Prinsip-prinsip Pendidikan Matematika Realistik

8 sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dengan siswa harus berdasarkan suatu konteks yang melingkupi pengalaman atau yang berada dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga pembelajaran seperti ini diharapkan akan lebih bermakna bagi mereka. Gravemeijer, 1994

a. Prinsip-prinsip Pendidikan Matematika Realistik

Menurut Gravemeijer 1994:90-91 dalam pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik terdapat tiga prinsip utama yaitu: 1 Penemuan Kembali terbimbing guided reinvention dan matematisasi progresif progressive mathematization Menurut prinsip reinvention bahwa dalam pembelajaran matematika perlu diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman dalam menemukan sendiri berbagai konsep, prinsipatau prosedur, dengan bimbingan guru. Menurut Hans Freudenthal bahwa matematika adalah aktivitas manusia maka ketika siswa melakukan kegiatan belajar maka dalam dirinya terjadi matematisasi. Terdapat 2 macam proses matematisasi, yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Matematisasi vertikal merupakan proses penalaran yang terjadi dalam sistem matematika itu sendiri misalnya adalah mengaitkan antar konsep-konsep matematis, dsb. Sedangkan matematisasi horizontal merupakan proses penalaran dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika. 2 Fenomenologi didaktis didactical Phenomenology 9 Maksud dari Fenomenologi didaktis adalah siswa dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip atau materi lain yang terkait dengan matematika bersumber dari masalah kontekstual yang dapat dibayangkan siswa atau pengalaman siswa sebagai masalah nyata. 3 Mengembangkan model-model sendiri self-developed model Maksud dari mengembangkan model adalah dalam mempelajari konsep-konsep atau prinsip-prinsip terkait matematika yang disajikan dalam bentuk kontekstual, siswa perlu mengembangkan sendiri model- model penyelesaian masalah tersebut ke arah berpikir yang lebih formal. Disini, siswa sendiri yang menemukan penyelesaian tersebut dengan cara mereka sendiri Atmini, 2010. Seiring dengan prinsip diatas, Frans Moerlands mendeskripsikan tipe realistik tersebut dalam ide gunung es iceberg yang mengapung di laut. Ada 4 tingkatan aktivitas pada iceberg, yakni : 1 Orientasi lingkungan secara matematis, 2 Model alat peraga 3 Pembuatan pondasi building stone 4 Matematika formal. Contoh ide gunung es dalam pembelajaran perkalian adalah sebagai berikut : 10 Gambar 1. Ide Gunung Es Iceberg Kemampuan mengambang gunung es ditopang oleh adanya kumpulan es yang berada dalam air laut. Pada tahap pertama, yaitu orientasi lingkungan, anak dibiasakan menyelesaikan masalah situasi sehari-hari tanpa harus mengaitkan secara tergesa-gesa pada matematika formal. Tahap kedua, adanya penggunaan alat peraga untuk mengeksplorasi kemampuan siswa dalam bekerja matematis. Tahap ini menekankan kemampuan siswa dalam memanipulasi alat peraga tersebut guna memahami prinsip-prinsip matematika. Tahap ketiga pembuatan pondasi building stone yang mana aktivitas siswa mulai mengarah pada pemahaman matematis, penggunaan lambang bilangan dan garis bilangan kosong merupakan contoh jembatan menuju konsep perkalian. Tahap ini berada di bawah tahap matematika formal Sugiman, 2011. Mathematical world orientation Building stones; number relations Model Material 11

b. Karakteristik pembelajaran matematika realistik