17
2 Pembengkakan kelenjar getah bening tanpa luka, di lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas, dan sakit.
3 Radang saluran kelenjar getah bening yang berasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan.
4 Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
5 Pembengkakan tungkai, lengan, payudara, skrotum yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas limfadema dini.
2.6.2 Tanda dan Gejala Klinis Kronis
Pembengkakan yang menetap pada tungkai, lengan, payudara, dan skrotum.
2.7 DIAGNOSA FILARIASIS
Menurut Inge Sutanto 2009:35, diagnosa filariasis dapat dipastikan dengan pemeriksaan:
2.7.1 Diagnosis Parasitologi
1 Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah. Pengambilan darah harus dilakukan pada malam hari yaitu pukul 20.00 s.d 02.00 waktu
setempat Ditjen PP PL Depkes RI, 2009:5. Pada pemeriksaan histopatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan kelenjar
limfe dari jaringan yang dicurigai sebagai tumor. 2 Teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit melaui
DNA parasit menggunakan reaksi rantai polimerase Polymerase Chain Reaction PCR. Teknik ini mampu memperbanyak DNA sehingga dapat
digunakan untuk mendeteksi parasit pada crytic infection.
18
2.7.2 Diagnosis Radiologi
1 Pemeriksaan dengan ultrasonografi USG pada skrotum dan kelenjar getah bening akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak terutama untuk
evaluasi hasil pengobatan. Pemeriksaan ini hanya bisa digunakan untuk infeksi filaria W. Bancrofti.
2 Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan adanya zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas sistem
limfatik sekalipun pada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia.
2.7.3 Diagnosis Imunologi
Deteksi antigen dengan immunochromatographic test ICT yang menggunakan antibodi monoklonal telah dikembangkan untuk mendeteksi W.
Bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah.
Deteksi antibodi dengan menggunakan antigen rekombinan telah dikembangkan untuk mendeteksi antibodi subklas IgG4 pada filariasis Brugia.
Kadar antibodi IgG4 meningkat pada penderita mikrofilaremia. Deteksi antibodi tidak dapat membedakan infeksi lampau dan infeksi aktif.
Pada stadium obstruktif, mikrofilaria sering tidak ditemukan lagi di dalam darah. Kadang mikrofilaria tidak dijumpai di dalam darah, tetapi ada di dalam
cairan hidrokel atau cairan kiluria.
2.8 PENGOBATAN