5
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan
1.2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan baik secara parsial
maupun simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh
?” 1.2.2 Batasan Permasalahan
a. Batasan aspek penelitian ini adalah terhadap akutansi keuangan daerah, berkaitan dengan nilai realisasi pajak daerah dan retribusi
daerah dibandingkan dengan realisasi belanja modal daerah. b. Batasan waktu penelitian meliputi tahun 2006 - 2013.
c. Objek penelitian ini adalah pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah baik secara parsial
maupun simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh.
6
1.3.2 Manfaat Peneltian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan khususnya mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten di Provinsi Aceh.
2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah, untuk memberikan sumbangan informasi tentang pengelolaan keuangan daerah
sehingga dapat mengoptimalkan potensi daerah. 3. Bagi Calon Peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh pajak daerah
dan retribusi daerah terhadap belanja modal sehingga hasilnya dapat lebih baik lagi.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo 2002 : 132, ”Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Menurut Halim 2004 : 67:
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan
Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan
hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh
dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari:
a. Pajak Daerah; b. Retribusi Daerah;
8
c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah.
2.1.2 Pajak Daerah
A. Pengertian Pajak Daerah Menurut Siahaan 2005:7:
Pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara pemerintah berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat
dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali kontra prestasibalas jasa
secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
Menurut Prakosa 2003 : 1: Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat
kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung
dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah misal:
Provinsi, Kabupaten, Kotamadya yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.
9
B. Jenis – Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Undang - Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi
atas pajak provinsi dan pajak kabupatenkota. Jenis pajak berdasarkan undang
– undang tersebut terdiri dari 16 jenis pajak, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupatenkota.
Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok.
Jenis Pajak kabupatenkota terdiri atas: a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet;
10
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. C. Jenis Pajak KabupatenKota
a Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapanperistirahat
an termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 sepuluh.
b Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan danatau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk
jasa bogakatering. c Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, danatau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
d Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk
dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau
11
badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, danatau dinikmati oleh umum.
e Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari
sumber lain. f Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam danatau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam
peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. g Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara. h Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan danatau
pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
i Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan danatau pengusahaan sarang burung walet. Burung
Walet adalah satwa yang termasuk marga.
12
j Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupatenkota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah danatau perairan pedalaman danatau
laut. k Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah danatau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah danatau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas
Tanah danatau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan. D. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten Kota
Berdasarkan terminologi yang digunakan dalam pajak daerah, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenakan pajak daerah. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran
13
pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten Kota
berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah: 1 Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak Hotel adalah orang
pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. 2 Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
membeli makanan danatau minuman dari Restoran. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Restoran. 3 Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang
menikmati Hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.
4 Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang
pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame. 5 Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau
Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan
adalah penyedia tenaga listrik.
14
6 Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan
Logam dan Batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil
Mineral Bukan Logam dan Batuan. 7 Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
tempat Parkir. 8 Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah.
9 Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan danatau mengusahakan
Sarang Burung Walet. Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan danatau mengusahakan Sarang Burung Walet. 10 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi danatau memperoleh
manfaat atas Bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau
15
memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau
Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi danatau memperoleh manfaat atas Bumi, danatau memiliki,
menguasai, danatau memperoleh manfaat atas Bangunan. 11 Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah danatau Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah danatau Bangunan.
E. Objek Pajak KabupatenKota Menurut
Siahaan 2005 : 55. ”Untuk dapat mengenakan pajak, satu syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya
objek pajak yang dimiliki atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada dasarnya objek pajak merupakan manifestasi dari taatbestand
keadaan yang nyata. ”
Objek pajak kabupatenkota berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:
1 Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
16
2 Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran.
3 Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran.
4 Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. Objek Pajak sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Reklame papanbillboardvideotronmegatron dan sejenisnya ;
b. Reklame kain; c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran; e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara; g. Reklame apung;
h. Reklame suara; i. Reklame filmslide; dan
j. Reklame peragaan. 5 Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.
6 Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan
17
7 Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
8 Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah.
9 Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan danatau pengusahaan Sarang Burung Walet.
10 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi danatau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,
danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. 11 Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan.
F. Tarif Pajak KabupatenKota Menurut Prakosa 2003:8,” Tarif pajak merupakan alat
ukur untuk menilai tingkatan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Secara Teoritis terdapat empat macam tarif
pajak,yaitu: tarif proporsional, tarif progresif, tarif degresif, dan tarif tetap.”
18
Tarif pajak kabupatenkota menurut UU No. 28 Tahun 2009 ditetapkan paling tinggi masing-masing sebesar:
a. Tarif Pajak Hotel 10 b. Tarif Pajak Restoran 10
c. Tarif Pajak Hiburan 35 d. Tarif Pajak Reklame 25
e. Tarif Pajak Penerangan Jalan 10 f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25
g. Tarif Pajak Parkir 30 h. Tarif Pajak Air Tanah 20
i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet 10 j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
0,3 k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5
2.1.3 Retribusi Daerah
A. Pengertian Retribusi Daerah Menurut Siahaan 2005 : 5, ”Retribusi Daerah adalah
Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara
perorangan ”.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah
19
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
B. Jenis-Jenis Retribusi Daerah Jenis-jenis retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 adalah: a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikanoleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahankebersihan, retribusi
penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat
pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi penyediaan danatau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah
cair, retribusi pelayanan teratera ulang, retribusi pelayanan pendidikan dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi.
20
b. Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta,meliputi
pelayanan dengan menggunakanmemanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir danatau pertokoan, retribusi
tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla, retribusi rumah
potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi
penjualan produksi usaha daerah. c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian,dan pengawasan
atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi izin
mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan minuman
21
beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi izin usaha perikanan.
C. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, subjek
retribusi daerah danwajib retribusi daerah adalah: a. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau
Badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum.
b. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa usaha yang
bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Jasa Usaha. c. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau
Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
22
perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Perizinan Tertentu. D. Objek Retribusi Daerah
Ada tiga objek retribusi daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009,yaitu:
1. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip
komersial yang meliputi: - pelayanan dengan menggunakanmemanfaatkan kekayaan
Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; danatau
- pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang
pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
23
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
E. Besarnya Retribusi Yang Terutang dan Tarif Retribusi Daerah Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung berdasarkan perkalian antara tarif retribusi dengan tingkat
penggunaan jasa. Dalam Siahaan 2005:448, “tingkat penggunaan jasa dapat
dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa yang
bersangkutan,misalna berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa kaliberapa jam parkir kendaraan, dan sebagainya.
Menurut Siahaan 2005:449,”Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang diterapkan untuk menghitung
besarnya retribusi da erah yang terutang”.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ditentukan sebagai berikut:
a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum
ditetapkan dengan
memperhatikan biaya
penyediaan jasa
yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian
atas pelayanan tersebut.
24
b. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak. c. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian
izin yang bersangkutan.
2.1.4 Belanja
A. Pengertian Belanja Daerah Menurut PSAP No.2, “Belanja adalah semua pengeluaran
dari Rekening Kas Umum NegaraDaerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang
Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
sebagaimana yang telah diubah dengan Permendagri No 59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 tahun 2011, Belanja Daerah didefenisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
25
B. Klasifikasi Belanja Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor
71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan untuk tujuan pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi:
1. Belanja operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusatdaerah yang memberi manfaat jangka pendek.
Belanja operasi meliputi: a. Belanja pegawai
b. Belanja barang c. Bunga
d. Subsidi e. Hibah
f. Bantuan sosial 2. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Nilai asset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaanpembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan.
26
Belanja modal terdiri dari: a. Belanja modal tanah
b. Belanja modal peralatan dan mesin c. Belanja modal gedung dan bangunan
d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan e. Belanja modal asset tetap lainnya
f. Belanja asset lainnya asset tak berwujud 3. Belanja lain-lainbelanja tak terduga
Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusatdaerah.
4. Belanja transfer Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas
pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke
pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi kekabupatenkota serta dana bagi hasildari kabupatenkota ke desa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan
27
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja langsung Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari belanja:
a. Belanja pegawai b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal 2. Belanja tidak langsung
Belanja tidak langsung merpakan belanja yang dianggarkan tidakterkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi d. Belanja hibah
e. Belanja bantuan sosial f. Belanja bagi hasil kepada provinsikabupatenkota dan
pemerintahan desa.
28
2.2 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Peneliti
Judul Variabel
Hasil
1. Rolan
Pakpahan 2009
Pengaruh Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terhadap Belanja
Daerah Pemerintahan
KabupatenKota di Sumatera Utara
Independen: 1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah Dependen:
1. Belanja Daerah 1. Secara
parsial dapat diambil
kesimpulan, bahwa
Pajak Daerah mempunyai
pengaruh yang signifikan
positif terhadap
Belanja Daerah,
sementara Retribusi
Daerah mempunyai
pengaruh yang positif tetapi
tidak signifikan
terhadap Belanja
Daerah. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan
bahwa Pajak
Daerah memiliki lebih
signifikan terhadap
Belanja Daerah.
2. Secara simultan dapat
diambil kesimpulan
bahwa pajak daerah
29
dan retribusi
daerah memiliki
pengaruh yang signifikan
positif terhadap
Belanja Daerah.
2. Agave
Sianturi 2010
Pengaruh Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah terhadap
Pengalokasian Belanja Modal
pada Pemerintah KabupatenKota di
Sumatera Utara Independen:
1. Pajak Daerah 2. Retribusi
Daerah Dependen
1. Belanja Modal 1. Secara
parsial diambil kesimpulan
bahwa pajak daerah
mempunyai pengaruh
signifikan positif
terhadap belanja modal.
2. Secara parsial diambil
kesimpulan bahwa
retribusi daerah
mempunyai pengaruh
signifikan positif
terhadap belanja modal.
3. Secara simultan dapat
diambil kesimpulan
bahwa pajak daerah dan
retribusi daerah
mempunyai pengaruh
signifikan positif
30
terhadap belanja modal.
3. Zulkautsar
2014 Pengaruh Pajak
daerah dan retribusi Daerah terhadap
Pembangunan Daerah melalui
Belanja Modal pada Kabupaten
Bener Meriah Provinsi Aceh
Independen: 1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah Dependen:
1. Belanja Modal 1.Secara
Parsial Pajak Daerah tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
Belanja Modal 2. Secara
Parsial Retribusi
Daerah juga tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap Belanja Modal
3. Secara Simultan Pajak
Daerah dan Retribusi
Daerah Secara bersama-sama
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Belanja Modal
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: 1. Sampel penelitian pada penelitian ini yakni pada sembilan kabupaten di
Provinsi Aceh. 2. Tahun Penelitian pada penelitian ini adalah enam tahun anggaran, mulai
2006-2013
31
2.3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS