Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI KLINIK KASIH IBU KEC. DELITUA

KAB. DELI SERDANG

145102159

SISKA LESTARI SITEPU

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Pernyataan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2015

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau terbitan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah disebut dalam pustaka.

Medan, Juli 2015

145102159 Siska Lestari Sitepu


(4)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DALAM

PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI KLINIK

KASIH IBU KEC. DELITUA KAB. DELI

SERDANG TAHUN 2015

ABSTRAK

Siska Lestari Sitepu

Latar belakang : Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Bertambahnya tingkat kemakmuran masyarakat menyebabkan penurunan tingkat kelahiran. Penurunan ini terjadi sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kec. Delitua.

Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif.. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengunakan

alat kontrasepsi yaitu sebanyak 32 orang, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara total sampling dengan analisa data univariat.

Hasil penelitian : Berdasarkan data demografi, umur yang paling banyak adalah mayoritas 20-35 tahun sebanyak 24 orang (75,0%), suku responden paling banyak adalah mayoritas suku karo sebanyak 16 orang (50,0%), agama responden paling banyak adalah mayoritas agama muslim sebanyak 17 orang (53,1%), paritas responden paling banyak adalah mayoritas multipara sebanyak 24 orang (75,0%), kontrasepsi yang digunakan responden adalah mayoritas yang memakai kontrasepsi metode sederhana sebanyak 14 orang (43,8%). Berdasarkan pengetahuan, mayoritas pengetahuan baik sebanyak 19 orang (59,4%) dan berdasarkan sikap dalam penggunaan kontrasepsi mayoritas cukup sebanyak 17 orang (53,1%).

Kesimpulan dan Saran : Pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi adalah cukup baik karena ibu nifas cukup aktif dalam penggunaan kontrasepsi. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan untuk Dapat memberikan pendidikan kesehatan, penyuluhan kontrasepsi dan membantu mempromosikan serta mensosialisasikan program KB dan metode kontrasepsi lainnya serta mengetahui tentang penggunaan kontrasepsi dan diharapkan lebih di tingkatkan konseling yang baik dan mudah dipahami ibu dalam penggunaan kontrasepsi.


(5)

KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF MOTHER POSTPARTUM

CONTRACEPTION IN CLINICAL USE YOU MOTHER

DISTRICT DELITUA 2015

ABSTRACT

Siska Lestari Sitepu

Background: Contraception is the prevention terbuahinya egg cell by a sperm (conception) or the prevention of attachment of the fertilized egg into the uterine wall. There are several methods used in contraception. Method in none of effective contraception thoroughly. Even so, several methods can be more effective than other methods. Increasing the level of prosperity of society led to a decrease in birth rates. This decrease occurred as a result of the use of contraceptives.

Objective: To determine the knowledge and attitudes of puerperal women in contraceptive use in the clinic Kasih Ibu district Delitua. Methodology: The study design used in this research is descriptive. The population in this study were all puerperal women who use contraceptives as many as 32 people, sampling techniques in this study using total sampling with univariate data analysis. Results: Based on the demographic data, the age that most of the majority of 20-35 year many as 24 people (75.0%), most respondents Tribe is the majority of the Karo tribe as many as 16 people (50.0%), most respondents Religion is majority of the Muslim religion as much as 17 people (53.1%), most respondents Parity is the majority Multipara many as 24 people (75.0%), contraceptive use is majority respondents who use contraception Simple Method as many as 14 people (43.8%) , Based on the knowledge, the majority of both knowledge as much as 19 people (59.4%) and by the attitude of the majority of contraceptive use quite as

many as 17 people (53.1%)

Conclusions and Recommendations: Knowledge and attitudes of puerperal women in contraceptive use is quite good because puerperal women are quite active in the use of contraception. From the results of this study are expected to healthcare workers to provide health education, contraceptive counseling and help to promote and disseminate family planning programs and other contraceptive methods and to know about the use of contraceptives and counseling is expected to increase more in the good and easy to understand mothers in contraceptive use


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 ” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Christoffel L Tobing,M.Ked (OG), SpOG-K) selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Ibu Rehulina Br Tarigan selaku pemilik klinik kasih ibu delitua yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa penulis ucapkan kepada orangtua penulis yang tercinta ayahanda (M.Sitepu) dan ibunda (E.Tarigan) yang telah membimbing penulis dengan penuh kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tulus


(7)

selama penulis mengikuti perkuliahan sampai selesainya menyusun karya tulis ilmiah ini.

7. Buat keluarga saya kakak (Erni Juwita Sitepu,AMKeb), kakak (Samaria Sitepu,S.Pd), abang (Edi Salomo Sitepu,S.Pd) dan kakak (Mertiana Flora Sitepu,S.Pd) tersayang yang merupakan motivasi dan yang telah memberi bimbingan bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan D-III Kebidanan ini.

8. Untuk sahabat-sahabatku tersayang sekalian teman seperjuangan, Ramayanti, Maharani, Santi, Desi, Sesilia yang telah memberi dukungan kepada penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan, dorongan, dan semangat yang telah diberikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa menyertai Kita semua.

Medan, Juli 2015 Peneliti,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1.Tujuan Umum... ... 4

2.Tujuan Khusus... ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1.Bagi Praktek Kebidanan... ... 5

2.Bagi Pendidikan Kebidanan... ... 5

3.Bagi Penelitian Kebidanan... ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 6

1. Defenisi Pengetahuan ... 6

2. Tingkatan Pengetahuan ... 7

3. Faktor - Faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 8

B. Sikap(Attitude) ... 9

C. Konsep Dasar Nifas... ... 12

1. Defenisi Masa Nifas... ... 12

2. Perawatan Masa Nifas... ... 13

3. Tujuan Masa Nifas... ... 15

D. Konsep Dasar Alat Kontrasepsi 1. Pengertian Alat Kontrasepsi... ... 15

2. Metode Alat Kontrasepsi... ... 17

a. Kontrasepsi Kombinasi... ... 17

b. Kontrasepsi Progestin... ... 23

c. Kontrasepsi Implan... 27

d. Kondom... ... 31

e. AKDR... ... 33

f. Kontrasepsi Mantap... ... 35

g. Metode KBA... ... 37

h. Senggama Terputus ... 39


(9)

BAB III : KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual ... 43

B. Definisi Operasional... 44

1) Pengetahuan ... 44

2) Sikap ... 44

3) Ibu Nifas ... 44

4) Kontrasepsi ... 44

BAB IV : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... ... 45

B. Populasi dan Sampel... ... 45

C. Tempat Penelitian... 45

D. Waktu Penelitian... ... 45

E. Etika Penelitian dan Pertimbangan Etik... ... 46

F. Instrumen Penelitian... 47

G. Pengumpulan Data... ... 49

H. Pengolahan dan Analisa Data... 50

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... ... 51

B. Pembahasan ... ... 53

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 58

B. Saran ... ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik demografi ibu nifas di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 (n=32)... 51

Tabel 5.2. Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Tahun 2015 (n=32)... 52

Tabel 5.3. Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi Di Klinik Kasih Ibu Tahun 2015 (n=32)…... 53


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Skema Hubungan Sikap Dengan Tindakan ... 11 Skema 2. Skema Kerangka Konsep ... 43


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Conten Validity

2. Lembar Penjelasan Kepada Responden Penelitian 3. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) 4. Lembar Kuesioner Penelitian

5. Master Data Penelitian 6. Tabel Distribusi Frekuensi

7. Surat Izin Penelitian Dari D-IV Bidan Pendidik 8. Surat Balasan/ Izin Pengambilan Data Penelitian 9. Surat Selesai Pengambilan Data Penelitian 10. Lembar Konsul


(13)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DALAM

PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI KLINIK

KASIH IBU KEC. DELITUA KAB. DELI

SERDANG TAHUN 2015

ABSTRAK

Siska Lestari Sitepu

Latar belakang : Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Bertambahnya tingkat kemakmuran masyarakat menyebabkan penurunan tingkat kelahiran. Penurunan ini terjadi sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kec. Delitua.

Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif.. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengunakan

alat kontrasepsi yaitu sebanyak 32 orang, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara total sampling dengan analisa data univariat.

Hasil penelitian : Berdasarkan data demografi, umur yang paling banyak adalah mayoritas 20-35 tahun sebanyak 24 orang (75,0%), suku responden paling banyak adalah mayoritas suku karo sebanyak 16 orang (50,0%), agama responden paling banyak adalah mayoritas agama muslim sebanyak 17 orang (53,1%), paritas responden paling banyak adalah mayoritas multipara sebanyak 24 orang (75,0%), kontrasepsi yang digunakan responden adalah mayoritas yang memakai kontrasepsi metode sederhana sebanyak 14 orang (43,8%). Berdasarkan pengetahuan, mayoritas pengetahuan baik sebanyak 19 orang (59,4%) dan berdasarkan sikap dalam penggunaan kontrasepsi mayoritas cukup sebanyak 17 orang (53,1%).

Kesimpulan dan Saran : Pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi adalah cukup baik karena ibu nifas cukup aktif dalam penggunaan kontrasepsi. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan untuk Dapat memberikan pendidikan kesehatan, penyuluhan kontrasepsi dan membantu mempromosikan serta mensosialisasikan program KB dan metode kontrasepsi lainnya serta mengetahui tentang penggunaan kontrasepsi dan diharapkan lebih di tingkatkan konseling yang baik dan mudah dipahami ibu dalam penggunaan kontrasepsi.


(14)

KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF MOTHER POSTPARTUM

CONTRACEPTION IN CLINICAL USE YOU MOTHER

DISTRICT DELITUA 2015

ABSTRACT

Siska Lestari Sitepu

Background: Contraception is the prevention terbuahinya egg cell by a sperm (conception) or the prevention of attachment of the fertilized egg into the uterine wall. There are several methods used in contraception. Method in none of effective contraception thoroughly. Even so, several methods can be more effective than other methods. Increasing the level of prosperity of society led to a decrease in birth rates. This decrease occurred as a result of the use of contraceptives.

Objective: To determine the knowledge and attitudes of puerperal women in contraceptive use in the clinic Kasih Ibu district Delitua. Methodology: The study design used in this research is descriptive. The population in this study were all puerperal women who use contraceptives as many as 32 people, sampling techniques in this study using total sampling with univariate data analysis. Results: Based on the demographic data, the age that most of the majority of 20-35 year many as 24 people (75.0%), most respondents Tribe is the majority of the Karo tribe as many as 16 people (50.0%), most respondents Religion is majority of the Muslim religion as much as 17 people (53.1%), most respondents Parity is the majority Multipara many as 24 people (75.0%), contraceptive use is majority respondents who use contraception Simple Method as many as 14 people (43.8%) , Based on the knowledge, the majority of both knowledge as much as 19 people (59.4%) and by the attitude of the majority of contraceptive use quite as

many as 17 people (53.1%)

Conclusions and Recommendations: Knowledge and attitudes of puerperal women in contraceptive use is quite good because puerperal women are quite active in the use of contraception. From the results of this study are expected to healthcare workers to provide health education, contraceptive counseling and help to promote and disseminate family planning programs and other contraceptive methods and to know about the use of contraceptives and counseling is expected to increase more in the good and easy to understand mothers in contraceptive use


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat, selain makanan yang sehat, air bersih dan lingkungan yang sehat. Pasangan usia subur yang belum/tidak berencana punya anak (lagi) dan tidak memakai kontrasepsi, termasuk kelompok “unmet need”. Mereka, tanpa mereka sadari, masuk ke dalam kelompok yang berisiko tinggi. Mereka termasuk kelompok dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memakai kontrasepsi (Affandi, Biran, dkk, 2011).

Kontrasepsi, yang baru dikenal di masyarakat dan diterima dalam 20 tahun terakhir ini, merupakan sesuatu yang esensial sekaligus bagian rumit dari kehidupan modern. Kontrasepsi telah memisahkan seks dari prokreasi dan telah memberikan pengendalian serta kebahagiaan yang lebih besar dalam kehidupan para pasangan. Kontrasepsi merupakan tanggung jawab pribadi sekaligus sosial (Speroff,L.,Darley,P.,2005)

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya (Mulyani, Siti, Nina, dkk, 2013).


(16)

Kontrasepsi tidak hanya memberi wanita perlindungan terhadap kehamilan, tetapi juga memberi wanita kuasa atas tubuh mereka sendiri. Kontrasepsi memberi kesempatan untuk memilih apakah akan hamil atau tidak, yang memberi mereka kesempatan untuk membangun kehidupan mereka dalam hal pendidikan dan karier. Namun, kontrasepsi juga menimbulkan dilema. Setelah memakai kontrasepsi yang sangat efektif, wanita harus memutuskan kapan ingin hamil, dan kadangkala tidak ada waktu yang tepat untuk melakukannya! Banyak wanita tidak mencoba untuk hamil sampai usia mereka mencapai akhir tiga puluhan dan kemudian menemukan kesulitan untuk menjadi hamil. Wanita yang lain mengalami kegagalan kontrasepsi, yang mungkin tanpa disadari berakar dari keinginan mereka untuk hamil (Everett, S,2008).

Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode seyogyanya tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontraindikasi (Wulansari, dkk, 2007).

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan pilihannya(Affandi, Biran,dkk, 2011).

Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan(informed choice). Namun tidak semua klien dapat menangkap semua informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi


(17)

petugas harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya, dan mengajukan pendapat (Affandi,Biran, dkk,2011).

Interaksi atau konseling yang berkualitas antara klien dan provider (Tenaga Medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi keberhasilan program keluarga berencana (KB). Sangat mudah di mengerti jika hal itu membuat tingkat keberhasilan KB di Indonesia menurun (Jawapost,2009).

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),Pada tahun 2008 sampai saat ini dari 200 juta kehamilan per tahun 58 persennya (75 juta) adalah KTD, karna kegagalan pemakaian KB, Dua pertiga dari 75 juta kehamilan itu berakhir dengan aborsi disengaja, 20 juta di antaranya dilakukan secara tidak aman. Aborsi tidak aman tersebut 95 persen terjadi di negara berkembang (Kompas,2009).

Menurut Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, dalam 10 tahun terakhir, trend Angka Kelahiran Total (TFR) Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2012 menunjukkan stagnansi yakni masih diangka 2,6. Permasalahan lain adalah pemakaian alat kontrasepsi yang baru mencapai 62 persen (yaitu 58 persen menggunakan kontrasepsi modern) dan 4 persen menggunakan kontrasepsi tradisional. Selain itu, masyarakat masih banyak menggunakan alat Kontrasepsi jangka pendek, Padahal alat KB jangka pendek resiko kegagalannya cukup tinggi. Misalnya pengguna kontrasepsi pil atau suntik lupa mencatat, sehingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. SDKI 2012 juga mencatat bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 meninggal dunia per 100.000 ibu hamil/melahirkan (BKKBN,2011).


(18)

Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Tahun 2015.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini di batasi hanya sebatas tahu tentang pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi. Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Tahun 2015.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik demografi ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu

b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu

c. Untuk mengetahui sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu


(19)

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat serta pedoman dalam menjalankan praktek kebidanan Tentang Penggunaan Kontrasepsi .

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Bagi pendidikan kebidanan dapat dijadikan sebagai masukan serta pedoman dalam memberikan penyuluhan dan menindak lanjuti hasil penelitian tersebut dan menerapkan layanan kesehatan yang efisien dan efektif.

3. Bagi Penelitian kebidanan

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan demi penerapan Ilmu yang diperoleh peneliti selama pendidikan di Bidan Pendidik dan pengalaman khusus mengenai penggunaan kontrasepsi dan sebagai tugas tambahan.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

` 1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat,A.2007).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kepercayaan sering diperoleh dari orangtua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar (Notoatmodjo, 2010) .

Menurut Bahtiar (2006) dalam Afdhal (2009), pengetahuan adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.


(21)

2 . Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara luas.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi rill sebenarnya. misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan - perhitungan hasil penelitian.

d. Analisis (Analysis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menggunakan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen yang masih saling terkait dan masih didalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(22)

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objektif (Mubarak,I.,W,.2011).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Usia

Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya.

b. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai” yang diperkenalkan. c. Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis.

d. Intelegensi

Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan dibanding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.


(23)

e. Sosial-Ekonomi

Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan.

f. Sosial Budaya

Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya.

g. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman.

B. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consisitency with regard to object.”Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.


(24)

Menurut Notoadmojo sikap bukan dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk oleh pengalaman individu, dan interaksi dengan orang lain serta menganggap pentingnya mengetahui penggunaan kontrasepsi, hal ini menunjukkan bahwa sikap yang baik dapat menimbulkan prilaku yang positif dalam penggunaan kontrasepsi.

Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk mencapai suatu tujuan, berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut.

Sikap seseorang relatif konstan, dengan sikap yang berbeda seseorang mengevaluasi apakah individu, objek atau ide baik atau buruk. Sikap juga dapat mempengaruhi perilaku, bagaimanapun nilai merupakan keyakinan dan standar seseorang untuk bertindak, pembentukan dan pemeliharaan sikap terhadap objek yang sesuai, mengkritik dan membandingkan dari orang lain.

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata ((Notoatmodjo, 2010).


(25)

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup).

Skema 1.

Hubungan sikap dan tindakan

Komponen pokok sikap:

Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.

Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnaya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap STIMULUS

(Rangsangan)

PROSES STIMULUS

REAKSI TERBUKA

REAKSI TERTUTUP


(26)

objek. Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang- ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka(tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh : seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

C. Konsep Dasar Nifas

1. Masa Nifas

Masa nifas (Peurperium) adalah di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.(Anggraini,Y.,2010).

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu relatif pendek darah sudah keluar,


(27)

sedangkan batasan maksimumnya adalah adalah 40 hari (Wulandari,dkk,2011).

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim(Suherni,dkk ,2009).

2. Perawatan Pasca Persalinan.

a) Mobilitas.

Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina.

b) Nutrisi

Makanan harus bermutu bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

c) Miksi

Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke -5 setelah melahirkan. Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.


(28)

d) Defekasi.

Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau karena adanya haemorroid.

e) Perawatan Payudara.

Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI.

f) Laktasi atau menyusui

g) Pemeriksaan pasca persalinan.

1) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.

2) Keadaan umum : suhu badan dan selera makan.

3) Payudara, ASI, puting susu.

4) Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum.

5) Sekret yang keluar, misal Lochia, Flour albusi.

6) Keadaan alat-alat kandungan.

7) Nasehat untuk ibu post natal.

a) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan. b) Sebaiknya bayi di susui.

c) Melakukan KB.


(29)

3. Tujuan Masa Nifas

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi

b) Melaksanakan skrining yang komprehensif,(menyeluruh)

c) Mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi

d) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

e) Memberikan pendidikan kesehatan dan pelayanan keluarga kontrasepsi (Rukiyah,dkk,2011).

Tujuan masa nifas sangat penting terutama untuk mencari kemungkinan ada infeksi, membicarakan tentang metode KB untuk menjarangkan kehamilan.

D. KONSEP DASAR ALAT KONTRASEPSI

1. Pengertian Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya (Mulyani, Siti, Nina, dkk, 2013).

Program KB adalah suatu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan


(30)

sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia indonesia (BKKBN,2005).

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB).Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada (Affandi, Biran,dkk,2011).

Bertambahnya tingkat kemakmuran masyarakat menyebabkan penurunan tingkat kelahiran. Penurunan ini terjadi sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi. Program KB merupakan salah satu program upaya untuk peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Dalam penggunaan alat kontrasepsi ibu nifas harus mengetahui kontrasepsi yang sesuai. Pengetahuan ibu tentang kontrasepsi yang rendah akan mengakibatkan kesalahan dalam penggunaan alat kontrasepsi.

Sikap yang baik petugas kesehatan dalam melakukan konseling bagi calon klien KB:

a) Memperlakukan klien dengan baik.

b) Interaksi antara petugas dengan klien.

c) Memberikan informasi yang baik dan benar.

d) Menghindari pemberian informasi yang berlebihan.


(31)

f) Membantu klien untuk mengerti dan mengingat(Affandi, Biran, dkk, 2006).

2. Metode Alat Kontrasepsi

a) Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen dan Progesteron)

Macam-macam alat kontrasepsi hormon estrogen :

1). Pil kombinasi

Jenis pil kombinasi antara lain :

(a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dengan dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif ( Affandi, Biran,dkk, 2011).

Cara kerja pil kombinasi :

(a) Menekan ovulasi.


(32)

(c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.

(d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.

Manfaat dari pil kombinasi :

(a) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(b) Siklus haid teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia) tidak terjadi nyeri haid.

(c) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.

(d) Mudah dihentikan setiap saat.

(e) Dapat digunakan kontrasepsi darurat.

(f) Dapat digunakan usia remaja sampai menopause

Keterbatasan pil kombinasi :

(a) Mahal dan membosankan karena harus digunakan setiap hari.

(b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama.

(c) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama.

(d) Pusing.

(e) Nyeri payudara

(f) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI).


(33)

Yang dapat menggunakan pil kombinasi

Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi seperti :

(a) Usia reproduksi

(b) Telah memiliki anak ataupun yang belum

(c) Gemuk atau kurus

(d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi

(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

(f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberi ASI eksklusif, sedangkan semua kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.

(g) Pasca kegugguran

(h) Anemia karena haid berlebihan

(i) Nyeri haid hebat

(j) Riwayat ektopik

(k) Kencing manis tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah.

Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi adalah :

(a) Hamil atau dicurigai hamil

(b) Menyusui eksklusif

(c) Perdarahan pervaigna yang belum diketahui penyebabnya


(34)

(e) Perokok dengan usia > 35 tahun

(f) Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >180/110mmHg

(g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun

(h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.

(i) Migrain dan gejala neurologik fokal(elipsi/ riwayat epilepsi)

(j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

2) Suntikan Kombinasi

Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depomedroksi progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan injeks I.M sebulan sekali (cylofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali.

Cara kerja suntikan kombinasi

(a) Menekan ovulasi

(b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu

(c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu


(35)

Keuntungan kontrasepsi suntik kombinasi :

(a) Resiko terhadap kesehatan kecil

(b)Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

(c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

(d) Jangka panjang

(e) Efek samping sangat kecil

(f) Mengurangi jumlah perdarahan

(g) Mengurangi nyeri saad haid

Kerugian memakai suntik kombinasi

(a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spoting atau perdarahan sela 10 hari

(b) Mual,sakit kepala, nyeri payudara ringan, keluhan ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

(c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan klien harus kembali 30 hari untuk mendapatkan suntikan

(d) Penambahan berat badan

(e) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

Yang boleh menggunakan suntik kombinasi

(a) Usia reproduksi


(36)

(c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tingggi

(d) Menyusui ASI pasca persalinan >6 bulan

(e) Pasca persalinan dan tidak menyusui

(f) Anemia

(g) Nyeri haid hebat

(h) Haid teratur

(i) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

Yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi

(a) Hamil atau diduga hamil

(b) Menyusui dibawah 6 bulan pasca persalinan

(c) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya

(d) Penyakit hati akut (virus hepatitis)

(e) Usia >35 tahuhn yang merokok

(f) Riwayat kelainan tromboemboli atau kencing manis > 20 tahun


(37)

b) Kontrasepsi Progestin

1).Kontrasepsi Suntik Progestin

Tersedia 2 jenis Kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:

(a) Depo Medroksi Progesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntikan Intra Muskular (didaerah bokong)

(b) Depo Noretisteron Enantat (depo noeisterat), yang mengandung 200 mg Poretindron Enantat, diberikan setaip 2 bulan dengan cara disuntikkan IM

Cara kerja

(a) Mencegah ovulasi

(b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

(c) Menjadikan slaput lendir rahim tipis

(d) Mengambat transportasi gamet oleh tuba

Keuntungan suntik progesteron yaitu :

(a) Sangat efektif

(b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

(c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

(d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembetulan darah.


(38)

(e) Tidak memiliki pengaruh terhadap asi

(f) Sedikit efek samping

(g) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai peri menopause.

(h) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

Keterbatasan suntik progesteron yaitu :

(a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :

(1) Siklus haid yang memendek atau memanjang

(2) Perdarahan haid yang banyak atau sedikit

(3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak(spotting)

(4) Tidak haid sama sekali

(b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum diberikan

(c) Permasalahan berat badan merupakan efek saping tersering

(d) Terlambatnya kembali kesuburan setelah pengehentian pemakaian

(e) Terjadi pada perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang

Yang dapat digunakan suntik progestin :

(a) Usia reproduksi


(39)

(c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi

(d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

(e) Setelah abortus atau pengguguran

(f) Telah banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi

(g) Tekanan darah < 180/110 mmHg

(h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

(i) Anemia defisiensi besi

(j) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

Yang tidak boleh menggunakan suntik progestin :

(a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000kelahiran)

(b) Perdarahan pervaginam

(c) Penderita kanker payudara

(d) Diabetes melitus disertai komplikasi

2). Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil)


(40)

Cara kerja mini pil yaitu :

(a) Menekan sekresi gonadrotropin dan sintesis sreroid seks di ovarium (tidak begitu kuat)

(b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.

(c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma

Keuntungan kontrasepsi ini yaitu :

(a) Sangat efektif bila digunakan secara benar

(b) Tidak mengganggu hubungan seksual

(c) Tidak mempengaruhi ASI

(d) Kesuburan cepat kemabli

(e) Nyaman dan mudah digunakan

(f) Sedikit efek samping

(g) Dapat dihentikan setiap saat

(h) Tidak mengandung estrogen.

Keterbatasan yaitu :

(a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)

(b) Peningkatan/ Penurunan berat badan


(41)

(d) Bila lupa 1 pil saja kegagalan lebih besar

(e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing dermatitis, jerawat

Yang boleh menggunakan minipil

(a) Usia reproduksi

(b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak

(c) Pasca persalinan dan tidak menyusui

(d) Menginginkan metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui

(e) Pasca keguguran

(f) Perokok segala usia

(g) Mempunyai tekanan darah tinggi.

Yang tidak boleh menggunakan minipil

(a) Hamil atau diduga hamil

(b) Perdarahan pervagina dan belum jelas penyebabnya.

(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

(d) Sering lupa menggunakan pil

(e) Mioma uterus, progestin yang memicu pertumbuhan mioma


(42)

c) Kontrasepsi Implan

Jenis Implan

(1) Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut di isi dengan 36 mg levonergestrel dan lama kerjanya 5 tahun

(2) Implanon dan sinoplant

Terdiri dari 1 batang putih lentur, di isi dengan 68 mg 3 – keto – desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

(3) Jadena dan Indoplant

Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levanor gestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Cara kerja Implan

(1) Mengentalkan lendir serviks

(2) Membantu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi

(3) Mengurangi transportasi sperma

(4) Menekan ovulasi

Keuntungan kontrasepsi implan

(1) Daya guna tinggi

(2) Perlindungan jangkan panjang (sampai 5 tahun)


(43)

(4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

(5) Bebas dari pengaruh estrogen.

(6) Tidak mengganggu kegiatan sanggama.

(7) Tidak mengganggu ASI.

(8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

(9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Keterbatasan :

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.

Timbulnya keluhan-keluhan, seperti:

(1) Nyeri kepala.

(2) Peningkatan/penurunan berat badan.

(3) Nyeri payudara.

(4) Perasaan mual.

(5) Pening/pusing kepala.

(6) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).

(7) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS


(44)

(8) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

(9) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).

Yang Boleh Menggunakan Implan

(1) Usia reproduksi (20-35 tahun)

(2) Telah memiliki anak ataupun yang belum.

(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

(5) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

(6) Pasca keguguran.

(7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.

(8) Riwayat kehamilan ektopik.

(9) Tekanan darah >180/110 mmhg

(10)Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.

(11) Sering lupa menggunakan pil.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan

(1) Hamil atau diduga hamil.


(45)

(3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

(4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

(5) Mioma uterus dan kanker payudara.

(6) Gangguan toleransi glukosa dan memiliki riwayat hipertensi (Meilani, dkk, 2010).

d) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik(vinil) atau bahan alami (produksi hewani) . Kondom terdiri dari 2 jenis yaitu kondom wanita dan kondom pria. Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada tapi belum populer dengan alasan ketidak nyamanan(berisik).

Cara kerja kondom adalah:

(1). Dapat mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita

(2). Sebagai alat kontrasepsi

(3). Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS

Manfaat Kontrasepsi kondom

(1) Efektif bila digunakan dengan benar

(2) Tidak menganggu reproduksi ASI

(3) Tidak mengganggu kesehatan klien


(46)

Keterbatasan kontrasepsi kondom

(1). Efektifitas tidak terlalu tinggi

(2). Cara penggunaan sangat mempengaruhi kontrasepsi

(3). Harus tersedia setiap kali berhubungan seksual

(4). Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum

Sesuai untuk pria yang:

(1)Ingin berpartisipasi dalam program KB

(2)Ingin segera mendapat alat kontrasepsinya

(3)Ingin kontrasepsi sementara

(4)Berisiko tinggi tertular/ menularkan IMS

Tidak Sesuai untuk pria

(1) Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan

(2) Alergi terhadap bahan dasar kondom

(3) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

(4) Tidak peduli berbagai persyaratan kontrasepsi(Mulyani, Nina, dkk,2013).


(47)

e) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah suatu alat yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor sendiri.

Jenis AKDR

Saat ini AKDR yang masih bisa kita temui adalah :

1). AKDR yang berkandungan tembaga, yaitu copper T (CuT 380A) dan nova T

2). AKDR yang berkandungan hormon progesteron, yaitu Mirena

3). Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR yang telah dipakainya lebih dari 20 tahun, akan kita dapati bentuk lipes loop(terbuat dari plastik).

Cara kerja :

• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

• Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

• Mencegah sperma dan ovum bertemu dan mencegah implantasi telur dalam uterus

Indikasi AKDR

(a) Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih

(b) Ingin menjarangkan kehamilan


(48)

(d) Berusia diatas 35 tahun

Kontra Indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(a) Kehamilan

(b) Perdarahan per vaginam yang belum terdiagnosis, namun setelah diatasi AKDR dapat segera dipasang

(c) Perempuan yang sedang menderita infeksi alat genitalia (vaginitis, servisitis) bila telah diobati, dapat segera dipasang

(d) Riwayat kehamilan ektopik

(e) Kelainan pada panggul dan uterus ( misalnya uterus bikornis)

(f) Alergi terhadap komponen AKDR misalnya tembaga

Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(a) Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan

(b) Reversibel dan sangat efektif

(c) Tidak mengganggu hubungan seksual

(d) Metode jangka panjang ( 8 tahun)

(e) Tidak mengganggu produksi ASI

(f) Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus

Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(1) Nyeri dan mules

(2) Perdarahan (spotting)


(49)

(4) Infeksi

f) Kontrasepsi Mantap

• Tubektomi

Jenis kontrasepsi mantap diantaranya :

(a) Minilaparotomi

(b) Laparoskopi

Mekanisme kerja

Dengan mengonklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

Manfaat KB MANTAP :

(a) Sangat efektif

(b) Tidak mempengaruhi proses menyusui

(c) Tidak bergantung pada faktor senggama

(d) Baik digunakan apabila kehamilannya akan menjadi resiko kehamilan yang serius dan permanen


(50)

Keterbatasan kontrasepsi mantap

(a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi

(b) Klien dapat menyesal dikemudian hari

(c) Resiko komplikasi kecil

(d) tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/AIDS

Yang dapat menjalani tubektomi yaitu :

(a) Usia >26 tahun

(b) Anak lebih dari 2 oramg

(c) Yakin telah mempunyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya

(d) Pasca persalinan

(e) Pasca keguguran

Yang tidak dapat menjalani tubektomi yaitu :

(1) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

(2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan

(3) Infeksi sistemik

(4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan (Mulyani, Nina, dkk,2013).


(51)

g) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Macam-macam KBA :

1) Metode lendir serviks (Metode Ovulasi Billings /MOB)

2) Card yang kurang efektif misal sistem kalender atau pantang berkala

3) Dan metode suhu basal

Untuk Kontrasepsi :

Senggama dihindari pada masa subur dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur memakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. antara kedua waktu senggama dihindari.

Manfaat KBA :

(1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan

(2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi

(3) Tidak ada efek samping sistemik

(4) Murah atau tanpa biaya

Keterbatasan KBA :

(1) Sebagai kontrasepsi sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian)

(2) Keefektifan tergantung dari kemauan dan dispilin pasangan untuk mengikuti instruksi


(52)

(3) Dibutuhkan pelatih /guru KBA (Bukan Tenaga Medis)

(4) Perlu pantang selama masa seubur untuk menghindari kehamilan

(5) Perlu pencatatan setiap hari

(6) Termometer basal digunakan untuk metode tertentu

Yang dapat menggunakan KBA :

(1) Semua perempuan semasa reproduksi baik siklus normal atau tidak normal

(2) Semua perempuan baik paritas berapapun termasuk nulipara

(3) Perempuan kurus ataupun gemuk

(4) Perempuan merokok

(5) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain

(6) Perempuan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.

Yang seharusnya tidak memakai KBA :

(1) Perempuan dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya

(2) Perempuan sebelum mendapat haid (Menyusui, segara setelah abortus) kecuali Metode Ovulasi Billings (MOB)

(3) Perempuan yang tidak suka menyentuh alat genetalianya (Affandi, Biran,dkk,2011)


(53)

h) Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelamin (Penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

Cara kerja senggama terputus :

Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah.

Manfaat senggama terputus :

1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar

2) Tidak mengganggu produksi ASI

3) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya

4) Tidak ada efek samping

5) Dapat digunakan setiap waktu

6) Tidak membutuhkan biaya.

Keterbatasan senggama terputus :

a) Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun)

b) Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis


(54)

c) Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual

Dapat dipakai untuk :

a) Suami yang ingin berpartisipasi dalam KB

b) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera

c) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sampai menunggu metode yang lain.

d) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung

e) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur

Tidak dapat dipakai untuk :

1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini

2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus

3) Istri yang mempunyai pasangan sulit bekerjasama

4) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi

i) Metode Amenorea Laklasi (MAL)

Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman lainnya.

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :

1) Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding), lebih efektif bila pemberian 7/8 x sehari


(55)

2) Efektif sampai 6 bulan

3) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya

4) umur bayi kurang dari 6 bulan

Cara kerja Metode Amenorea Laktasi (MAL)

• Penundaan/penekanan ovulasi Keuntungan kontrasepsi

(1) Efektifitas tinggi (Keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)

(2) Segera efektif

(3) Tidak mengganggu senggama

(4) Tidak ada efek samping secara medis

(5) Tidak perlu pengawasan medis

(6) Tidak perlu obat atau alat

(7) Tanpa biaya

Keterbatasan :

(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan.

(2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial


(56)

Yang dapat menggunakan MAL

(1) Ibu yang menyusui secara eksklusif

(2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan

(3) Belum mendapat mendapat haid setelah meahirkan

Yang seharusnya tidak pakai MAL

(1) Sudah mendapat haid setelah bersalin

(2) Tidak menyusui secara eksklusif

(3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan

(4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam (Affandi, Biran,dkk, 2011).


(57)

BAB 3

Kerangka Penelitian

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain,bagian yang mengungkapkan strategi dan pendekatan penulis untuk memecahkan masalah (Fatimah, dkk, 2009).

Adapun kerangka konsep penelitian ini berdasarkan pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Delitua adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Skema 2 . kerangka konseptual diatas menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap mempengaruhi ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi.

PENGETAHUAN SIKAP

IBU NIFAS

PENGGUNAAN KONTRASEPSI


(58)

B. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

2. Sikap(Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya)(Notoatmodjo, 2010).

3. Ibu nifas

Ibu nifas di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil(Syafrudin,dkk,2010).

4. Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahluk seksual serta salah satu kebutuhan hidup sehat, selain makanan yang sehat, air bersih dan lingkungan yang sehat(Affandi, Biran,dkk, 2011).


(59)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi

di Klinik Kasih Ibu Tahun 2015.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu pasca salin setelah 40 hari yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 32 orang di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti Pengambilan sampel dari penelitian ini adalah dengan total sampling yaitu 32 orang.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua 2015. Adapun

pertimbangan penentuan lokasi ini adalah di Kecamatan Delitua belum pernah dilakukan penelitian sejenis yaitu pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Juli 2015.


(60)

Penelitian dimulai dengan melakukan berbagi prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian yang meliputi :

1. Anonimity (Tanpa nama)

Adalah kerahasiaan identitas responden harus dijaga,oleh karena itu peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Adalah kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

3. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Adalah lembar persetujuan yang akan diberikan pada subyek yang akan diteliti (Suyanto,dkk,2009).

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengajukan surat permohonan ijin melakukan penelitian yang dikeluarkan oleh program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan kepada Klinik Kasih Ibu Kec Delitua. Data yang diperoleh dari rekam medis tidak akan dipublikasikan dan dikumpulkan oleh peneliti dan akan disimpan di tempat yang aman.


(61)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan kuesioner.

1. Data demografi yang berisi nomor responden, umur, suku, agama, paritas dan kontrasepsi yang digunakan

2. Pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi

Pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan ibu disusun skala pengukuran dengan teknik jawaban sebanyak 10 pertanyaan. Apabila jawaban benar nilainya 1 dan jawaban salah nilai 0, sehingga total skor pengetahuan 10. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan baik,apabila responden dapat menjawab pertanyaan sebanyak 7-10 pertanyaan dengan presentase (69%-100%).

b. Tingkat pengetahuan cukup,apabila responden dapat menjawab pertanyaan sebanyak 4-6 pertanyaan dengan presentase (40%-69%).

c. Tingkat pengetahuan kurang,apabila responden dapat menjawab pertanyaan sebanyak 0-3 dengan presentase (< 40%).


(62)

Untuk pengetahuan dilakukan pembobotan nilai pada setiap jawaban yaitu :

- Untuk setiap jawaban yang benar mendapat bobot nilai adalah 1 - Untuk setiap jawaban yang salah mendapat bobot nilai adalah 0

Sikap

Untuk mengetahui sikap disusun skala likert yang terdiri dari 10 pertanyaan. Pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah :

- Sangat setuju bobot nilai adalah 4 - Setuju bobot nilai adalah 3

- Tidak setuju bobot nilai adalah 2 - Sangat tidak setuju bobot nilai adalah 1

Jadi, untuk mengetahui sikap ibu sebanyak 10 pertanyaan masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 4 dan terendah 1, sehingga total skor sikap adalah 40. Untuk sikap dilakukan pembobotan nilai pada setiap jawaban yaitu :

- Baik : apabila jawaban responden benar > 76-100% total skor 31-40 - Cukup : apabila jawaban responden benar 50-75% total skor 21-30 - Kurang : apabila jawaban responden benar < 50% total skor 10-20


(63)

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu nifas di Klinik Kasih Ibu Kec Delitua. Setelah diberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner, kuesioner diisi langsung oleh responden saat itu juga dan setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan kembali dan bila terdapat kerusakan dan kekurangan data maka diperbaiki dan dilengkapi dengan melakukan pendataan ulang.

H. Pengolahan Data

Ada beberapa langkah dalam pengolahan data : 1. Cleaning

Tahapan dilakukan pada saat mengumpulkan data kuesioner dari responden atau ketika memeriksa lembar observasi. Periksa kembali apakah ada jawaban responden atau hasil observasi yang ganda atau belum dijawab. Jika ada, sampaikan kepada responden untuk diisi atau diperbaiki jawaban pada kuesioner tersebut.

2. Coding

• Memberi kode identitas untuk menjaga kerahasiaan identitas responden dan mempermudah proses penelusuran biodata responden bila diperlukan.

• Menetapkan kode untuk skoring jawaban responden atau hasil responden yang telah dilakukan.

3. Skoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor.

4. Entering

Memasukkan data yang telah diskor kedalam computer seperti ke dalam spread sheet program excel atau ke dalam program SPSS. Data juga dapat


(64)

dimasukkan ke dalam format kolom menggunakan cara manual ( Hidayat, Alimul, Aziz, 2007).

Analisa data

Data yang diperoleh diolah dengan bantuan komputerisasi melakukan pengukuran terhadap masing masing jawaban responden lalu ditampilkan dalam tabel tabel distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya persentase untuk masing masing jawaban responden. Dari hasil tabel tabel tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi.


(65)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Berdasarkan Data Demografi Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi Di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Demografi Ibu Nifas di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 (n=32).

Data Demografi Frekuensi Persentase(%)

Umur Responden

< 20 tahun 4 12,5

25-35 tahun 24 75,0

>35 tahun 4 12,5

Suku

Jawa 13 40,6

Karo 16 50,0

Batak 1 3,1

Melayu 1 3,1

Cina 1 3,1

Agama

Islam 17 53,1

Katholik 10 31,3

Kristen protestan 5 15,6

Paritas

Primipara 6 18,8

Multipara 24 75,0

Grandemultipara 2 6,3

Kontrasepsi yang digunakan

Suntikan 9 28,1

Pil 5 15,6

IUD/AKDR 1 3,1

Implan 3 9,4


(66)

Dari Tabel 5.1 diatas menunjukkan 32 responden dalam penggunaan kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang yang menjadi responden penelitian umur yang paling banyak adalah mayoritas 20-35 Tahun sebanyak 24 responden (75,0%), Suku responden paling banyak adalah mayoritas suku Karo sebanyak 16 responden (50,0%), Agama responden paling banyak adalah mayoritas agama Muslim sebanyak 17 responden (53,1%), Paritas responden paling banyak adalah mayoritas Multipara sebanyak 24 responden (75,0%), Kontrasepsi yang digunakan responden adalah Mayoritas yang memakai kontrasepsi Metode Sederhana sebanyak 14 orang (43,8%).

2. Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi

Tabel 5.2

Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Tahun 2015 ( n=32).

No Pengetahuan Jumlah Persentase

1 Baik 19 59,4

2 Cukup 8 25,0

3 Kurang 5 15,6

Dari tabel 5.2 diatas, pengetahuan ibu nifas mayoritas pengetahuan baik sebanyak 19 Responden (59,4%) .


(67)

3. Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi

Tabel 5.3

Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi Di Klinik Kasih Ibu Tahun 2015 (n=32)

No Sikap Jumlah Persentase

1 Baik 12 37,5

2 Cukup 17 53,1

3 Kurang 3 9,4

Dari tabel 5.3 diatas, sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi mayoritas cukup sebanyak 17 orang (53,1%).

B. Pembahasan

1. Berdasarkan Data Demografi Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas

Dalam Penggunaan Kontrasepsi Di Klinik Kasih Ibu Kecamatan

Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa Dari tabel 5.1, umur yang paling banyak adalah mayoritas 20-35 Tahun sebanyak 24 responden (75,0%), Usia 20-35 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat menambah pengetahuan.


(68)

Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur responden asalkan dalam batasan reproduktif maka pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi akan semakin baik.

Menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih di percaya dari pada orang yang belum cukup kedewasaannya.

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa umur mempengaruhi bahwa pengetahuan dan semakin bertambah umur, maka akan banyak pengalaman dalam penggunaan kontrasepsi yang digunakan.

Suku responden yang paling banyak adalah mayoritas Karo sebanyak 16 responden (50,0%), Agama responden paling banyak adalah mayoritas Muslim sebanyak 17 responden (53,1%). Menurut Notoatmodjo (2010), Agama dan Suku mempengaruhi pengetahuan seseorang baik dari media maupun orang lain. Dalam hal ini peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa agama juga mempengaruhi pengetahuan ibu pasca salin dalam penggunaan kontrasepsi.

Mayoritas Paritas responden paling banyak adalah Multipara sebanyak 24 responden (75,0%). Pengetahuan ibu berdasarkan Paritas responden paling banyak adalah 2, paling sedikit adalah 5, dan rata-rata responden memiliki 2 sampai 3 anak. Semakin banyak paritas atau semakin


(69)

tua seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian pemberian informasi tentang penggunaan kontrasepsi yang diberikan akan mudah diterima oleh responden sehingga akan semakin termotivasi dalam penggunaan kontrasepsi.

Kontrasepsi yang digunakan responden adalah mayoritas Metode Sederhana sebanyak 14 orang (43,8%). Menurut Birran affandi (2006) konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB) dengan melakukan konseling klien supaya dapat menentukan dan menggunakan kontrasepsi . Klien harus memperoleh informasi yang cukup sehingga dapat memilih sendiri metode kontrasepsi yang sesuai untuk mereka. Petugas pelayanan harus mendapat pelatihan yang cukup dalam konseling KB.

Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode seyogyanya tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontraindikasi (Wulansari, dkk, 2007).

2. Berdasarkan Pengetahuan Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi

di Klinik Kasih Ibu Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2015

Dari tabel 5.2 pengetahuan mayoritas pengetahuan baik sebanyak 19 Responden (59,4%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua ibu pasca salin dalam penggunaan kontrasepsi mempunyai pengetahuan yang baik dan


(70)

cukup baik tentang penggunaan kontrasepsi. Menurut Bahtiar (2006) dalam Afdhal (2009), pengetahuan adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.Hal ini dapat diperkuat dengan jawaban responden tentang pengetahuan ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi.

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kepercayaan sering diperoleh dari orangtua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar (Notoatmodjo, 2011).

3. Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi Di Klinik Kasih Ibu

Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Dari tabel 5.3 sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi mayoritas cukup sebanyak 17 orang (53,1%). Hal ini menunjukkan masih ada ibu nifas yang bersikap negatif dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut Notoadmojo sikap bukan dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk oleh pengalaman individu, dan interaksi dengan orang lain serta menganggap pentingnya mengetahui penggunaan kontrasepsi, hal ini menunjukkan bahwa sikap yang baik dapat menimbulkan prilaku yang positif dalam penggunaan kontrasepsi.


(71)

Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk mencapai suatu tujuan, berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut.

Sikap seseorang relatif konstan, dengan sikap yang berbeda seseorang mengevaluasi apakah individu, objek atau ide baik atau buruk. Sikap juga dapat mempengaruhi perilaku, bagaimanapun nilai merupakan keyakinan dan standar seseorang untuk bertindak, pembentukan dan pemeliharaan sikap terhadap objek yang sesuai, mengkritik dan membandingkan dari orang lain.

Menurut teori WHO (1984) dikutip dari Notoatmodjo (2010) sikap positif terhadap nilai nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain yaitu sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Selain itu sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain. Hal ini dapat dilihat pada responden yang memiliki sikap positif dalam penggunaan kontrasepsi.

Terlepas dari semua hal diatas bahwa pengetahuan yang dimiliki individu dapat menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan terjadi perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya walaupun memakan waktu yang cukup lama ( Notoatmodjo, 2010).


(72)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu Kec Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2015”, yang telah disajikan pada bab V dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan data demografi, mayoritas responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 24 orang ( 75,0)%, berdasarkan suku, mayoritas responden dengan suku Karo sebanyak 16 orang ( 50,0%), berdasarkan agama, mayoritas dengan agama Muslim sebanyak 17 orang ( 53,1 %), Berdasarkan paritas , mayoritas dengan paritas multipara sebanyak 24 orang (75,0%), berdasarkan kontrasepsi yang digunakan, mayoritas responden dengan kontrasepsi sederhana sebanyak 14 orang ( 43,8 %).

2. Berdasarkan pengetahuan ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi, mayoritas dengan pengetahuan baik sebanyak 19 orang (59,4%)

3. Berdasarkan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi , mayoritas dengan sikap cukup sebanyak 17 orang (53,1%).


(73)

B. Saran

1. Bagi Ibu Nifas/Masyarakat

Selalu aktif mencari informasi tentang berbagai metode kontrasepsi, agar dapat memilih kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan ibu sendiri serta menambah pengetahuan dan wawasan tentang manfaat dan penggunaan kontrasepsi .

2.Bagi petugas kesehatan/ tenaga kesehatan

Dapat memberikan pendidikan kesehatan, penyuluhan kontrasepsi dan membantu mempromosikan serta mensosialisasikan program KB dan metode kontrasepsi lainnya serta mengetahui tentang penggunaan kontrasepsi dan diharapkan lebih di tingkatkan konseling yang baik dan mudah dipahami ibu dalam penggunaan kontrasepsi.

3.Bagi institusi Pendidikan

Meningkatkan mutu pendidikan, keterampilan dan latihan khususnya bagi mahasiswa kebidanan agar dapat memberikan komunikasi, informasi dan motivasi bagi ibu untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dalam penggunaan kontrasepsi. Dapat menjadi masukan dan pedoman bagi mahasiswa di pendidikan serta memperbanyak referensi bahan mata kuliah tentang masa nifas dan penggunaan kontrasepsi.

4. Bagi peneliti

Mengembangkan penelitian ini lebih luas terutama tentang pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Affandi, B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Arikunto,S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Anggraini, Y.(2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama

tanggal 11 desember 2014

BKKBN, 2005, Kesehatan reproduksi, gender dan pembangunan kependudukan

BKKBN, 2007, laporan umpan balik hasil pelaksanaan sub sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi dan pengendalian lapangan tapanuli utara Everett,S.(2008). Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif.

Jakarta: EGC

Fatimah, dkk, 2009. CV. Trans Info Media. Jakarta:TIM

Hidayat, A.(2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Humaniora.(2008). “Pemerintah Wajib Sediakan Pelayanan Kehamilan Lengkap”. Kompas(online) No 18 2014

IB.(2009).”Konseling KB Berkualitas Belum Dipahami” IB (online)

Mulyani, S. (2013). Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha

Medika

Meilani, dkk, (2010). Pelayanan Keluarga Berencana ( Dilengkapi Dengan

Penuntun Belajar). Yogyakarta : Fitramaya

Notoatmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S.(2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta


(75)

Speroff,L.,Darley,P.(2005). Pedoman Klinis Kontrasepsi(A Clinical Guide for

Contraception). Jakarta : EGC

Syafrudin,B.A.,et al.(2009). Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : TIM

Suherni,dkk ,(2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Suyanto, dkk, (2009). Riset Kebidanan. Jogjakarta : MITRA CENDIKIA

Wulandari, dkk, (2007). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : TIM-[PPP Wulansari, dkk, (2007). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC


(76)

(77)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Nama saya siska lestari sitepu saat ini saya sedang menjalani program

pendidikan D-IV bidan pendidik di fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program D-IV Bidan pendidik yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul

“pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi”.

Adapun tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dalam penggunaan kontrasepsi .

Dalam penelitian ini saya akan memberikan 20 pertanyaan dalam bentuk koesioner yaitu terdiri dari 10 pertanyaan untuk pengetahuan ibu, 10 pernyataan untuk sikap ibu . hasil dan data yang saya kumpul akan saya jaga kerahasiaannya dari publik /umum.dalam persetujuan menjadi responden ini tidak ada unsur pemaksaan terhadap ibu, jika ibu tidak bersedia ibu dapat menolak sebagai responden dalam penelitian ini dengan ada kosekuensi dari pihak manapun. Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan, dan untuk penelitian ini ibu tidak dikenai biaya apapun. Bila ibu membutuhkan penjelasan , maka dapat menghubungi saya.

Nama : siska lestari sitepu

Alamat : jl selamat no 4 simpang limun medan No hp : 082168745064

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang akan saya persiapkan.

MEDAN , JANUARI 2015 PENELITI


(78)

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul Penelitian : Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Dalam

Penggunaan Kontrasepsi di Klinik Kasih Ibu

Kecamatan Delitua

Nama Peneliti : SISKA LESTARI SITEPU

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi. Manfaat penelitian ini mungkin secara langsung tidak anda rasakan,tetapi hasil penelitian ini nantinya akan berguna bagi sumber data untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi.

Kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan dirugikan. Diharapkan kesediaan anda untuk menjawab seluruh

pertanyaan dengan jujur. Informasi yang anda berikan dan semua yang ada dalam kuesioner dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan akan dimusnahkan setelah data tersebut tidak diperlukan lagi.

Terima kasih atas kerja sama dan kepercayaan yang saudara berikan.

Tanda Tangan Peneliti


(79)

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DALAM PENGGUNAAN

KONTRASEPSI DI KLINIK KASIH IBU TAHUN 2015

Kode (Nomor) responden

Isi Sesuai Identitas Responden

Umur :

Suku :

Agama :

Paritas :

Kontrasepsi yang digunakan :

PERTANYAAN FORMAT A

Pengetahuan ibu nifas tentang penggunaan alat kontrasepsi

Petunjuk pengisian:

Beri tanda checklist (√ ) pada kolom jawaban yang ada di samping kolom pertanyaan.

NO PERTANYAAN B S

1 Kontrasepsi merupakan Pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.


(80)

2 Kontrasepsi hormonal yang pemasangannya di lengan adalah implant (susuk).

3 Peningkatan /penurunan berat badan merupakan kerugian alat kontrasepsi pil.

4 Penggunaan kontrasepsi implan efektif selama 3-5 tahun

5 Alat Kontrasepsi dalam rahim( spiral) mempunyai jangka waktu yang lebih lama daripada kontrasepsi yang lain yaitu 10 tahun 6 Selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan

diantaranya karet,plastik, atau bahan alami disebut kondom. 7 Tujuan alat Kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kehamilan. 8 Suatu alat yang dimasukkan melalui vagina dan dipasang dalam

rahim disebut juga dengan IUD/Spiral.

9 Usia < 25 tahun tidak boleh melakukan pemotongan atau kontrasepsi mantap (kontap) .

10 Ibu menyusui tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi pil kombinasi


(81)

PERNYATAAN FORMAT B

Sikap ibu nifas dalam penggunaan kontrasepsi

Petunjuk pengisian :

Beri tanda checklist (√ ) pada kolom jawaban yang ada di samping pernyataan. Keterangan :

Sangat Setuju : SS

Setuju : S

Tidak Setuju : TS Sangat Tidak Setuju : STS

NO SIKAP SS S TS STS

1 Saya perlu menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan saya

2 Memakai alat Kontrasepsi harus sesuai dengan keadaan yang dialami

3 Alat Kontrasepsi diwajibkan kepada setiap wanita 4 Alat Kontrasepsi perlu disebarluaskan

5 Jika sudah mempunyai cukup anak, istri diwajibkan menjadi akseptor KB

6 Menggunakan kontrasepsi hormonal membuat perasaan saya lebih tenang karena resiko kehamilan lebih kecil

7 Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis alat Kontrasepsi.

8 Pasangan saya lebih setuju jika saya menggunakan kontrasepsi pil

9 Alat Kontrasepsi merupakan tanggung jawab pribadi sekaligus sosial

10 Alat Kontrasepsi memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan ibu dan anak


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siska Lestari Sitepu

Tempat/Tanggal Lahir : Penen, 22 Januari 1993

Agama : Katholik

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Mbera Sitepu

Nama Ibu : Eliasta Tarigan

Anak ke : 5 dari 5 bersaudara

Alamat : Penen, Dusun 1I Kecamatan Biru-Biru Kabupaten

Deli Serdang Riwayat Pendidikan :

Tahun 2003-2008 : SD RK SANTA MARIA PENEN

Tahun 2008-2010 : SMP RK SANTA MARIA PENEN

Tahun 2010-2011 : SMA CAHAYA MEDAN

Tahun 2011-2012 : SMA DELI MURNI DELITUA

Tahun 2012-2014 : D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan