Jenis dan Sumber Data Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

35 Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sampel yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Daftar Sampel Pemerintah Kabupaten Aceh No. Pemerintahan Kabupaten No. Pemerintahan Kabupaten 1. Kabupaten Aceh Utara 6. Kabupaten Aceh Barat Daya 2. Kabupaten Aceh Besar 7. Kabupaten Aceh Jaya 3. Kabupaten Aceh Barat 8. Kabupaten Nagan Raya 4. Kabupaten Bireuen 9. Kabupaten Aceh Selatan 5. Kabupaten Gayo Lues Jumlah amatan adalah 72 9 kabupaten x 8 tahun.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data ini telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Pada penelitian ini data diperoleh dari situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia http:www.djpk.kemenkeu.go.id berupa data series keuangan tahun 2006-2013.

3.4 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan defenisinya akan dijelaskan melalui tabel berikut ini: 36 Tabel 3.3 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Jenis Variabel Nama Variabel Defenisi Skala Independen Pajak Daerah Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Rasio Independen Retribusi Daerah Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danata diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Rasio Dependen Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Rasio

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan teknik dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan data sekunder, mencatat, dan mengolah data yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. 37 1 Uji Asumsi Klasik Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, artinya bebas dari adanya gejala multikolonieritas, gejala autokorelasi, dan gejala heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Menurut Erlina 2011: 101,”tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistic menjadi tidak va lid untuk jumlah sampel kecil. “ Salah satu cara untuk menguji normalitas distribusi data dengan menggunakan alat bantu SPSS yaitu menggunakan statistic nonparametric- Kolmogorov-Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Zhitung dan Ztabel dengan kriteria sebagai berikut : 38 1 Jika Zhitung Kolmogorov Smirnov Ztabel 1,96, atau angka signifikan taraf signifikan α 0,05 maka distribusi data dikatakan normal. 2 Jika Zhitung Kolmogorov Smirnov Ztabel 1,96, atau angka signifikan taraf signifikan α 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi data yang tidak normal, diantaranya: 1 Transformasi data ke bentuk lainnya Pelanggaran asumsi normalitas biasanya disebabkan bentuknya menceng skew, sehingga untuk mengatasinya dapat mengubah nilai atau mentransformasikan nilai ke dalam bentuk log. Dengan mentransformasikan nilai-nilai observasi data ke dalam bentuk log diharapkan dapat membentuk distribusi yang normal. 2 Trimming Trimming adalah membuang data yang outlier. Nilai outlier bisa ditentukan dengan kriteria nilainya lebih kecil dari µ- 2σ atau lebih besar dari µ+2σ. Metode ini juga mengecilkan sampelnya. 3 Winsorizing Winsorizing yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu, menjadi nilai maksimum dan minimum yang diizinkan. Nilai observasi yang lebih kecil dari µ - 2σ akan diubah 39 menjadi µ - 2σ dan nilai observasi yang lebih besar µ+2σ akan diubah menjadi nilai µ+2σ. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variable independen. Model regresi yang baik seharusnya tidk terjadi korelasi di antara variable independen. Menurut Ghozali 2005 : 91, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dijelaskan berikut ini. 1 Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2 Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0.90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. 3 Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a nilai tolerance dan lawannya b variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1 Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. 40 c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untukmelihat apakah dalam suatu model regresi linearada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kealahan pada periode t-1. Auto korelasi muncul karena observasi yangberurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan lainnya. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku statistik yang relevan. Namun demikian secara umum bisa diambil patokan: 1 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2 Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3 Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif. d. Uji Heteroskedasititas Salah satu asumsi yang penting dari modelregresi linear adalah varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Umumnya hetereokedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan datacross section silang waktu daripada data time series. Uji heterokedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Model regresi yang baik adalah 41 model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau homokedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik scattter plot antara variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya: 1 Jika ada pola-pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas, 2 Jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. 2 Pengujian Hipotesis Model regresi linier berganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Pada penelitian ini terdapat dua variabel independen, yakni pajak daerah dan retribusi daerah. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memiliki asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Persamaan regresi linier berganda yaitu : Y = α + β1X1 + β2X2 + ε Keterangan : Y = Indeks Pengungkapan, X1 = Pajak Daerah, X2 = Retribusi Daerah, 42 α = Konstanta, ε = error, β1, β2 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen. a. Uji Parsial t-test Uji parsial t-test bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Untuk pengujian secara parsial ini digunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diajukan adalah : H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah: 1 H1 diterima apabila thitung ttabel, pada α = 5 dan nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05, 2 H1 ditolak apabila thitung ttabel, pada α = 5 dan nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05. b. Uji Simultan F-test Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikasi yang digunakan yaitu 0,05. 43 Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut : H1 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh secara bersama-sama. Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah : 1 H1 diterima apabila Fhitung Ftabel, pada α = 5 dan nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05, 2 H1 ditolak apabila Fhitung Ftabel, pada α = 5 dan nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05 c. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisian korelasi dikatakan kuat apabila niali R lebih besar dari 0,5 atau mendekati 1. Koefisian determinasi R Square menunjukkan seberapa besar variabel dependen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah 0 sampai 1. Apabila R square mendekati satu maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi variasi variabel dependennya. Sebaliknya semakin kecil R square maka kemampuan variabel independennya untuk menjelaskan variabel dependen semakin terbatas. 44

3.7 Jadwal Penelitian