Jika CR 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR 01, maka maka nilai perbandingan
berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada
unsur kriteria maupun alternatif harus diulang. 14.
Menyusun matriks baris antara alternatif versus kriteria yang isinya hasil perhitungan proses langkah 7, langkah 8 dan langkah 9.
15. Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh
pengambil keputusan berdasarkan skor yang tertinggi.
2.5. Aksioma-Aksioma AHP
Pengertian aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau yang harus terjadi. Ada empat aksioma yang harus diperhatikan dalam
penggunaan model AHP dan pelanggaran setiap aksioma berakibat tidak validnya model yang dipakai.
Keempat aksioma tersebut adalah 1.
Aksioma 1 Reciprocal artinya pengambil keputusan harus dapat membuat perbandingan
dan menyatakan prefensinya. Prefensi itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau
α
1
lebih disukai dari α
2
dengan skala x, maka α
2
lebih disukai dari
α
1
dengan skala1x. 2.
Aksioma 2 Homogenelty artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala
terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi, maka elemen-elemen yang
dibandingkan tersebut tidak homogenous atau harus dibentuk suatu cluster kelompok elemen-elemen yang baru.
3. Aksioma 3
Dependence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan criteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif, melainkan oleh tujuan secara
keseluruhan. Hal ini menunjukkan ketergantungan atau pengaruh dalam model
AHP adalah searah. Artinya perbandingan antar elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung pada elemen-elemen dalam level di atasnya.
4. Aksioma 4
Expectations artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka pengambil
keputusan dapat dikatakan tidak memakai seluruh kriteria sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
2.6. Hirarki Tujuan
Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang bersangkutan,
menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarki dan akhirnya melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut, sekaligus menentukan keputusan yang
akan diambil. Hirarki yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan adalah model AHP
adalah bentuk hirarki fungsional yang menguraikan masalah yang kompleks menjadi bagian-bagian sesuai dengan hubungan esensialnya. Pembentukkan
hirarki pada prinsipnya adalah suatu tujuan yang bersifat umum dijabarkan dalam beberapa sub tujuan yang lebih terperinci, yang dapat menjelaskan maksud dalam
tujuan pertama. Penjabaran ini dapat dilakukan terus hingga akhirnya diperoleh tujuan yang bersifat operasional. Pada tingkat hirarki inilah dilakukan proses
evaluasi atas alternatif-alternatif yang merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama. Pada hirarki ini dapat ditetapkan dalam satuan apa kriteria diukur,
sehingga setiap alternatif dapat diukur secara operasional.
Tujuan
K2 K3
K1
SK12 SK13
SK11 SK22
SK23 SK21
SK32 SK33
SK31
A2 A3
A1 Tujuan
Kriteria
Sub Kriteria
Alternatif
Gambar 2.2. Model Hirarki Tujuan
Penjabaran tujuan dalam hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukkan agar diperoleh kriteria yang dapat diukur keadaannya. Walaupun sebenarnya tidaklah
selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam
proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran objektif dari kriteria-kriterianya. Tetapi ada kalanya dalam
proses analisis pengambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Bila demikian keadaannya, maka salah satu cara untuk menyatakan
ukuran pencapaiannya adalah dengan menggunakan skala subjektif. Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan
permasalahan, maka perlu dilihat sifat-sifat berikut: 1.
Minimum Jumlah kriteria diusahakan tidak terlalu banyak dan berlebihan untuk
memudahkan dalam menganalisis. 2.
Independen Setiap kriteria tidak saling tergantungtumpang tindih dan harus dihindari
pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama. 3.
Lengkap Kriteria harus dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan.
4. Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.
Berdasarkan atas suatu penelitian Psikologi yang dilakukan oleh G.A. Miller, pada tahun 1965 yang menyimpulkan bahwa manusia tidak dapat secara simultan
membangkitkan lebih dari tujuh objek tambah atau kurang dua. Pada kondisi tersebut, manusia akan mulai kehilangan konsentrasinya dalam melakukan
perbandingan dan bahkan cenderung menjadi bingung. Untuk manusia yang tergolong luar biasa, paling banyak ia dapat melakukan perbandingan Sembilan
elemen yang konsisten. Lebih dari itu, hampir tidak mungkin. Sedangkan orang biasa kebanyakan mampu membandingkan paling sedikit lima elemen secara
konsisten Brodjonegoro, 1992. Hal ini mendasari pembuatan percabangan hirarki dalam AHP diupayakan tidak lebih dari tujuh elemen.
Pengambilan keputusan AHP memberikan bobot prioritas untuk sejumlah n alternatif dengan mempertimbangkan sejumlah m kriteria. Dalam hal ini, kriteria-
kriteria dinyatakan dalam C
i
untuk I = 1, 2, 3,…, m dan alternatif-alternatif sebagai
α
i
untuk I = 1, 2, 3,…, n.
2.4. Penyusunan Matriks Perbandingan