelas, terorganisir, terprogram secara teratur, dan sistematis serta jelas media integrasi belajar mengajarnya.

b. Pendidikan diluar sekolah

1. Pendidikan nonformal, diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir diluar pendidikan persekolahan, isi pendidikannya terprogram, ada konsekuensi materi berlangsung dalam suatu medan interaksi belajar mengajar yang sedikit banyak terkontrol serta adanya kredensial nilai, meskipun tidak memiliki sanksi legal.

2. Pendidikan informal yaitu segala macam penyelenggaraan aktifitas lembaga berfungsi pendidikannya berlangsung sacara wajar , lebih bersikap mandiri dan sebagai pengalaman belajar individual serta tidak memiliki kredensial nilai.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa jenis pendidikan dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, pendidikan nonformal. Notonegoro (dalam Hartini 2010:16) sendiri membedakan tingkat pendidikan yaitu:


(32)

a. Pendidikan pra sekolah, yang diberikan kepada lembaga pendidikan kanak kanak dimana masa asuhnya dalam tiga tahun.

b. Pendidikan Dasar (SD), dimana masa belajarnya adalah enam tahun.

c. Pendidikan menengah baik umum maupun kejuruan tingkat pertama (SLTP), masa belajarnya tiga tahun.

d. Pendidikan menengah baik umum maupun kejuruan tingkat atas (SLTA), masa belajarnya tiga tahun.

e. Pendidikan tinggi (Akademik, Institusi, Universitas) pada lembaga pendidikan tinggi, lama belajarnya tergantung pada siswa masing-masing.

Tingkat pendidikan orangtua menurut Arikunto (1984:92) dikategorikan sebagai berikut:

1. Pendidikan rendah yaitu tamat SD dan SMP 2. Pendidikan sedang yaitu tamat SMA

3. Pendidikan tinggi yaitu tamat perguruan tinggi

Berdasarkan pendapat diatas, tingkat pendidikan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dilakukan manusia yang dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya. Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal akhir yang dimiliki orangtua responden di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

2. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia dengan berbagai tujuan. Ada yang melakukan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas. Ada yang melakukan pekerjaan karena membutuhkan pekerjaan tersebut dan ada juga yang melakukan


(33)

14

pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, jenis-jenis pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang.

Setiap orang berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan berkewajiban menjalaninya dengan sepenuh hati. Pasalnya jika pekerjaan dilakukan dengan setengah-setengah maka tidak akan jadi keseriusan dalam bekerja. Tentunya ini berefek bagi kondisi ekonominya. (http://www.anneahira.com/jenis-pekerjaan.htm diakses pada hari kamis, 18-10-2014). Setiap orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis-jenis pekerjaan dapat dibedakan berdasarkan hasil dari pekerjaannya,yaitu barang dan jasa.

a. Pekerjaan yang menghasilkan barang.

Jenis pekerjaan ini menghasilkan barang yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti makanan minuman dan perabot rumah tangga, dan lain-lain. Jenis-jenis pekerjaan serta hasilnya yaitu petani menghasilkan padi,jagung,dan lain, pengrajin menghasilkan meja, kursi dan kerajinan lain-lain, peternak menghasilkan telur,daging,dan susu.

1. Pekerjaan yang menghasilkan jasa.

Jenis pekerjaan ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kita membutuhkan pendidikan,layanan kesehatan, layanan transportasi, dan lain-lain. Dokter merupakan pekerjaan yang menghasilkan jasa dalam bidang kesehatan.


(34)

Jenis-jenis pekerjaan serta jasanya yaitu guru berjasa dalam pendidikan, dokter berjasa dalam kesehatan, sopir berjasa dalam layanan transportasi. Jenis pekerjaan lain yang menghasilkan jasa ialah montir,pengacara,polisi tentara, jaksa, hakim, pegawai negeri,perias pengantin,dan perawat. (http://syadiashare.com/jenis-jenis-pekerjaan.html diakses pada hari Kamis, 18-10-2014).

Dengan demikian dapat dikatakan jenis pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Jenis pekerjaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan tetap yang dimiliki orangtua responden yang menghasilkan penghasilan tiap bulannya di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

3. Tingkat pendapatan

Untuk menjalankan dan mempertahankan kelangsungan hidup seseorang harus berusaha dan bekerja. Mereka akan mendapatkan imbalan upah atau imbalan dari hasil pekerjaannya. Upah yang telah diterimanya tersebut, maka dapat membiyai hidupnya, dengan demikian akan dapat meneruskan dan mempertahankan eksistensi kehidupannya.

Pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung kelangsungan kehidupan suatu keluarga. Dimana orangtua sebagai fungsi ekonomis dalam keluarga tersebut akan memenuhi semua kebutuhan demi berlangsungnya hidup keluarganya tersebut. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin tinggi pemenuhan kebutuhan pokok dari anggota keluarga itu.


(35)

16

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa barang atau uang yang diperoleh seseorang dari hasil usaha melakukan pekerjaan. Sumardi (dalam Hartini, 2010:20), mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil yang diperoleh responden beserta keluarga yang bersumber dari sektor formal, sektor informal dalam waktu sebulan yang diukur dengan rupiah, sedangkan menurut Pringgodigdo (1982:217), pendapatan biasanya berupa sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atau dari anggota keluarga dari hasil jerih payah kerjanya.

Pendapatan berupa uang yaitu dari gaji atau upah yang diperoleh dari pekerjaan pokok, kerja lembur dan kerja sampingan. Dari usaha sendiri meliputi komisi dan penjualan dari kerajinan rumah atau pengelolaan usaha. Dari hasil investasi yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja pendapatan berupa barang yaitu beras, transportasi, pengobatan, dan barang produksi hasil konsumsi.Sumardi (dalam Hartini, 2010:20) membagi pendapatan menjadi tiga macam yaitu:

1. Pendapatan pokok, artinya pendapatan utama dan pokok, yaitu hasil yang didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

2. Pendapatan tambahan, yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap bulan, dan selalu berusaha untuk mencari tambahan serta usaha yang dapat menambah penghasilan rumah tangga.

3. Pendapatan keseluruhan, yaitu pendapatan pokok ditambah pendapatan tambahan yag diperoleh keluarga pada setiap bulan.


(36)

Berdasarkan data UMP (Upah Minimum Provinsi) Lampung 2013, upah minimum untuk Provinsi Lampung sebesar Rp1.150.000,00. (http://lampost.co/berita diakses pada hari senin tanggal 20 mei 2013). Berdasarkan data dari UMP untuk mengukur tingkat pendapatan orangtua responden yang diterima setiap bulannya dari pendapatan tetap dan sampingan maka dapat dibagi menjadi tiga tingkat pendapatan, yaitu:

1. <Rp. 1.150.000,00 = tingkat pendapatan rendah

2. >Rp. 1.150.000,00-3.000.000,00 = tingkat pendapatan sedang 3. > Rp. 3.000.000,00- 6.000.000,00= tingkat pendapatan tinggi

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pendapatan yang dimaksud adalah seluruh pendapatan orangtua responden yang didapatkan dari pendapatan tetap ataupun sampingan setiap bulannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keseluruhan baik dari pendapatan pokok maupun sampingan orangtua responden dalam setiap bulannya di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

2.3 Tinjauan Tentang Orang tua

Orangtua adalah hubungan perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara pasangan suami dan istri yang sah dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan pada Tuhan Yang Maha Esa (Gautama, 2000:47). Orangtua merupakan kepala rumah tangga yang terdiri dari suami istri atau bapak dan ibu,


(37)

18

dimana, mereka menjalin kehidupan berkeluarga yang mampu memberikan kasih sayang dan perhatian serta motivasi yang penuh kepada anak-anaknya dalam pencapaian keluarga yang bahagia, harmonis dan tentram.

Dapat dikatakan orangtua dalam penelitian ini adalah teladan utama bagi anak-anaknya. Sehingga baik buruknya seorang anak dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari tergantung didikan orangtua menjaga, merawat, dan membina anaknya sampai dewasa.

2.4 Tinjauan Tentang Perilaku

Perilaku adalah segala tindakan yang disebabkan baik karena dorongan organismenya serta hasrat-hasrat psikologinya maupun karena pengaruh masyarakat dan kebudayaannya menurut Aryono ( dalam Wahyuni, 2010:21). Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas makhluk hidup (organisme) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyi aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia-manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.

Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki


(38)

yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada yang balik tirai tubuh didalam tubuh manusia.

Menurut Mappierre(1982:132) ada lima pola tingkah laku individu yaitu:

1. Tingkah laku untuk mendapatkan pemuasan kebutuhan agar diterima orang lain meliputi:

a. Berusaha menjadi pusat perhatian

b. Suka menyumbang terhadap kemanusiaan c. Baik hati dan suka membantu

d. Giat bekerja keras dan beramal

2. Tingkah laku untuk mendapatkan pemuasan kebutuhan agar mendapatkan penerimaan dan terhindar dari penolakan orang lain yang meliputi:

a. Suka disiplin b. Suka teliti c. Suka kejujuran d. Suka banyak bicara

3. Tingkah laku yang diarahkan untuk mendapat pemuasan kebutuhan menghindari penolakan orang lain meliputi:

a. Pemalu

b. Penyendiri dan penutup c. Pemalas

d. Pencemas

4. Tingkah laku untuk mendapatkan pemuasan kebutuhan agresif yang bersamaan dengan kebutuhan penerimaan menghindari penolakan orang lain meliputi:

a. Menjadi remaja nakal

b. Suka mencampuri urusan orang lain c. Suka mengeluh

d. Tidak merasakan ketenangan

e. Tingkah yang laku diarahkan untuk memenuhi kebutuhan agresif semata meliputi:

f. Sangat pemarah g. Garang dan kejam


(39)

20

Berdasarkan pola dan wujud perilaku diatas menurut Mappiere pola 1 dan 2 digolongkan sebagai wujud perilaku yang tidak baik karena telah menunjukkan sifat perilaku yang agresif dan pasif. Dari beberapa definisi diatas, dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah reaksi yang diwujudkan dalam gerak dan sikap yang dapat dilihat secara langsung dan tidak langsung, baik dari gerakan maupun ucapan.

Menurut Cohen (1995:17), perilaku buruk atau menyimpang merupakan perilaku yang melanggar kebiasaan-kebiasaan atau keinginan-keinginan bersama di dalam masyarakat yang telah dilembagakan bersama yang telah diakui secara sah di dalam suatu sistem sosial. Sedangkan perilaku yang baik atau tidak menyimpang adalah perilaku yang sesuai dengan aturan normatif dan telah diakui dengan sah di dalam masyarakat. Perilaku responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

a. Perilaku baik, seperti tidak melanggar tata tertib peraturan sekolah dan berprestasi di sekolah.

b. Perilaku tidak baik, seperti melanggar tata tertib peraturan sekolah yaitu terlambat sekolah, bolos, mencuri, tawuran,berkelahi, mabuk-mabukan, memakai obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.

2.5 Motivasi

Menurut Mc Donsld (Hamalik, 1992:173), motivasi diartikan merupakan suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya efeksi dan reaksi-reaksi tujuan antisipatori. Perubahan energi psikis dalam diri seseorang


(40)

dapat dilihat dari berbagai bentuknya di dalam berbagai kegiatan nyata dalam mencapai tujuan tertentu. Semakin kuat motivasi seseorang, maka upaya untuk mencapai nya melalui befrbagai aktivitas yang dilakukan juga semakin kuat. Artinya, upaya seseorang untuk mencapai tujuannya sebanding dengan motivasi nya untuk mencapai tujuannya itu.

Hal ini sesuai dengan dikatakan Maslow (1970) bahwa tingkah laku manusia itu di bangkitkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, yakni kebutuhan fisikologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan terhadap aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik, semuanya mampu memotivasi tingkah laku individu. Motivasi jga dapat diartikan yang member alasan, penyebab, atau pendorong seseorang hingga dia melakukan suatu perbuatan. Motivasi selalu menuju ke suatu tujuan, dan tujuan itu disebut ensentif (incentive). Jika yang menjadi motif seseorang itu adalah lapar maka insentifnya adalah makanan, dan jika motifnya harus makan insentifnya adalah minuman, dan sebaginya. Jadi, istilah motif menunjuk pada beberapa ciri,yaitu:

1. Sebagai pendorong manusia untuk berbuat agar kebutuhannya dapat dipenuhi,

2. Menuju kesuatu arah tujuan atau insentif yang hendak dicapai,dan

3. Menseleksi perbuatan perbuatan mana saja yang terlebih dahulu harus diutamakan untuk dipenuhi.


(41)

22

2.5.1 Macam-macam Motivasi

1. Dilihat dari bentuk kejutuhan dasarnya

Dilihat dari bentuk kebutuhan dasarnya, Woodworth (1957) membagi motif menjadi tiga golongan besar, yaitu kebutuhan organik (organic needs), motif darurat (emergencuy motives), dan motif obyektif dan kepentingan (objective motive and interest).

Kebutuhan organik meliputi semua kebutuhan mendasar yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia, seperti lapar- makan, haus–minum, bernafas-udara, seks–kawin , bekerja dan istirahat.Motif darurat timbul karena adanya kebutuhan yang segera harus dipenuhi dan tergantung pada keadaan lingkungan. Contohnya, jika situasinya sekitar memnahayakan seseorang merasa takut maka motif yang muncul adalah melarikan diri dengan tujuan untuk mendapat rasa aman. Seseorang ingin bebas tetapi situasinya menghambat maka ia marah dan motif yang timbul adalah melakukan perlawanan. Jika situasi sekitar merintangi, maka dengan derajat emosi yang berupa ketetapan hati, muncul motif berusaha dengan tujuan untuk menguasai. Jika situasinya atau pada awalnya adalah menyerang yang bertujuan untuk menaklukan, maka keadaan emosinya adalah sangat menginginkan dan motif yang muncul adalah mengejar kepuasan.

Motif obyektif dan kepentingan merupakan suatu motif hyang mendorong seseorang ingin berhubungan dengan pihak lain, baik dengan manusia maupun dengan lingkungan sekitar lainnya, sehingga diistilahkan dengan “the will to live”. Motif ini mencakup semua prilaku seseorang terhadap sesuatu obyek, bahkan


(42)

sudah menjadi kebiasaan. Misalnya, kita berkumpul ngobrol dengan teman-teman atau mendekati sesuatu yang menarik perhatian kita, sehingga motif tersebut seolah-olah kita kesampingkan.

2. Dilihat dari Asalnya

Dilihat dari asalnya maka motivasi dapat di golongkan menjadi dua, yaitu mlotivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut dengan motivasi intrinsikatau motivasi internal dan motivasi yang berasl dari luar diri seseorang yang disebut dengan motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal.Motivasi intrinsik atau motivasi internal adalah motif-motif yang sudah ada di dalam diri seseorang. Motif-motif tersebut diaktifkan sebagai faktor pendorong untuk melakukan sesuatu, tidak perlu adanya rangsangan dari luar.

Dalam motivasi intrinsik ini, tujuannya melekat dengan situasi lingkungan sekitar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan yang diinginkan. Seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu karena dia menyadari bahwa mencapai sesuatu itu adalah sesuai dengan yang diinginkan sendiri, bukan karena berbagai keinginan yang berasal dari luar, seperti ingin dipuji orang lain, mendapat penghargaan tinggi, mendapat hadiah, dan lain sebagainya. Seseorang yang semakin kuat memotivasi intrinsiknya, maka apa yang dilakukannya itu didasarkan atas kesadaran sendiri, sehingga tindakannya itu semakin kurang memrlukan motivasi dari luar dirinya.


(43)

24

Motivasi intrinsik seseorang berhubungan dengan kebutuhannya yang memunculkan kesadaran untuk melakukan berbagai kegiatan, dank arena itu minat seseorang terhadap suatu obyek berkaitan dengan keinginan yang ada pada dirinya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik yang tinggi cenderung memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih berkualitas karena didasarkan pada kesadarannya sendiri.

Motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal merupakan kebalikan dari motivasi intrinsik yang diaktifkan dan berfungsi karena mendapat rangsangan dari luar diri seseorang. Motivasi ekstrinsik terjadi jika seseorang menempatkan tujuan dari tindakannya itu berada di luar faktor-faktor yang ada di dalam dirinya, seseorang melakukan tindakan karena ingin mencapai tujuan-tujuan yang berada di luar apa yang dilakukannya itu, seperti ingin mendapatkan kehormatan, kekuasaan, jabatan, prestasi kerja, hadiah, dan sebagainya.

Motivasi ekstrinsik di dalam banyak hal yang diperlukan seseorang untuk dapat mengaktualisasikan dirinya di dalam berbagai kehidupan sosial. Banyak tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang didasarkan pada motivasi yang berasal dari luar dirinya itu. Akan tetapi, tidak semua faktor-faktor eksternal tersebut menjadi dasar dorongan positif seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan oleh dirinya dan banyak orang lain. Jika motivasi eksternal seseorang mengalahkan motivasi internalnya, bisa jadi hasil yang diperoleh akan merugikan dirinya sendiri dan pihak lain. Misalnya, agar seseorang lebih giat dan disiplin dalam melakukan pekerjaan maka dia diberi insentif berupa sejumlah uang. Disini bukan


(44)

subtansi pekerjaan yang menjadi dasar dorongan seseorang untuk giat dan disiplin untuk bekerja, tetapi karena akan mendapatkan sejumlah uang.

Sesuai dengan proposisi Homans, bahwa jika penghargaan yang diperoleh itu bernilai bagi seseorang maka dia akan mengalami kekurangan penghargaan itu dan akan semakin kehilangan nilainya ketika dia menerimanya sangat serting. Artinya. Lama kelamaan insentif berupa sejumlah uang itu akan semakin kurang bernilai baginya, dan jiaka insentifnya itu tidak dinaikkan maka semangat kerjanya akan kembali menurun. Contoh ini menunjukan bahwa motivasi ekstrinsik tidak selalu berfungsi positif sebagai faktor pendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang lebih produktif, tetapi dapat menjadikan dia tergantung pada insentif yang menyertainya itu.

3. Dilihat dari peranan strategisnya

Motivasi memiliki peranan yang sangat penting di dalam setiap kegiatan yang dilakukan seseorang. Tidak ada orang yang melakukan kegiaatan untuk mencapai sesuatu keinginan tanpa memiliki motivasi. Dilihat dari peranan strategisnya, motivasi dapat menjadi dasar penggerak seseorang dalam melakukan kegiatannya, motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi esktrinsik, motivasi pujian (reward) lebih baik daripada hukuman (punishment), motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan seseorang, dan dapat memupuk optimisme dalam melakukankegiatan, dan dapat melahirkan prestasi kerja (djamarah,2002:119-121).


(45)

26

1. Seseorang melakukan berbagai tindakan karena ada dasar pendoronganya, yaitu motivasi.minat seseorang terhadap sesuatu obyek belum sampai pada tataran motivasi jika belum diwujudkan dalam kegitan nyata minat itu masih berupa kecenderungan psikologis seseorang yang menyenangi suatu obyek yang menjadi di dalam motivasi dan dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi.

2. Seseorang yang tindakan nya dilandasi oleh motivasi intrinsik, maka semangat untuk melakukan tindakan itu akan tinggi, dan dengan sendirinya tindakannya itu sangat sedikit dipengaruhi faktor dari luar. Dia lebih trkonsentrasi bagai mana tindakan yang dilakukan itu dapat mencapai tujuan sebaik-baiknya, bukan karena ingin menghormati, dipuji atau disanjung orng lain. Misalnya, seseorang mahasiswa mengikuti mata kuliah psikologi sosial, bukan didasarkan oleh dorongan memperoleh nilai yang tinggi, tetapi untuk memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sangat logis jika ingin menguasai ilmu pengetahuan psikologis sosial, maka dengan tanpa disuruh dia akan rajin belajar dan berusaha dengan sungguh-sungguh, berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang diberikan dosennya dengan sebaik-baiknya. Konsekuensinya adalah dia akan mudah menjawab soal-soal yang diberikan dosennya, sehingga nilai yang diperolehnya akan tinggi. Berbeda jika motivasinya untuk mengikuti matakuliah psikologi sosial itu semata-mata untuk mendapatkan nilai yang tinggi, maka motivasi belajar yang datang darinya akan rendah, karena baginya yang penting bukan mengusai ilmu sebanyak –banyaknya tetapi untuk mendapatkan nilai yang tinggi, dengan menggunakan berbagai cara bahkan termasuk menggunakan cara-cara yang tidak terpuji.


(46)

3. Motivasi pujian atau penghargaan(reward) lebih baik daripada hukuman (punisment), karena setiap orang akan berusaha untuk menghindari hukuman dan memperoleh penghargaan. Dalama teori pertukaran dinyatakan bahwa seseorang cenderung melakukan tindakan-tindakan yang dianggap paling menguntungkan baginya. Artinya, dia akan melakukan kegiatan yang lebih bnyak mendatangkan imbalan daripada hukuman, yang lebih banyak manfaat bagi dirinya.dalam interaksi sosial sehari-hari di berbagai tempat dan pada situasi sosial yang tepat, memberikan pujian, penghargaan atau imbalan akan meningkat semangat orang dalam melakukan tindakan untuk lebih dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Penjelasan ini bukan berarti bahwa memberi hukuman itu sama sekali tidak penting.

Kompleksitas interaksi dan situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari, untuk menciptakan ketertiban, keamanan dan keteraturan sosial selain diperlukan penghargaan juga diperlukan hukuman. Hanya saja, bentuk yang diberikan lebih tepat jika lebih bersifat mendidik dari pada yang mengandung unsur kekerasan baik secara fisik maupun pskologis. Dalam suatau organisasi, hukuman yang mendidik dapat meningkatkan kesadaran seseorang untuk lebih memahami makna kesalahan dari tindakan yang dilakukan dan meningkatkan tindakan-tindakan yang benar guna mencapai tujuan sendri dan tujuan bersama.

4. Jika motivasi itu menunjuk pada yang menjadi alasan, peyebab atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan dalam mencapai


(47)

28

tujuan yang diinginkan, maka dengan jelas bahwa motivasi itu berhubungan erat dengan kebutuhan seseorang. Kebutuhan seseorang adalah sangat kompleks yang secara umum dapat digolongkan sebagai kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan berkebutuhan. Oleh sebab itu, motivasi dari setiap tindaka seseorang akan selalu diarahkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.

5. Motivasi dapat menumpuk optimism dalam melakukan kegiatan. Terutama pada motivasi intrinsik yang mendasari berbagai tindakan dapat membuat seseorang menjadi lebih yakin terhadap tindakan yang dilakukannya, lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan-kegitannya. Pada situasi ini menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukannya itu tidak sia-sia, bahkan ketika mengalamu hambatan atau kegagalan baik disadari atau tidak dia akan mengamalkan suatu prinsip bahwa “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda” .

6. Derajat motivasi seseorang dalam melakukan berbagai tindakan berpengaruh terhadap prestasi kerjanya. Artinya, tinggi atau rendahnya motivasi seseorang dapat dijadikan sebagai indicator tinggi atau rendahnya prestasi kerjanya. Ketika seseorang menyukai suatu obyek tertentu dan dia dengan penuh kesadaran dan iklas melakukan berbagai tindakan untuk mencapai tujuannya berkaitan dengan obyek tersebut, maka tingkat keberhasilannya akan lebih tinggi. Dia akan berusaha untuk lebih giat dengan sungguh-sungguh dan pantang menyerah dalam mencapai tujuannya itu.


(48)

Contohnya, seperti yang sudah dipaparkan oleh seorang mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah psikologi sosial. Dia menyenangi matakuliah itu dan dosennya juga mendorong selalu untuk belajar giat dan sungguh-sungguh dengan memberikan berbagai alasan tentang pentingnya mempelajari psikologi sosial. Keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan psikologi sosial dan dorongan dari dosennya dapat membangkitkan semagat belajar seorang mahasiswa tersebut. Dalam berbagai kesempatan dia akan berusaha membaca buku-buku literatur yang dianjurkan dan berbagai tulisan lainnya yang berkaitan denagan materi psikologi sosial . pada suatu situasi tindakannya yang seperti itu, maka sangat wajar jika dalam waktu singkat lebih dapat mengusai materi pelajaran psikologi sosial, dan hasil ahirnya akan memuaskan.

4. Dilihat dari jumlah motif yang dimiliki seseorang

Motif yang dimiliki seseorang adalah sebagai alasan, sebab dan pendorong untuk melakukan kegitan-kegiatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dilihat dari jumlahnya, motif tersebut ada yang tunggal dan ada yang jamak. Banyaknya kebutuhan yang dimiliki seseorang agar dapat bertahan hidup dan berkembang dengan baik, menjadikan banyak tindakan yang dilakukan tidak hanya terdiri dari satu motif saja tetapi dari banyak motif secara bersama-sama. Semakin dewasa seseorang, semakin kompleks lingkungannya, dan semakin banyak kebutuhan yang ingin dicapainya, maka tindakan-tindakan yang dilakukan banyak yang didasari oleh lebih dari satu motif.


(49)

30

2.5.2 Tingkat Motivasi

a. Tingkat stimulasi belajar

Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.

b. Tingkat metode belajar

Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.

Maka guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian jelas siswa akan lebih tumbuh serta berkembang dalam upayanya mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya siswa akan selalu bersikap pasif.

2.6 Tinjauan Tentang anak

Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak juga membutuhan orang lain untuk biasa membantu mengembangkan kemampuannya,


(50)

karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelamahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencari taraf kemanusiaan yang normal.

Agustinus (1994:87) mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.

Menurut Sobur (1998:150) juga mengartikan anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Sedangkan definisi anak menurut Haditono (1992:23) anak adalah makhluk yang membutuhkan kasih sayang dan keluarga yang memberi kesempatan kepada anak untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.

Menurut Soekanto (1990:123) menyebutkan bahwa anak-anak adalah golongan penduduk yang berusia antara nol sampai empat belas tahun yang merupakan hasil keturunan dari orangtua atau melalui adopsi didalam keluarga yang secara potensial perlu dibina secara terarah.

Dari beberapa pendapat diatas, anak adalah makhluk yang membutuhkan kasih sayang yang mempunyai pikiran, sikap, dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Anak dalam penelitian ini adalah seseorang yang


(51)

32

mempunyai sikap yang membutuhkan kasih sayangdari keluarganya demi perkembangan Ia untuk kehidupan bersama. Anak dengan kategori usia 15 sampai 18 tahun di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.

2.7 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Motivasi Belajar Anak

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak dalam memberikan dasar perilku perkembangan sikap dan nilai kehidupan masyarakat. Keluarga juga merupakan unit-unit sosial ekonomi yang menjadikan perilaku-perilaku sosial sebagaiagent of changedan peran-peran ekonomi sebagai pelaku ekonomi. Tugas orangtua sebagai mengajarkan kepada anak-anak penguasaan diri, nilai-nilai dan peran-peran sosial, sehingga ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki lingkungan sekunder diluar keluarganya sudah diarahkan dan dibentuk.

Status sosial ekonomi orangtua terdiri dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orangtua mementukan perilaku anak. Apabila status sosial ekonomi orangtuanya tinggi, maka perilaku anak cenderung akan bersenang-senang dan berfoya-foya. Oleh sebab itu perilaku anak yang status sosial ekonominya tinggi akan bersifat konsumtif atau boros. Menurut Soekanto (1992:85) keluarga batih mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang sewajarnya.

b. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, memahami, mentaati, dan menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang berlaku.


(52)

c. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan ekonomis. d. Unit terkecil dalam masyarakat, tempat anggota-anggotanya mendapat

perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.

Dari uraian Soekanto dapat kita simpulkan bahwa keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, dan orangtua berfungsi sebagai unit sosial-ekonomi yang secara materil memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya, apabila orangtua tidak bisa menjalankan fungsi tersebut secara bijak, maka akan menimbulkan dampak buruk pada perilaku anak.

Orangtua mempunyai peranan yang sangat besar dalam mendidik anak. Anak harus dilatih untuk mengembangkan konsep diri yang baik(positif). Lingkungan keluarga berpengaruh akan pengembangan pribadi anak, meskipun yang lainnya juga turut menunjang dan sangat berperan sekali.

Walaupun setiap orangtua menginginkan anaknya berperilaku sesuai apa yang diharapkan, oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan contoh-contoh pada anak dan menanamkan nilai-nlai positif pada anak sehingga semua bimbingan, arahan, perhatian, motivasi, serta nilai-nilai yang diajarkan orangtua tertanam dengan baik. Ukuran keberhasilan penerapan orangtua sebagai pendidik dalam keluarga dapat dilihat dari perilaku anak.

2.8 Kerangka pikir

Keluarga sebagai sebuah intuisi yang memainkan peranan yang besar dalam pewarisan yang besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu kepada


(53)

34

individu lain. Keluarga merupakan institusi sosial dari pertama dan utama yang akan melahirkan satu generasi yang baru dan justru sama dengan generasi sebelumnya.

Keluarga biasanya terdiri dari ayah ibu dan anak. Dimana ayah dan ibu atau orang tua menempati kelas-kelas tertentu di masyarakat yang menurut Bossard dan Boll (dalam Ahmadi, 1991:110) bahwa kelas-kelas sosial dapat dibedakan menjadi tiga macamupper class,middle class, dan lower class, dan pembagian kelas-kelas ini biasanya berdasarkan status sosial ekonomi yang dimiliki oleh orangtua.

Menurut Marx Weber(dalam Abdulsyani, 2002:89), yang mengatakan bahwa sebuah kelas terdiri atas orang-orang life chances nya sama, ialah kepentingan ekonomis dalam milik barang-barang dan kesempatan mempunyai penghasilan, menurut syarat-syarat pasaran barang dan tenaga buruh. Dalam kehidupan bermasyarakat biasanya selalu terdapat perbedaan status antara orang satu dengan orang yang lainnya. Ada yang mempunyai status sosial yang tinggi ada status sosial yang rendah dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kalau dilihat dari bentuknya seakan-akan status sosial ekonomi itu berlapis-lapis dari atas ke bawah. Orangtua sebagai fungsi ekonomis untuk memenuhi kebutuhan di dalam keluarganya. Dalam hal ini, status sosial ekonomi orangtua secara tidak disadari mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam hal perilaku.

Orangtua yang mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi akan memenuhi semua kebutuhan anaknya dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan tersiernya. Hal tersebut yang membedakan antara orangtua yang mempunyai status sosial ekonomi yang tinggi, dan orang tua yang mempunyai status sosial yang rendah.


(54)

Bagi orangtua yang status sosial ekonominya rendah tentunya akan sulit untuk memenuhi segala kebutuhan anaknya dalam fasilitas belajar maupun dalam segi hal kebutuhan pokok anak tersebut. Secara tidak disengaja status sosial ekonomi orang tua tersebut mempengaruhi dalam hal motivasi belajar anak.

Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dalam penelitian ni akan tergambar dalam skema hubungan antar variabel berikut ini:

Variabel (X) Variabel (Y)

2.9 Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

Motivasi Belajar Status Sosial Ekonomi

OrangTua 1. Tingkat Pendidikan (x1)

2. Jenis Pekerjaan (x2)

3. Tingkat Pendapatan (x3)

1. Bimbel diluar sekolah, cek hasil pelajaran di sekolah, berprestasi disekolah, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, mengikuti berbagai

ekskul.

2. Tidak les diluar

sekolah,suka membolos pada jam pelajaran, pasif dalam kelas, tidak berprestasi di

sekolah,tidak aktif dalam kegiatan ekskul.


(55)

36

2010:11). Sehubungan dengan pendapat Arikunto maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ha = ada pengaruh antara tingkat pendidikan orangtua terhadap motivasi belajar anak

b. Ha = ada pengaruh antara tingkat pendapatan orangtua terhadap motivasi belajar anak

c. Ha = ada pengaruh antara jenis pekerjaan orangtua terhadap motivasi belajar anak

d. Ho = tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikanorangtua terhadap motivasi belajar u anak

e. Ho = tidak ada pengaruh antara tingkat pendapatan orangtua terhadap motivasi belajar anak

f. Ho = tidak ada pengaruh antara jenis pekerjaan orangtua terhadap motivasi belajar anak


(56)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dan berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yaitu:

1. Cara ilmiah berati kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis

2. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.

3. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. 4. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan

langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Penelitian ini tergolong kedalam penelitian deskriptif. Bungin (2010:36) menjelaskan bahwa penelitian bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian.


(57)

✂8

Melalui pendekatan kuantitatif sederhana, dengan di bantu tabel tunggal atau tabel silang. Peneliti menggunakan metode ini karena dalam penelitian ini berkaitan erat dengan realita sosial perilaku anak yaitu mengukur pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku anak.

3.2 Definisi Konseptual

Status sosial ekonomi orangtua adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orangtua responden.

a) Tingkat pendidikan orangtua

Pada dasarnya pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan pengalaman, keterampilan dan sikap. Tingkat pendidikan dapat juga menentukan posisi seseorang dalam masyarakat yang akhirnya berpengaruh terhadap penghasilan yang diperoleh. Tingkat pendidikan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal akhir yang ditempuh oleh orangtua responden.

b) Jenis pekerjaan orangtua

Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan manusia dengan berbagai tujuan. Ada yang melakukan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas. Ada yang melakukan pekerjaan karena membutuhkan pekerjaan tersebut dan ada juga yang melakukan pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu, jenis-jenis pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang. Jenis pekerjaan orang


(58)

tua dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan tetap yang dimiliki orangtua responden.

c) Tingkat pendapatan orangtua

Tingkat pendapatan adalah jumlah keseluruhan pendapatan yang diterima atau diperoleh keluarga dalam sebulan, baik berupa barang maupun uang, yang bersumber dari pekerjaan pokok dan tambahan. Tingkat pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keseluruhan yang dihasilkan orangtua responden dalam 1 bulan.

3.2.1 Motivasi Belajar Anak

Untuk melihat bagaimana pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi belajar anak, disini disebutkan bahwa motivasi belajar anak terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Bimbel diluar sekolah, cek hasil pelajaran di sekolah, berprestasi di sekolah, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, mengikuti berbagai exskul.

2. Tidak bimbel diluar sekolah, suka membolos pada jam pelajaran, tidak berpretasi di sekolah, pasif dalam kelas, tidak aktif dalam kegiatan exskul di sekolah.


(59)

☎ ✆

3.3 Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2008:12) variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati, dan sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok.

1. Status Sosial Ekonomi Orangtua (Varibel X)

Status sosial ekonomi orangtua adalah tingkatan atau kedudukan sebuah keluarga di tengah kelompoknya dan posisi yang disandangnya dilengkapi dengan berbagai faktor diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orangtua responden.

a) Tingkat pendidikan yang dimaksudkan di penelitian ini tingkat pendidikan formal akhir yang dimiliki orangtua responden di SMA Negeri 10 Bandar Lampung. (X1).

b) Jenis pekerjaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis pekerjaan tetap yang dimiliki orang tua responden yang menghasilkan pendapatan tiap bulannya di SMA Negeri 10 Bandar Lampung. (X2).

c) Tingkat pendapatan yang dimaksudkan didalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan keseluruhan yang dihasilkan orangtua responden dalam 1 bulan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung. (X3).

2. Motivasi belajar (Variabel Y)

Untuk melihat bagaimana pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi belajar anak, disini disebutkan bahwa perilaku anak terbagi menjadi dua, yaitu:


(60)

a. Bimbel diluar sekolah, cek hasil pelajaran di sekolah, berprestasi di sekolah, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, mengikuti berbagai ekskul.

b. Tidak bimbel diluar sekolah, suka membolos pada jam pelajaran, tidak berpretasi di sekolah, pasif dalam kelas, tidak aktif dalam kegiatan ekskul di sekolah.

3.4 Definisi Operasiaonal

Menurut Singarimbun dan Efendi (1989) definisi operasional adalah kumpulan dari berbagai unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Tabel 1. operasionalisasi konsep penelitian

Variabel Indikator Kategori Responden

Status Sosial

Tingkat Pendidikan

a. Pendidikan terahir ayah anda?

b. Ayah anda pernah mengikuti kursus?

1. Tamat Diploma/Sarjana/S2 2. Tamat SMA/SMK/MA/Sederajat 3. Tamat SMP/MTs/Sederajat 4. Tamat SD dan atau tidak sekolah

1. Pernah,lamanya pendidikan lebih dari 1 tahun

2. Pernah, lamanya pendidikan antara 6 bulan sampai 1 tahun

3. Pernah, lamanya pendidikan kurang dari 6 bulan


(61)

✟ ✠

c. Ayah anda kursus?

1. Lembaga pemerintah abri 2. Lembaga pemerintah non abri 3. Kursus swasta

4. Tidak pernah

Kedudukan Jenis Pekerjaan a. Pekerjaan ayah/wali anda? 1. PNS 2. Swasta 3. Wiraswasta 4. Petani/buruh Pendapatan orang tua

a. Penghasilan ayah anda (termasuk gaji pokok dan penghasilan sampingan) ?

b. Alat komunikasi yang dimiliki keluarga anda?

c. Kekayaan yang dimiliki orang tua anda?

d. Orang tua anda punya bisnis / usaha lain selain pekerjaan pokok?

1. Lebih dari 3 juta rupiah

2. Rp. 1.500.000 sampai Rp. 3 000.000 3. Rp. 500.000 sampai Rp. 1. 500.000 4. 0–Rp. 500.00

1. HP

2. Telepon rumah 3. Intertnet 4. Tidak punya

1. Tanah / rumah 2. Tabungan / deposito 3. Mobil / motor / sepeda 4. Tidak ada

1. Pabrik 2. Toko 3. Warung 4. Tidak ada


(62)

Tingkat Pendapatan

e. Rumah orang tua anda?

f. Jenis rumah yang ditempati keluarga anda?

g. Jenis lantai rumah keluarga anda?

h. Apakah sumber penerangan utama?

i. Apakah bahan bakar utama untuk memasak?

j. Barang-barang elektronik yang dimiliki orang tua?

1. Rumah sendiri 2. Sewa / kontrak 3. Numpang 4. Tidak tahu

1. Permanen 2. Semi permanen 3. Kayu 4. Bambu 1. Marmer 2. Keramik 3. Semen 4. Tanah 1. PLN

2. PLN elektrik 3. Petromak 4. Lampu minyak

1. Listrik 2. Gas

3. Minyak tanah 4. Kayu

1. Televis perangkat son,AC 2. Kulkas

3. Radio 4. Tidak ada


(63)

☞ ☞

k. Keadaan atap rumah keluarga anda?

1. Genteng beton / press 2. Genteng biasa

3. Seng 4. Asbes Motivasi belajar

l. Anda mengerjakan soal-soal pelajaran yang memerlukan ketelitian,

kecermatan dan ketepatan?

m. Anda berusaha untuk belajar sendiri dirumah?

n. Anda bertanya kepada guru tentang setiap pelajaran yang belum dimengerti?

o. Guru memberikan tugas kepada anda, apakah berusaha untuk mengerjakannya? p. Untuk mengembangkan diri dalam belajar,apakah anda mengerjakan soal yang berhubungan dengan mata pelajaran? 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

☞. Tidak tahu

1. Ya

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 4. Tidak tahu

1. Ya

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 4. Tidak tahu

1. Ya

2. Kadang- kadang 3. Tidak pernah 4. Tidak tahu

1. Ya

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 4. Tidak tahu


(64)

q. Anda berusaha mengulang kembali mata pelajaran yang telah diajarkan oleh guru?

r. Anda mengikuti kegiatan yang ada disekolah?

s. Anda melakukan kegiatan sekolah?

t. Anda merespon pelajaran dikelas?

u. Anda selalu mengajukan pertanyaan saat belajar?

v. Anda mengikuti LES/Bimbel?

w. Dimanakah anda mengikuti

1. Ya

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 4. Tidak tahu

1. Ya 2. Sering

3. Kadang-kadang 4. Tidak pernah

1. Senang 2. Biasa saja 3. Tidak senang

✌. Tidak tahu

1. Senang 2. Biasa saja 3. Tidak senang 4. Tidak tahu

1. Ya bertanya 2. Sering bertanya 3. Kadang-kadang 4. Tidak pernah

1. Ya

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah 4. Tidak tahu

1. GO 2. Lia


(65)

✎6

LES/Bimbel?

x. Lama anda mengikuti LES/Bimbel?

y. Dalam seminggu anda mengikuti LES/Bimbel?

z. Peringkat berapa anda dalam kelas?

a. Mengikuti kegiatan ektrakulikuler disekolah? b. Kegiatan ektrakulikuler apa yang anda ikuti disekolah?

c. Respon anda terhadap kegitan ekstrakulikuler?

d. Anda sering membolos?

3. Al-qolam 4. Tidak pernah

1. 1 tahun 2. 6 bulan 3. 3 bulan 4. Tidak pernah

1. Setiap hari 2. 4 hari 3. 2 hari

4. Tidak pernah

1. 1-10 2. 11-20 3. 21-30 4. 31-40 1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Tidak pernah

1. Paskibra 2. Basket 3. Futsal 4. Tidak ada

1. Senang 2. Biasa saja 3. Tidak senang 4. Tidak tahu

1. Ya 2. Sering


(66)

✏. Tidak pernah

3.5 Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandar Lampung (SMAN 10 Bandar Lampung) yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No.81. Adapun pertimbangan dalam memilih lokasi tersebut adalah:

a) Di sekolah tersebut terlihat bahwa siswa yang ada di SMAN 10 Bandar Lampung memiliki orangtua dengan status sosial ekonomi yang bervariasi sehingga penelitian mengenai pengaruh status sosial ekonomi orangtua terhadap motivasi belajar anak signifikan dan relevan untuk dilaksanakan.

b) SMAN 10 Bandar Lampung memiliki banyak prestasi dibandingkan sekolah lain yang ada di Bandar Lampung.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA Negeri 10 Bandar Lampung dari kelas X sampai dengan kelas XI yang berusia 15-18 tahun adalah 661 orang.


(67)

✒8

Tabel 1. Jumlah Siswa SMAN 10 dan hasil pengambilan sampel tiap kelasnya.

Nama Kelas Laki-laki Perempuan

Kelas X 157 172

Kelas XI 161 171

Jumlah 318 343

Sumber: data SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015

2. Sampel

Menurut Winarno (1998), sampel adalah bagain dari populasi yang memiliki sifat-sifat utama dari populasi. Menurut Hadi (1986:70) sampel adalah individu atau dapat dikatakan sebagai contoh atau wakil dari suatu populasi yang cukup besar. Azwar (2007:79) sampel merupakan sebagian dari populasi. Untuk menentukan ukuran sample dari suatu populasi menggunakan rumus T. Yamane (Rakhmad,1997:82), yaitu :

= N

N( ) + 1

Keterangan :

n = Banyaknya sampel

N = Banyaknya Populasi

d2 =Taraf nyata atau derajat penyimpanan (0,1)


(68)

661 n=

661 (0.1)2+ 1 661

n=

7,61

n= 86,85939553219448 (Dibulatkan menjadi 87)

Jadi Sampel yang akan di ambil adalah sebanyak 87 responden.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2008:224) teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian dan berguna untuk mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pada penelitian ini teknik yang akan di pergunakan dalam pengumpulan data adalah:

1. Observasi

Suatu studi yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis tentang judul yang diangkat penulis dalam skripsi ini dengan cara pengamatan dan pencatatan. Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan responden yang tidak secara mudah dapat ditanggap melalui metode wawancara dan kueioner. Dari sini dapat kita ketahui


(69)

✔ ✕

2. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang memungkinkan peneliti mempelajari sikap dan keyakinan dari responden dari apa yang di teliti dalam bentuk daftar pertanyaan.

Penyebaran kuesioner dilakukan pada hari Jumat tanggal 31 Juli 2015, setelah 3 minggu dari masuknya surat izin penelitian di SMA Negeri 10 Bandar Lampung. Kuesioner disebar secara acak dari kelas X dan XI masing-masing kelas berjumlah 36 responden. Pemilihan kriteria responden tiap kelasnya harus berusia 15-18 tahun dan proses ini dibantu oleh guru BK (Bimbingan Konseling) selaku koordinator yang ditunjuk wakil kepala sekolah untuk membantu penulis menyebar kuesioner tersebut pada saat jam pelajaran berlangsung.

3. Wawancara

Merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung dengan membuat daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam guna mendukung data primer yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya penyebaran kuesioner. Penulis mewawancarai guru BK selaku penanggung jawab apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah dan Wakil Kepala Sekolah serta Satpam di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.


(70)

4. Studi pustaka

Studi pustaka yaitu berupa pengumpulan dan penggalian informasi yang diambil dari buku-buku yang relevan dan artikel-artikel yang menyangkut dengan judul yang di angkat.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara untuk mendapatkan data skunder mengenai siswa melalui dokumen-dokumen yang terdapat di SMA Negeri 10 Bandar Lampung, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah penelitian, berupa catatan, arsip atau agenda.

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data akan diolah melalui tahap sebagai berikut:

a. Editing

Yang akan diteliti adalah lengkap tidaknya kuesioner yang akan diisi, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian atau keajegan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain.

b. Coding

Mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut macam-macam jenisnya, kemudian untuk memperjelas melihat kategori data tersebut dibuat tabel frekuensinya.


(1)

12. Siswa-siswi dan orangtua atau wali dilarang mengadakan protes terhadap keputusan-keputusan yang diambil dalam rapat Dewan Guru atau Rapat DPP.

4.6.3 Sanksi-sanksi bagi siswa:

1. Bagi siswa siswi yang tidak dapat memenuhi tata tertib diatas akan dikenakan sanksi dari sekolah sebagai berikut:

2. Membersihkan halaman atau lingkungan sekolah dan lain-lain yang dianggap perlu.

3. Diberi peringatan secara lisan berupa teguran atau pembinaan. 4. Diberi peringatan tertulis dan membuat surat pernyataan. 5. Penerapan sanksi disesuaikan kredit point yang berlaku. 6. Dikenakan skorsing (tidak boleh belajar).

7. Dipanggil orangtua atau walinya untuk dipindahkan kesekolah lain. 8. Dikeluarkan tidak hormat dari sekolah khusus yang melanggar


(2)

10✜

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada siswa-siswi kelas 10 dan 11 di SMA Negeri 10 Bandar Lampung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan orangtua dari perhitungan dengan data tunggal dan uji statistika melalui analisis regresi linier hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan orangtua terhadap motivasi belajar dengan korelasi sangat kuat di taraf signifikansi sebesar 0,000 di mana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik motivasi belajar. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orangtua berpengaruh terhadap motivasi belajar anak.

2. Jenis pekerjaan orangtua dari perhitungan dengan data tunggal dan uji hipotesis melalui analisis regresi linier hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jenis pekerjaan orangtua terhadap motivasi belajar dengan korelasi sangat kuat dengan taraf signifikansi sebesar 0,003 di mana semakin tinggi jenis pekerjaan semakin baik motivasi belajar anak. Dapat disimpulkan


(3)

hipotesis melalui analisis regresi hasil menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orangtua terhadap motivasi belajar anak dengan korelasi sangat lemah dengan taraf signifikansi sebesar 0,491 dimana semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tidak baik motivasi belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan orangtua responden tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar anak.

4. Secara keseluruhan baik dari tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, itu berpengaruh terhadap motivasi belajar anak sedangkan tingkat pendapatan orangtua tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar anak. Namun pada kenyataannya, terdapat juga status faktor ekonomi orangtua yang dikategorikan tinggi memiliki anak dengan perilaku tidak baik. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan (teman sebaya, media, dan lain-lain) yang mempengaruhi motivasi belajar anak tersebut.

6.2 Saran

Adapun saran dalam hasil penelitian ini,walaupun dalam penelitian ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian penelitian ini. Saran ditunjukkan untuk orangtua, anak, dan guru atau pihak sekolah yaitu:


(4)

111

1. Untuk orangtua dan anak yang diajukan dari hasil penelitian ini adalah orangtua hendaknya meningkatkan intensitas dan kualitas interaksi sosial yang terjadi dalam keluarga, sehingga dengan cara ini akan lebih banyak membantu menciptakan interaksi keluarga dan orangtua pun lebih mudah mengontrol kegiatan anak baik di sekolah maupun di luar sekolah. Cara meningkatkan intensitas dan kualitas interaksi adalah dengan cara melakukan pendekatan sesuai dengan usia anak. Diperlukan kerjasama antara ayah dan ibu serta anggota keluarganya untuk bersama-sama mendidik anak.

2. Saran untuk pihak sekolah yaitu staf dan guru sekolah hendaknya lebih memperhatikan perilaku siswa-siswinya, dengan adanya tata tertib dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang dibuat di lingkungan sekolah maka ini adalah cara efektif siswa-siswi di sekolah tidak melanggar peraturan yang telah dibuat tersebut.

3. Diharapkan pula dengan adanya penelitian ini agar ada peneliti yang tertarik untuk memperdalam penelitian mengenai permasalahan status sosial ekonomi orang tua dengan faktor lain yang lebih beragam karena penelitian ini mengalami keterbatasan dimana penelitian ini hanya dikhususkan pada satu lokasi saja dan hanya fokus pada pengaruhnya terhadap motivasi belajar anak.


(5)

Arikunto, Suharsimi. 2000.Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2007.Analisis Data Penelitian Deskriptif dalam Manajemen

Cohen. 1995.Metode Dan Teknik Penilitian Masyarakat. PT Garamedia. Jakarta.

Gautama, Chandra. 2000.Konvensi Hak Anak Panduan Bagi Jurnalis.

Haditono, KN Sofyan. 1992. Dasar-Dasar Memahami Hukum Islam Di Indonesia. Usaha Nasional. Alfabeta. Surabaya

Lembaga Studi Pers Dan Pembangunan (LSPP). Raja Grafindo. Jakarta.

Notoatmodjo. 2003.Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Poerwadinata, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta


(6)

Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga (Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, Dan Anak. Rineka Cipta, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2000.Sosiologi Suatu Pengantar. LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Syani, Abdul. 2006.Masyarakat Dinamika. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sumber lain :

(http://www.anneahira.com/jenis-pekerjaan.htm diakses pada hari kamis, 18-12-2014).

(http://syadiashare.com/jenis-jenis-pekerjaan.html diakses pada hari Kamis, 18-12-2014).


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR, AKTIVITAS BELAJAR, DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GENAP SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 79

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR PADA Komparasi Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMK Bhina

0 3 16

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI Pengaruh Motivasi Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Toroh Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 18

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Purwantoro Tahun Ajaran

0 2 16

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Purwantoro Tahun Ajaran 2

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa.

0 0 13

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP MINAT MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 P

0 0 16

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP MINAT MELANJUTKAN STUDI KE Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 P

1 4 13

Pengaruh motivasi belajar siswa dan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa.

0 1 163

Pengaruh motivasi belajar siswa dan status sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa

1 8 161