1.4. Penginderaan Jauh
Menurut Lillesand dan Kiefer 1990 dalam Rudiansyah 2007, penginderaan jauh Remote Sensing merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh
tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji. Keberhasilan terapan penginderaan jauh meningkat cukup berarti dengan
menggunakan pendekatan multi pandang Multiple view untuk pengumpulan data. Cara ini dapat meliputi penginderaan multi tingkat Multi stage yaitu data
suatu daerah kajian dikumpulkan dari berbagai tinggi terbang. Dapat pula dengan penginderaan multispectral yang datanya diperoleh pada beberapa saluran spectral
secara bersama-sama, atau dapat juga dengan penginderaan muli waktu Multi temporal
dimana data suatu daerah dikumpulkan dengan lebih dari satu tanggal pemotretan.
Data penginderaan jauh dapat berupa citra dan atau non citra. Secara definitif citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu objek dari pantulan atau
pancaran radiasi elektromagnetik objek yang direkam dengan cara optik, elekto- optik, optik-mekanik, atau elektronik. Citra penginderaan jauh merupakan
gambaran yang mirip dengan wujud aslinya yang mempunyai sifat optik, analog dan digital yang dapat berupa citra satelir dan foto udara. Data non citra sendiri
dapat berupa grafik, diagram dan numerik. Purwadhi, 2001 dalam Herdiyanti, 2009.
Penggunaan citra satelit dan foto udara yang merupakan hasil dari penginderaan jauh dapat diintegrasikan kedalam SIG dengan beberapa cara
diantaranya adalah dengan scan digital dan atau digitasi sehingga didapatkan data raster atau vektor Wiradisastra, 1996 dalam Prahasta, 2002.
1.5. Sistem Informasi Geografis SIG
Menurut Arnolf 1989 dalam Prahasta 2002 Sistem Informasi Geografis adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi informasi-informasi
geografis. SIG
dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek atau fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk
dianalisis. Dengan demikian SIG merupakan sistem komputer yang mempunyai empat kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi, yaitu masukan,
manajemen data penyimpanan dan pemanggilan data, analisis dan manipulasi data, dan keluaran.
SIG merupakan system kompleks yang biasaya terintegrasi dengan lingkungan system-sistem komputer lain di tingkat fungsional dan jaringan.
Menurut Gistut 1994 dalam Prahasta 2002 SIG terdiri dari komponen- komponen berupa perangkat keras yang terdiri dari PC desktop, workstation,
hingga multiuser host yang dapat digunakan secara bersamaan, perangkat lunak software, data dan informasi geografi, dan manajemen data. Dari komponen-
komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen utama SIG adalah system komputer, data geospasial, dan pengguna. Adapun sumber-sumber dari data
geospasial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik, dan dokumen lain yang berhubungan Prayitno, 2002.
Penggunaan SIG biasa digunakan untuk membuat sebuah perencanaan model tata ruang dan pengelolaan sumberdaya alam. Beberapa contoh
penggunaan SIG untuk perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumberdaya alam adalah Aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG untuk Pemetaan Kesesuaian
Habitat Kedawung Parkia timoriana D.C Merr Di Taman Nasional Meru Betiri. Oleh Joko Nugrah Sebastian, tahun 2007, Pemodelan Spasial kesesuaian
Habitat Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929 di Resort Ipuh-Seblat,seksi Konservasi Wilayah II Taman Nasional Kerinci Seblat. Oleh
Rudiansyah, tahun 2007, Pemodelan Spasial Habitat Katak Pohon Jawa Rhacophorus javanicus Boettger, 1893 dengan Menggunakan GIS dan Citra
Satelit TNGP, Jawa Barat. Oleh M. Irfansyah Lubis, tahun 2008. Penggunaan SIG untuk menduga model kesesuaian habitat pada Elang Jawa sudah pernah
dilakukan oleh Kastanya pada tahun 2001, namun penelitian ini hanya sampai pada tahap pemodelan dan belum dipetakan.
1.6. Leaf Area Index LAI