LATAR BELAKANG HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN 2015

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan cacing filaria dewasa yang hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki elephantiasis, pembesaran lengan, payudara, dan alat kelamin pada wanita maupun laki-laki. Penyakit ini menyebabkan produktifitas penderitanya penurun dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit akibat kehilangan jam kerja yang disebabkan penyakit tersebut Akhsin Zulkoni, 2011:55. Data WHO menunjukkan bahwa 1,3 milyar penduduk dunia yang tinggal di 83 negara berisiko tertular filariasis dan 60 kasus berada di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara jumlah kasus mencapai 851 juta penderita dan Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi. Di Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan 2009 berturut-turut jumlah kasus klinis yaitu 8.242, 10.427, 11.473, 11.699, dan 11.914 Kemenkes RI, 2010:5. Pada tahun 2011 di Jawa Tengah jumlah kasus 537 dengan 141 kasus baru yang mana 125 kasus ditemukan di Kota Pekalongan dan sisanya tersebar di 8 KabupatenKota lain Dinkes Provinsi Jateng, 2011:29. Pada tahun 2012 jumlah kasus 565 penderita Dinkes Provinsi Jateng, 2012:26. Kota Pekalongan adalah daerah dengan jumlah kasus terbanyak di Jawa Tengah. Kasus filariasis di Kota 2 Pekalongan ditemukan tahun 2002. Pada tahun 2004 mulai dilakukan Survei Darah Jari SDJ yang menunjukkan bahwa Kota Pekalongan endemis filariasis karena Mf-rate Microfilaria-rate 1 Dinkes Kota Pekalongan, 2012. Angka kasus filariasis tahun 2010 berjumlah 63 kasus yang terdiri dari 55 kasus klinis dan 8 kasus kronis. Pada tahun 2011 menjadi 117 kasus yang terdiri dari 110 kasus klinis dan 7 kasus kronis. Pada tahun 2012 jumlah kasus menjadi 66 penderita yang terdiri dari 59 kasus klinis dan 7 kasus kronis dan tahun 2013 7 kasus klinis Dinkes Kota Pekalongan , 2013. Program pencegahan penularan filariasis yang sudah dicanangkan Kota Pekalongan adalah Pemberian Obat Masal Pencegahan POMP. Hasil pelaksanaan POMP menunjukkan pada tahun 2011 sampai 2013 berturut-turut 3,79; 3,81; dan 4,26 penduduk tidak minum obat. Pada tahun 2013 penduduk tidak minum obat dengan alasan 60 bepergian, 11 menolak, 2 meninggal, dan 27 dengan alassan lain Dinkes Kota Pekalongan, 2013. Survei pemeriksaan darah jari yang dilakukan dari tahun 2009 sampai 2012 terdapat Mf-rate1 yaitu Kelurahan Tegalrejo 2,3, Kelurahan Pabean 3,39, Kelurahan Bandengan 2,39 dan Kelurahan Kertoharjo 4,18. Tahun 2011 Kelurahan Kertoharjo hasil Mf-rate-nya 1 yaitu sebesar 3,5. Tahun 2014 Kelurahan Kertoharjo masih mempunyai Mf-rate 9,7. Artinya bahwa Kelurahan Kertoharjo yang sekarang menjadi RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo masih menjadi daerah endemis filariasis. Program pencegahan filariasis tidak hanya pengobatan masal tetapi pengendalian vektor dan peran serta 3 masyarakat juga menjadi perhatian untuk mencegah penularan filariasis Widoyono, 2008:141. Oleh karena itu untuk mengurangi perkembangan vektor penularan filariasis perlu adanya pengendalian lingkungan. Banyak faktor risiko yang dapat menimbulkan kejadian filariasis. Salah satunya adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kepadatan vektor penularan filariasis. Faktor lingkungan dapat menunjang kelangsungan hidup vektor sehingga pengendalian dari faktor lingkungan masih sangat diperlukan. Oleh karena itu pengendalian vektor penularan filariasis perlu dikendalikan untuk membuat kondisi lingkungn tidak cocok sebagai perkembangan dan peristirahatan nyamuk, dimana pemberantasan tempat perkembangan nyamuk melalui pembersihan saluran pembuangan air, pengaliran air yang tergenang, penebaran bibit ikan pemakan jentik. Pemberantasan tempat peristirahatan nyamuk melalui pembersihan semak-semak dan pembersihan kandang ternak Widoyono, 2008:141. Kondisi fisik lingkungan tercipta dari perilaku yang dipengaruhi dari praktik seseorang, perubahan perilaku seseorang diikuti tahapan antara pengetahuan, sikap, dan praktik. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu, untuk menciptakan kondisi lingkungan fisik yang diharapkan diperlukan pendirian yang kuat untuk mencegah penularan filariasis dari kondisi fisik lingkungan Soekidjo Notoatmodjo, 2012:140. Terbentuknya sikap didasari pengetahuan yang didapat untuk mengetahui tujuan dan manfaat bagi kesehatan. Pengetahuan tentang pencegahan penularan dengan kondisi fisik lingkungan yang 4 dimiliki diharapkan seseorang akan membentuk perilaku yang akan langgeng bahkan selama hidup dilakukan Soekidjo Notoatmodjo, 2012:18. Menurut Risky Amalia 2013:1 tentang faktor risiko kejadian filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan tahun 2013, OR tempat perindukan nyamuk 8,556, OR keberadaan kandang disekitar rumah 11, OR kondisi sanitasi sekitar rumah 8,556, OR tingkat pengetahuan 10,714,. Menurut Ardias 2012:202 tentang faktor lingkungan dan perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Sambas bahwa OR habitat nyamuk 11,074 dan OR resting place 4,840. Hasil survei pendahuluan pada tanggal 12 Februari 2014 pada 20 rumah menunjukkan bahwa kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo 90 terdapat semak-semak, 70 terdapat saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan limbah tidak mengalir, 25 terdapat genangan air, 10 terdapat ternak disekitar rumah, dan 45 dari 20 responden pernah mengikuti penyuluhan filariasis. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015 ”. Penelitian ini bagian dari penelitian hibah bersaing yang berjudul “Program Aktif-Mandiri Aksi Tindakan Filariasis-Media Baca Hindari Filariasis Sebagai Penyempurna Akselerasi Eliminasi Filariasis Dalam Menurunkan Mf-rate Wilayah Endemis Filariasis di Kota Pekalongan”. 5 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN FILARIASIS DENGAN PRAKTEK MINUM OBAT DALAM PROGRAM PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN

1 24 115

HUBUNGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN PADUKUHAN KRATON KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

3 13 123

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis (TB) Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis (TB) Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boy

0 2 16

Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV-AIDS pada Waria di Kota Padang Tahun 2013

0 0 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS PARU PADA KELUARGA

0 0 10

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT KELURAHAN PABEAN, KECAMATAN PEKALONGAN UTARA, KOTA PEKALONGAN TENTANG FILARIASIS LIMFATIK

0 0 6

Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan

0 0 6

PENGETAHTJAN, SIKAP DAN PRAKTIK MASYARAKAT KELURAHAN PABEAN, KECAMATAN PEKALONGAN UTARA, KOTA PEKALONGAN TENTANG FILARIASIS LIMFATIK

0 0 9