Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH

KABUPATEN DI PROVINSI ACEH

OLEH

AYA MARISSA DESIANTI 110503107

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh

mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan

jelas,benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 19 Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Aya Marissa Desianti NIM. 110503107


(3)

ii ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten di Provinsi Aceh.

Desain penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan desain asosiatif kausal, dengan jumlah sampel sebanyak 9 kabupaten setiap tahunnya dari 18 kabupaten yang ada di Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan dari periode 2006 sampai dengan 2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, diperoleh dari website resmi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). Penelitian ini melakukan pengujian regresi linier berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum uji t dan uji f padalevel signifikansi 5% (α =0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal, sedangkan Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal.


(4)

iii ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the sifgnficant effect of local taxes and local retributions toward the capital expenditure in Province of Aceh.

The design research in this minithesis is using causal associative design, with nine districts as the sample each year of the 18 districts in Aceh Province. This research was conducted from the period 2006 -2013. This research utilizes secondary data. The data are taken from the official website of Financial Ministry of the Republic Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). This research is using multiple linear regression with bring about classical assumption test before t - test and f - test on 5% level of significant (α=0,05).

The result of this research show that in partial, Local Taxes have a positive significant impact to Capital Expenditure, Local Retributions have a positive impact but not significant to Capital Expenditure, and as simultan, Local Taxes and Local Retributions have a positive significant impact to the Capital Expenditure.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala nikmat,

rahmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tersayang yang telah

memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Teruntuk Ibunda Neneng Suharni dan Ayahanda Muhammad Azhari

yang telah memberikan kasih sayang penuh kepada penulis, kepada kakak tercinta

Ayu Priska Anggraini yang tak pernah berhenti memberikan semangat kepada

penulis, dan dua orang adik Winda Dessy Qatrunnada dan Muhammad Fariz

Adura.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA dan Bapak Drs.

Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

v

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan

skripsi ini. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Penguji I dan Ibu

Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis melalui kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku

Dosen Wali yang telah banyak membantu penulis dalam konsultasi

akademik selama masa perkuliahan.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi

yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada

penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

6. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara stambuk 2011. Seluruh pihak yang tiada henti

memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

khususnya Hashifah Anisah, Sanita Diaz, Shahira Nadira Arsya, Beatrix

Pardede, Ketrin Aprila dan Bang T. Qivi Hady Daholi, serta kepada pihak

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih


(7)

vi

Tak ada yang sempurna, demikian juga dalam penulisan skripsi ini, hal ini

semata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis, saran dan

kritik tentu akan sangat membantu. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi penulis maupun pihak lain.

Medan, 19 Maret 2015 Penulis,

Aya Marissa Desianti NIM. 110503107


(8)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ……… ii

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ………..……….…… vii

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ……….……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan 5 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …..…... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ……… 7

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah ……..….….. 7

2.1.2 Pajak Daerah ………..…… 8

A. Pengertian Pajak Daerah …………. 8

B. Jenis-Jenis Pajak Daerah …………... 9

C. Jenis-Jenis Pajak Kabupaten/Kota ……. 10

D. Subjek Pajak Kabupaten/Kota………. 12

E. Objek Pajak Kabupaten/Kota ……. 15

F. Tarif Pajak Kabupaten/Kota ……. 17

2.1.3 Retribusi Daerah ………. 18

A. Pengertian Retribusi Daerah ……. 18

B. Jenis-Jenis Retribusi Daerah ……. 19

C. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi daerah …..………… 21

D. Objek Retribusi Daerah ………. 22

E. Tarif Retribusi Daerah ………. 23

2.1.4 Belanja ……….…… 24

A.Pengertian Belanja Daerah ………..…… 24

B. Klasifikasi Belanja………. 25

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 28

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ……….…… 31

2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian …… 31

2.3.2 Hipotesis Penelitian ……….… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ……… 33


(9)

viii

3.2 Populasi dan Sampel ………..…. 33

3.3 Jenis dan Sumber Data ………... 35

3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel … 35 3.5 Metode Pengumpulan Data ……… 36

3.6 Metode Analisis Data ……… 36

3.7 Jadwal Penelitian ……… 43

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Data Penelitian ……… 45

4.2 Analisis Hasil Penelitian ……… 47

1. Statistik Deskriptif ………. 47

2. Pengujian Asumsi Klasik ………. 48

3. Analisis Regresi ……….. 55

4. Pengujian Hipotesis ……… 56

4.3 Pembahasan Hasil Analisis ……….. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 62

5.2 Keterbatasan Penelitian ………. 62

5.3 Saran ……….. 63

DAFTAR PUSTAKA ………. 65


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ……... 28

Tabel 3.1 Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Aceh 33 Tabel 3.2 Daftar Sampel Pemerintah Kabupaten Aceh ……… 35

Tabel 3.3 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran ….……….. 36

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ………... 44

Tabel 4.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten Sampel ….………. 46

Tabel 4.2 Descriptive Statistics ……….…. 47

Tabel 4.3 Uji Normalitas ………..…………. 49

Tabel 4.4 Uji Normalitas Setelah Transformasi ……… 50

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas ……….…….. 53

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ……… 55

Tabel 4.7 Hasil Analisis regresi ……… 56

Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (T-Test) ……… 58

Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan (F-Test) ……… 59


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………. 31

Gambar 4.1 Uji Normalitas P-Plot ………. 51

Gambar 4.2 Uji Normalitas P-Plot Setelah Transformasi … 52 Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas – Grafik Scatterplot … 54


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Pemerintahan Kabupaten

Sampel……… 67

Lampiran 2 Realisasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Aceh

Tahun 2006 – 2013 ………. 68

Lampiran 3 Hasil Pengujian Regresi Linier


(13)

ii ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten di Provinsi Aceh.

Desain penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan desain asosiatif kausal, dengan jumlah sampel sebanyak 9 kabupaten setiap tahunnya dari 18 kabupaten yang ada di Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan dari periode 2006 sampai dengan 2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, diperoleh dari website resmi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). Penelitian ini melakukan pengujian regresi linier berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum uji t dan uji f padalevel signifikansi 5% (α =0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal, sedangkan Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal.


(14)

iii ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the sifgnficant effect of local taxes and local retributions toward the capital expenditure in Province of Aceh.

The design research in this minithesis is using causal associative design, with nine districts as the sample each year of the 18 districts in Aceh Province. This research was conducted from the period 2006 -2013. This research utilizes secondary data. The data are taken from the official website of Financial Ministry of the Republic Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). This research is using multiple linear regression with bring about classical assumption test before t - test and f - test on 5% level of significant (α=0,05).

The result of this research show that in partial, Local Taxes have a positive significant impact to Capital Expenditure, Local Retributions have a positive impact but not significant to Capital Expenditure, and as simultan, Local Taxes and Local Retributions have a positive significant impact to the Capital Expenditure.


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1999, Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut sistem

pemerintahan yang bersifat desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

otonomi daerah. Kebijaksanaan otonomi daerah di Indonesia dirumuskan dalam

Undang - Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi

dengan Undang - Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 12 Tahun

2008 serta dirumuskan pula dalam Undang - Undang No.25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah direvisi

dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Kedua undang-undang di bidang

otonomi daerah tersebut telah menetapkan pemberian kewenangan otonomi dalam

wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah.

Otonomi daerah secara efektif mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2001.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah ini artinya pemerintah pusat

memberikan hak dan tanggung jawab yang lebih besar kepada pemerintah daerah

untuk mengurus rumah tangga nya sendiri baik dari sektor keuangan maupun dari

sektor nonkeuangan. Dalam hal mengelola keuangan daerah, daerah dituntut

untuk mencari sendiri sumber penerimaannya guna membiayai pengeluaran

pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.

Pemberian otonomi daerah ini juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi,


(16)

2

Tujuan awal pelaksanaan otonomi adalah mewujudkan Kapasitas Fiskal

Daerah yang kuat dalam mendukung terciptanya kemandirian daerah. Gambaran

citra kemandirian daerah dalam berotonomi daerah dapat diketahui melalui

seberapa besar kemampuan sumber daya keuangan daerah tersebut mampu

membangun daerahnya. Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan

Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008,

sumber pendapatan daerah terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2. Dana perimbangan

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan Pemerintah

Daerah yang berasal dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang

dimiliki. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Asli

Daerah bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pad yang sah.

Pemungutan pajak dan retribusi daerah haruslah dipahami masyarakat

bahwa pemungutan tersebut merupakan sumber penerimaan bagi daerah yang


(17)

3

Peraturan pajak daerah dan retribusi daerah tertuang di dalam Undang-Undang

No. 28 Tahun 2009. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah sebagai ganti

Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 dan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah menjelaskan bahwa pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Undang-Undang tersebut menyebutkan daerah

diberi kewenangan untuk memungut 16 jenis pajak, yaitu 5 jenis pajak provinsi

dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang berpengaruh

dalam pembiayaan penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan daerah

sehingga dapat memantapkan perwujudan otonomi yang luas, nyata, dan

bertanggung jawab kepada daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya

disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dalam UU

tersebut disebutkan objek retribusi adalah jasa umum, jasa usaha, dan perizinan


(18)

4

Hasil penerimaan pajak dan retribusi dalam membiayai belanja daerah

diakui belum optimal dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya bagi daerah kabupaten dan

kota. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Oleh

karena itu, setiap daerah harus berusaha lebih keras lagi untuk dapat

meningkatkan sumber penerimaan dengan memanfaatkan potensi daerah yang

dimilikinya sehingga tujuan otonomi daerah dapat tercapai.

Terkait dengan hal ini, Zulkautsar (2014) melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh

signifikan positif terhadap pembangunan daerah baik secara parsial maupun

simultan pada Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini

adalah secara parsial pajak daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap belanja modal, secara parsial retribusi daerah juga tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal, dan secara simultan pajak

daerah dan retribusi daerah secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan

terhadap belanja modal.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan menggunakan variabel independen yang sama dengan

penelitian sebelumnya yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, dan menggunakan

variabel dependen yang sama pula yaitu belanja modal namun dengan tempat dan

waktu penelitian yang berbeda sehingga akan menghasilkan penelitian yang


(19)

5

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan

1.2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan baik secara parsial

maupun simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah

Kabupaten di Provinsi Aceh?” 1.2.2 Batasan Permasalahan

a. Batasan aspek penelitian ini adalah terhadap akutansi keuangan daerah, berkaitan dengan nilai realisasi pajak daerah dan retribusi

daerah dibandingkan dengan realisasi belanja modal daerah.

b. Batasan waktu penelitian meliputi tahun 2006 - 2013.

c. Objek penelitian ini adalah pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui

pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah baik secara parsial

maupun simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah


(20)

6

1.3.2 Manfaat Peneltian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan khususnya mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi

daerah terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten di

Provinsi Aceh.

2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah, untuk memberikan sumbangan informasi tentang pengelolaan keuangan daerah

sehingga dapat mengoptimalkan potensi daerah.

3. Bagi Calon Peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang

melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh pajak daerah

dan retribusi daerah terhadap belanja modal sehingga hasilnya


(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORITIS

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo (2002 : 132), ”Pendapatan Asli Daerah

adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Menurut Halim (2004 : 67):

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh

dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh

pemerintah daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain

Pendapatan. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari:

a. Pajak Daerah; b. Retribusi Daerah;


(22)

8

c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah.

2.1.2 Pajak Daerah

A. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Siahaan (2005:7):

Pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Menurut Prakosa (2003 : 1):

Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang

selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada

Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk


(23)

9

B. Jenis – Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang - Undang No. 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi

atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis pajak

berdasarkan undang– undang tersebut terdiri dari 16 jenis pajak, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.

Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;


(24)

10

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan;

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

C. Jenis Pajak Kabupaten/Kota

a) Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahat

an termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma

pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,

serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

b) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau

minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah

makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk

jasa boga/katering.

c) Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,

dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

d) Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk

dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial

memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk


(25)

11

badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau

dinikmati oleh umum.

e) Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari

sumber lain.

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari

sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk

dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral

bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam

peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

g) Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk

penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah

keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

sementara.

h) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam

lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

i) Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung


(26)

12

j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,

dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi

tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan

secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau

laut.

k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa

hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah

dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak

pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

D. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota

Berdasarkan terminologi yang digunakan dalam pajak

daerah, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat

dikenakan pajak daerah. Sementara itu, wajib pajak adalah orang

pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan


(27)

13

pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak

tertentu. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota

berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:

1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan

yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak Hotel adalah orang

pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.

2) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Wajib

Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang

mengusahakan Restoran.

3) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang

pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.

4) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang

pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.

5) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak

Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik

disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan


(28)

14

6) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan

Logam dan Batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan

Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil

Mineral Bukan Logam dan Batuan.

7) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib Pajak Parkir

adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan

tempat Parkir.

8) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air

Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau

Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan

Air Tanah.

9) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan

Sarang Burung Walet. Wajib Pajak Sarang Burung Walet

adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan

pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

10) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh


(29)

15

memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau

Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi

dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,

menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

11) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan

yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

E. Objek Pajak Kabupaten/Kota

Menurut Siahaan (2005 : 55). ”Untuk dapat mengenakan pajak, satu syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya

objek pajak yang dimiliki atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada

dasarnya objek pajak merupakan manifestasi dari taatbestand

(keadaan yang nyata).”

Objek pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang

No. 28 Tahun 2009 adalah:

1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai

kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan


(30)

16

2) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran.

3) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran.

4) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. Objek Pajak sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya

;

b. Reklame kain;

c. Reklame melekat, stiker;

d. Reklame selebaran;

e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;

f. Reklame udara;

g. Reklame apung;

h. Reklame suara;

i. Reklame film/slide; dan

j. Reklame peragaan.

5) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh

dari sumber lain.

6) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan


(31)

17

7) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk

penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

8) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

9) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

10) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,

dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan.

11) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

F. Tarif Pajak Kabupaten/Kota

Menurut Prakosa (2003:8),” Tarif pajak merupakan alat

ukur untuk menilai tingkatan besarnya pajak yang harus dibayar

oleh wajib pajak. Secara Teoritis terdapat empat macam tarif

pajak,yaitu: tarif proporsional, tarif progresif, tarif degresif, dan


(32)

18

Tarif pajak kabupaten/kota menurut UU No. 28 Tahun

2009 ditetapkan paling tinggi masing-masing sebesar:

a. Tarif Pajak Hotel 10% b. Tarif Pajak Restoran 10% c. Tarif Pajak Hiburan 35% d. Tarif Pajak Reklame 25%

e. Tarif Pajak Penerangan Jalan 10%

f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25% g. Tarif Pajak Parkir 30%

h. Tarif Pajak Air Tanah 20%

i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet 10%

j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 0,3%

k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%

2.1.3 Retribusi Daerah

A. Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Siahaan (2005 : 5), ”Retribusi Daerah adalah

Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa

tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara

perorangan”.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Retribusi


(33)

19

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

B. Jenis-Jenis Retribusi Daerah

Jenis-jenis retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 adalah:

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikanoleh pemerintah daerah untuk tujuan

kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan.

Jenis Retribusi Jasa Umum adalah retribusi pelayanan

kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi

penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil,

retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi

pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,

retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat

pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi

penyediaan dan/atau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah

cair, retribusi pelayanan tera/tera ulang, retribusi pelayanan


(34)

20

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada

dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta,meliputi

pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah

yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi pemakaian

kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi

tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir,

retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi rumah

potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat

rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi

penjualan produksi usaha daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan

tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada

orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,

pengaturan, pengendalian,dan pengawasan atas kegiatan

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi izin


(35)

21

beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi

izin usaha perikanan.

C. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, subjek

retribusi daerah danwajib retribusi daerah adalah:

a. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum

yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang

pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan

perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi Jasa Umum.

b. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang

bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang

pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan

perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi Jasa Usaha.

c. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah

Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang


(36)

22

perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi Perizinan Tertentu.

D. Objek Retribusi Daerah

Ada tiga objek retribusi daerah menurut Undang-Undang No.

28 Tahun 2009,yaitu:

1. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau Badan.

2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip

komersial yang meliputi:

- pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;

dan/atau

- pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang

pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan

pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan


(37)

23

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan.

E. Besarnya Retribusi Yang Terutang dan Tarif Retribusi Daerah Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung

berdasarkan perkalian antara tarif retribusi dengan tingkat

penggunaan jasa.

Dalam Siahaan (2005:448), “tingkat penggunaan jasa dapat

dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi

beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa yang

bersangkutan,misalna berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa

kali/berapa jam parkir kendaraan, dan sebagainya.

Menurut Siahaan (2005:449),”Tarif retribusi adalah nilai

rupiah atau persentase tertentu yang diterapkan untuk menghitung

besarnya retribusi daerah yang terutang”.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Prinsip

dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ditentukan sebagai berikut:

a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya

penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan

masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian


(38)

24

b. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang layak.

c. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian

izin yang bersangkutan.

2.1.4 Belanja

A. Pengertian Belanja Daerah

Menurut PSAP No.2, “Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo

Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang

tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana yang telah diubah dengan Permendagri No 59 tahun

2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 tahun 2011, Belanja Daerah didefenisikan

sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai


(39)

25

B. Klasifikasi Belanja

Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor

71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan untuk

tujuan pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi:

1. Belanja operasi

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan

sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka

pendek.

Belanja operasi meliputi:

a. Belanja pegawai b. Belanja barang c. Bunga

d. Subsidi e. Hibah

f. Bantuan sosial 2. Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan

asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode

akuntansi. Nilai asset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar

harga beli/ bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait

dengan pengadaan/pembangunan asset sampai asset tersebut siap


(40)

26

Belanja modal terdiri dari:

a. Belanja modal tanah

b. Belanja modal peralatan dan mesin c. Belanja modal gedung dan bangunan d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan e. Belanja modal asset tetap lainnya

f. Belanja asset lainnya (asset tak berwujud) 3. Belanja lain-lain/belanja tak terduga

Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran

anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak

diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,

bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat

diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah

pusat/daerah.

4. Belanja transfer

Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas

pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah

seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke

pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi

kekabupaten/kota serta dana bagi hasildari kabupaten/kota ke desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri


(41)

27

Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua,

belanja dikelompokkan menjadi:

1. Belanja langsung

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung

terdiri dari belanja:

a. Belanja pegawai

b. Belanja barang dan jasa c. Belanja modal

2. Belanja tidak langsung

Belanja tidak langsung merpakan belanja yang dianggarkan

tidakterkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis

belanja yang terdiri dari:

a. Belanja pegawai b. Belanja bunga c. Belanja subsidi d. Belanja hibah

e. Belanja bantuan sosial

f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa.


(42)

28

2.2 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1. Rolan Pakpahan (2009) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah

Dependen:

1. Belanja Daerah

1. Secara parsial dapat diambil kesimpulan, bahwa Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Daerah, sementara Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Daerah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah memiliki lebih signifikan terhadap Belanja Daerah. 2. Secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah


(43)

29 dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Daerah.

2. Agave Sianturi (2010) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi

Daerah

Dependen

1. Belanja Modal

1. Secara parsial diambil kesimpulan bahwa pajak daerah mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. 2. Secara parsial diambil kesimpulan bahwa retribusi daerah mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. 3. Secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah mempunyai pengaruh signifikan positif


(44)

30

terhadap belanja modal.

3. Zulkautsar (2014)

Pengaruh Pajak daerah dan retribusi Daerah terhadap Pembangunan Daerah melalui Belanja Modal pada Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah

Dependen: 1. Belanja Modal

1.Secara Parsial Pajak Daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal 2. Secara Parsial Retribusi Daerah juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal 3. Secara Simultan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:

1. Sampel penelitian pada penelitian ini yakni pada sembilan kabupaten di Provinsi Aceh.

2. Tahun Penelitian pada penelitian ini adalah enam tahun anggaran, mulai 2006-2013


(45)

31

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan

bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang

telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan

dua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta satu

variabel dependen yaitu belanja modal.

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

H1

H3

H2

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Pajak Daerah

(X1)

Retribusi Daerah

(X2)

Belanja Modal


(46)

32 2.3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011 : 42) “Hipotesis adalah proporsi yang

dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Proposisi

merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,disangkal atau

diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau

memprediksi fenomena-fenomena.

Hipotesis dalan penelitian kuantitatif bertujuan untuk:

1. Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional 2. Menyatakan variabel-variabel penelitian

3. Sebagai pedoman untuk memilih metode pengujian data 4. Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Pajak Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja

Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

H2 : Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja

Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama

berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal pada


(47)

33 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Menurut Sangadji dan

Sopiah (2010:30), “penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antaradua variabel atau lebih”. Menurut Umar (2003:30)

“desain kausal berguna untuk mengukur hubungan – hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi

variabel lain”. Jadi penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang menjelaskan hubungan sebab dan akibat dua variabel atau lebih untuk menganalisis bagaimana

suatu variable mempengaruhi variabel lainnya.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:185), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”. Populasi pada penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD pada pemerintah kabupaten di Provinsi Aceh dari tahun 2006-2013. Pada Povinsi Aceh

terdapat 18 Kabupaten.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Aceh

No. Pemerintahan Kabupaten No. Pemerintahan Kabupaten

1. Kabupaten Aceh Barat 10. Kabupaten Aceh Timur

2. Kabupaten Aceh Barat Daya 11. Kabupaten Aceh Utara


(48)

34

4. Kabupaten Aceh Jaya 13. Kabupaten Bireuen

5. Kabupaten Aceh Selatan 14. Kabupaten Gayo Lues

6. Kabupaten Aceh Singkil 15. Kabupaten Nagan Raya

7. Kabupaten Aceh Tamiang 16. Kabupaten Pidie

8. Kabupaten Aceh Tengah 17. Kabupaten Pidie Jaya

9. Kabupaten Aceh Tenggara 18. Kabupaten Simeulue

Sumber: Wikipedia

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:186), “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dalam penelitian ini

menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purposive sampling

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis sebagai kriteria

sampel adalah:

1. Kabupaten di Provinsi Aceh yang telah melaporkan Laporan Realisasi APBD pada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian

Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id).

2. Kabupaten di Provinsi Aceh yang telah menyerahkan Laporan Realisasi APBD secara lengkap dan terus menerus dari tahun


(49)

35

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sampel yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Daftar Sampel Pemerintah Kabupaten Aceh

No. Pemerintahan Kabupaten No. Pemerintahan Kabupaten

1. Kabupaten Aceh Utara 6. Kabupaten Aceh Barat Daya

2. Kabupaten Aceh Besar 7. Kabupaten Aceh Jaya

3. Kabupaten Aceh Barat 8. Kabupaten Nagan Raya

4. Kabupaten Bireuen 9. Kabupaten Aceh Selatan

5. Kabupaten Gayo Lues

Jumlah amatan adalah 72 (9 kabupaten x 8 tahun).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder

dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data ini telah dikumpulkan

oleh pihak lain sebelumnya. Pada penelitian ini data diperoleh dari situs

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik

Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id) berupa data series keuangan tahun

2006-2013.

3.4 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan defenisinya akan


(50)

36

Tabel 3.3

Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Jenis

Variabel

Nama Variabel Defenisi Skala

Independen Pajak Daerah Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Rasio

Independen Retribusi Daerah Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ata diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Rasio

Dependen Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Rasio

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan teknik

dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan data sekunder, mencatat, dan

mengolah data yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji asumsi


(51)

37

1) Uji Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Pengujian regresi linier berganda

dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu

lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara

normal, artinya bebas dari adanya gejala multikolonieritas, gejala autokorelasi,

dan gejala heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi

linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Uji

asumsi klasik yang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Menurut Erlina (2011: 101),”tujuan uji normalitas adalah ingin

mengetahui apakah dalam model regresi variable pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk

melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji

statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. “

Salah satu cara untuk menguji normalitas distribusi data dengan

menggunakan alat bantu SPSS yaitu menggunakan statistic nonparametric-

Kolmogorov-Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan


(52)

38

1) Jika Zhitung (Kolmogorov Smirnov) < Ztabel (1,96),

atau angka signifikan > taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal.

2) Jika Zhitung (Kolmogorov Smirnov) > Ztabel (1,96),

atau angka signifikan < taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi data

yang tidak normal, diantaranya:

1) Transformasi data ke bentuk lainnya

Pelanggaran asumsi normalitas biasanya disebabkan

bentuknya menceng (skew), sehingga untuk mengatasinya dapat

mengubah nilai atau mentransformasikan nilai ke dalam bentuk

log. Dengan mentransformasikan nilai-nilai observasi data ke

dalam bentuk log diharapkan dapat membentuk distribusi yang

normal.

2) Trimming

Trimming adalah membuang data yang outlier. Nilai outlier

bisa ditentukan dengan kriteria nilainya lebih kecil dari µ-2σ atau lebih besar dari µ+2σ. Metode ini juga mengecilkan sampelnya.

3) Winsorizing

Winsorizing yaitu mengubah nilai data yang outlier ke

suatu nilai tertentu, menjadi nilai maksimum dan minimum yang


(53)

39

menjadi µ -2σ dan nilai observasi yang lebih besar µ+2σ akan diubah menjadi nilai µ+2σ.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi di antara variable independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidk terjadi korelasi di antara variable

independen.

Menurut Ghozali (2005 : 91), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dijelaskan berikut ini.

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (a) nilai tolerance dan lawannya (b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.


(54)

40

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untukmelihat apakah dalam suatu model

regresi linearada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kealahan pada periode t-1. Auto korelasi muncul karena observasi

yangberurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan lainnya.

Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin-Watson. Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi

autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku

statistik yang relevan. Namun demikian secara umum bisa diambil

patokan:

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,

3) Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif. d. Uji Heteroskedasititas

Salah satu asumsi yang penting dari modelregresi linear adalah

varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Umumnya

hetereokedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan datacross

section (silang waktu) daripada data time series.

Uji heterokedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu


(55)

41

model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau

homokedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik

scattter plot antara variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Dasar analisisnya:

1) Jika ada pola-pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas,

2) Jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

2) Pengujian Hipotesis

Model regresi linier berganda adalah model regresi yang memiliki lebih

dari satu variabel independen. Pada penelitian ini terdapat dua variabel

independen, yakni pajak daerah dan retribusi daerah. Model regresi linier

berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memiliki asumsi

normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik

multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas.

Persamaan regresi linier berganda yaitu :

Y = α + β1X1 + β2X2 + ε

Keterangan :

Y = Indeks Pengungkapan,

X1 = Pajak Daerah,


(56)

42 α = Konstanta,

ε = error,

β1, β2 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen.

a. Uji Parsial (t-test)

Uji parsial (t-test) bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

Untuk pengujian secara parsial ini digunakan uji-t. Hipotesis statistik yang

diajukan adalah :

H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:

1) H1 diterima apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,

2) H1 ditolak apabila thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

b. Uji Simultan (F-test)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan

membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikasi yang


(57)

43

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H1 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh

secara bersama-sama.

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis

adalah :

1) H1 diterima apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,

2) H1 ditolak apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05

c. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau

hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.

Koefisian korelasi dikatakan kuat apabila niali R lebih besar dari 0,5 atau

mendekati 1. Koefisian determinasi (R Square) menunjukkan seberapa besar

variabel dependen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah 0

sampai 1. Apabila R square mendekati satu maka variabel-variabel independen

memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi variasi variabel

dependennya. Sebaliknya semakin kecil R square maka kemampuan variabel


(58)

44 3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar

1. Pengajuan proposal skripsi

2. Bimbingan proposal skripsi

3. Seminar proposal skripsi

4. Bimbingan dan penulisan skripsi


(59)

45 BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 DATA PENELITIAN

Aceh adalah sebuah provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera

dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Ibu kota Provinsi Aceh

adalah Banda Aceh. Jumlah penduduk provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa. Aceh

terletak antara 01o 58' 37,2" - 06o 04' 33,6" Lintang Utara dan 94o57' 57,6" -

98o 17' 13,2" Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas

permukaan laut. Batas wilayah Provinsi Aceh sebagai berikut:

Utara : berbatasan dengan Selat Malaka

Timur : berbatasan dengan Selat Malaka

Selatan : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara

Barat : berbatasan dengan Samudera Indonesia

Pada tahun 2012 Provinsi Aceh dibagi menjadi 18 Kabupaten dan 5 kota,

terdiri dari 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493 gampong atau desa. Luas

Provinsi Aceh 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai

2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha. Sedangkan lahan


(60)

46

Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu: Suku Aceh, Suku Tamiang,

Suku Gayo, Suku Alas, Suku Kluet, Suku Julu, Suku Pakpak, Suku Aneuk Jamee,

Suku Sigulai, Suku Lekon, Suku Devayan, Suku Haloban, Suku Nias

Provinsi Aceh memiliki Sembilan lokasi suaka alam/objek wisata, yaitu

Taman Buru Linge Isaq, Cagar Alam Serbajadi, Taman Nasional Gunung Leuser,

Taman Wisata dan Taman Laut Pulau Weh Sabang, Cagar Alam Jantho, Hutan

untuk Latihan Gajah (PLG), Taman Wisata Laut Kepulauan

Banyak, dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.

Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus

terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten yang telah ditentukan sebagai

sampel. Adapun kabupaten yang terpilih menjadi sampel penelitian berdasarkan

pertimbangan yang ditentukan oleh penulis adalah sebanyak 9 sampel untuk setiap

tahunnya. Kabupaten yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Daftar Pemerintahan Kabupaten Sampel

No. Nama Kabupaten Kriteria 1 Kriteria 2 Sampel

1. Kabupaten Aceh Barat √ √ Sampel 1

2. Kabupaten Aceh Barat Daya √ √ Sampel 2

3. Kabupaten Aceh Besar √ √ Sampel 3

4. Kabupaten Aceh Jaya √ √ Sampel 4

5. Kabupaten Aceh Selatan √ √ Sampel 5

6. Kabupaten Aceh Singkil √ x -

7. Kabupaten Aceh Tamiang √ x -


(61)

47

9. Kabupaten Aceh Tenggara √ x -

10. Kabupaten Aceh Timur √ x -

11. Kabupaten Aceh Utara √ √ Sampel 6

12. Kabupaten Bener Meriah √ x -

13. Kabupaten Bireuen √ √ Sampel 7

14. Kabupaten Gayo Lues √ √ Sampel 8

15. Kabupaten Nagan Raya √ √ Sampel 9

16. Kabupaten Pidie √ x -

17. Kabupaten Pidie Jaya √ x -

18. Kabupaten Simeulue √ x -

4.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai

minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang

digunakan dalam penelitian. Berikut ini merupakan output SPSS yang

merupakan keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pajak Daerah 72 5,19E8 4,11E10 5,4256E9 6,43012E9

Retribusi Daerah 72 1,23E8 5,21E10 5,5844E9 7,70677E9

Belanja Modal 72 4,31E10 3,96E11 1,1573E11 6,56611E10


(62)

48

Berdasarkan tabel descriptive statistic di atas, dapat dijelaskan bahwa:

1) Variabel Pajak Daerah (X1) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 5.425.600.000, dengan standar deviasi Rp 6.430.120.000, nilai Pajak

Daerah Tertinggi adalah Rp 41.100.000.000, dan nilai Pajak Daerah

terendah adalah Rp 519.000.000. Jumlah sampel adalah 9 dan jumlah

amatan adalah 72.

2) Variabel Retribusi Daerah (X2) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 5.584.400.000, dengan standar deviasi Rp 7.706.770.000, Nilai Retribusi

Daerah tertinggi adalah Rp 52.100.000.000, dan nilai Retribusi Daerah

terendah adalah Rp 123.000.000. Jumlah sampel adalah 9 dan jumlah

amatan adalah 72.

3) Variabel Belanja Modal (Y) memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 115.730.000.000, dengan standar deviasi Rp 65.661.100.000, Nilai Belanja

Modal tertinggi adalah Rp396.000.000.000 , dan nilai Belanja Modal

terendah adalah Rp 43.100.000.000. Jumlah sampel adalah 9 dan jumlah

amatan adalah 72.

2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi , variabel pengganggu atau variabel residual memiliki distribusi

normal. Pengujian ini dilakukan untuk melakukan uji T dan uji F yang


(63)

49

ini, peneliti menggunakan uji statistic non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov (KS). Uji KS dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

HA : Data residual tidak berdistribusi normal

Jika signifikansi hitung > 0,05 (alpa) berarti distribusi data normal

atau HA diterima, sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 (alpa) berarti

distribusi data tidak normal atau H0 diterima. Hasil uji normalitas dengan

uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov ditunjukkan sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 72

Normal Parametersa,b Mean ,0000090

Std. Deviation 6,18971835E10

Most Extreme Differences Absolute ,178

Positive ,178

Negative -,130

Kolmogorov-Smirnov Z 1,512

Asymp. Sig. (2-tailed) ,021

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: diolah dari SPSS, 2015

Dari hasil di atas,dapat dilihat nilai Asymp.Sig. (2-tailed) < 0,05 yakni

0,021, artinya HA diterima (data residual tidak berdistribusi normal). Oleh

karenanya dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan menggunakan transformasi


(64)

50

Hasil pengujian ulang data menghasilkan :

Tabel 4.4

Uji Normalitas Setelah Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 72

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,41344743

Most Extreme Differences Absolute ,069

Positive ,069

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z ,583

Asymp. Sig. (2-tailed) ,886

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: diolah dari SPSS, 2015

Dari hasil di atas,dapat dilihat nilai Asymp.Sig. (2-tailed) setelah

dilakukan transformasi > 0,05 yakni 0,886, artinya H0 diterima (data residual

berdistribusi normal.

Selain mengggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov


(65)

51

Gambar 4.1 : Uji Normalitas

Sebelum dilakukan transformasi,dari hasil analisis normal probability

plot dapat dilihat pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar

garis diagonal serta penyebarannya agak menjauh dari garis diagonal sehingga

dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara tidak


(66)

52

Gambar 4.2 : Uji Normalitas Setelah Transformasi

Setelah dilakukan transformasi, grafik normal probability plot di atas

dapat di lihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Tidak ada titik

yang jaraknya sangat jauh dari garis diagonal dan pola yang dibentuk oleh sebaran

data tersebut ada disekitar garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan data dalam

model regresi terdistribusi secara normal.

b. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai


(67)

53

Jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh dan nilai tolerance lebih kecil dari

0,1 maka ada multikolinearitas. Jika nilai VIF lebih kecil dari sepuluh dan nilai

tolerance lebih besar dari 0,1,maka tidak ada multikolinearitas.

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 20,783 1,31

4

15,822 ,000

LN_PD ,196 ,082 ,366 2,388 ,020 ,525 1,905

LN_RD ,012 ,061 ,030 ,196 ,845 ,525 1,905

a. Dependent Variable: LN_BM

Sumber: diolah dari SPSS, 2015

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai tolerance adalah 0,525 dan nilai

Varience Inflaction Factors (VIF) adalah 1,905. Kesimpulannya tidak ada

multikolinearitas antar variabel independen pada data karena nilai VIF dari

masing-masing variabel lebih kecil dari sepuluh dan nilai tolerance lebih besar

dari 0.1.

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini grafik scatterplot digunakan untuk


(68)

54

gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat

heterokedastisitas jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Gambar 4.3: Grafik Scatterplot

Dari grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik data menyebar

secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

titik data tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja, penyebaran

titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan

melebar kembali, dan penyebaran titik-titik data tidak berpola,sehingga dapat


(69)

55

d. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini untuk

mengetahui masalah autokorelasi adalah dengan melakukan Uji Durbin

Watson dengan ketentuan:

4) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

5) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,

6) Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,387a ,150 ,125 ,41940 1,811

Sumber: diolah dari SPSS, 2015

Dari model summary di atas,dapat dilihat hasil pengujian angka D-W

sebesar +1.811 atau (-2<-1.811<+2), karena angka D-W diantara -2 sampai +2,

maka disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi.

3. Analisis Regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, beberapa

tahapan dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan


(70)

56

(retribusi daerah) terhadap LN_BM (belanja modal). Hasil regresi dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 20,783 1,314 15,822 ,000

LN_PD ,196 ,082 ,366 2,388 ,020

LN_RD ,012 ,061 ,030 ,196 ,845

a. Dependent Variable: LN_BM

Sumber: diolah dari SPSS, 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat pada tabel di atas pada

kolom unstandardized coeffisients bagian B, ditunjukkan modal persamaan regresi

berganda sebagai berikut :

LnBM = 20,783 + 0,196 LnPD + 0,012 LnRD + e

Keterangan :

LnBM = Logarima Natural (LN) Belanja Modal

Ln PD = Logarima Natural (LN) Pajak Daerah

Ln RD = Logarima Natural (LN) Retribusi Daerah

e = Error

Interpretasi dari persamaan regresi linier berganda diatas adalah :

a. Konstanta sebesar 20,783 menunjukkan bahwa jika variabel independen


(71)

57

b. Koefisien LN_PD 0,196, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi

perubahan variabel pajak daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja

modal sebesar 0,196 atau 19,6% dengan asumsi variabel lainnnya konstan

c. Koefisien LN_RD 0,012, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi

perubahan variabel retribusi daerah sebesar 1% maka akan menaikkan

belanja modal sebesar 0,012 atau 1,2 % dengan asumsi variabel lainnya

konstan.

d. standar error (e ) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Parsial (t-test)

Uji statistik T digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis statistik yang

diajukan adalah :

H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:

1) H1 diterima apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,

2) H1 ditolak apabila thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas >level of significant sebesar 0,05.


(1)

71

Lampiran 3

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pajak Daerah 72 5,19E8 4,11E10 5,4256E9 6,43012E9

Retribusi Daerah 72 1,23E8 5,21E10 5,5844E9 7,70677E9

Belanja Modal 72 4,31E10 3,96E11 1,1573E11 6,56611E10

Valid N (listwise) 72

Hasil Uji Normalitas

Uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov

Sebelum Transformasi dengan Logaritma Natural

Unstandardized Residual

N 72

Normal Parametersa,b Mean ,0000090

Std. Deviation 6,18971835E10

Most Extreme Differences Absolute ,178

Positive ,178

Negative -,130

Kolmogorov-Smirnov Z 1,512

Asymp. Sig. (2-tailed) ,021

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

72

Hasil Uji Normalitas

Uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 72

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,41344743

Most Extreme Differences Absolute ,069

Positive ,069

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z ,583

Asymp. Sig. (2-tailed) ,886

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Hasil Uji Normalitas

Analisis Normal Probability Plot


(3)

73

Hasil Uji Normalitas

Analisis Normal Probability Plot

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Hasil Uji Multikolinearitas

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 20,783 1,31 4

15,822 ,000

LN_PD ,196 ,082 ,366 2,388 ,020 ,525 1,905

LN_RD ,012 ,061 ,030 ,196 ,845 ,525 1,905


(4)

74

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Hasil Uji Autokorelasi

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson


(5)

75

Hasil Regresi Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 20,783 1,314 15,822 ,000

LN_PD ,196 ,082 ,366 2,388 ,020

LN_RD ,012 ,061 ,030 ,196 ,845

a. Dependent Variable: LN_BM

Hasil Uji Parsial (t

test

)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 20,783 1,314 15,822 ,000

LN_PD ,196 ,082 ,366 2,388 ,020

LN_RD ,012 ,061 ,030 ,196 ,845

a. Dependent Variable: LN_BM

Hasil Uji Simultan (F

test

)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2,140 2 1,070 6,084 ,004a

Residual 12,137 69 ,176

Total 14,277 71

a. Predictors: (Constant), LN_RD, LN_PD b. Dependent Variable: LN_BM


(6)

76

Koefisien Determinasi (R²)

Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,387a ,150 ,125 ,41940 1,811

a. Predictors: (Constant), LN_RD, LN_PD b. Dependent Variable: LN_BM