10
4.1. 3. Kabupaten Cirebon
Tabel 6. Perbandingan Luas Sawah dan Luas Sawah Terserang WBC Tahun 2001-2005 di
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah endemik WBC terbesar di
Jawa Barat, salah satu sebabnya yaitu tingkat penggunaan lahannya banyak didominasi
persawahan seperti tersaji di Tabel 6 yang mencapai lebih dari separuh luas wilayah
keseluruhan. Serangan WBC terparah yang melanda kabupaten Cirebon terjadi pada
tahun 2005 yang menyerang 13236 ha atau 23.8 lebih sawah yang terserang.
Tabel 7. Nilai R
2
Luas Serangan versus faktor iklim di Kabupaten Cirebon
No Faktor Iklim
Tanpa lag
Lag 1 Lag 2
1. Suhu maksimum
T max 4.3 2.2
3.7 2. Suhu
minimum T min
3.0 4.3 3.1
3. Suhu rata-rata
T rata 0.5 0.6
2.2 4. Kelembaban
udara RH 13.9 11.7
14.0 5. Curah
Hujan Musim Kemarau
CHMK 0.8 1.0
0.1 6. Curah
Hujan Musim Hujan
CHMH 1.6 2.1
5.4 7. Semua
faktor iklim diatas
10.8 11.5 13.4
Tabel 7 menyajikan hasil analisis regresi antara luas serangan dan faktor iklim
di kabupaten Cirebon. Suhu maksimum paling berperan dalam mempengaruhi luas
serangan saat terjadi serangan tanpa lag ketika WBC sudah berada pada fase imago
dengan nilai R
2
sebesar 4.3 dan persamaan LS = 17943- 1286Tmax+ 22.6Tmax
2
. Sedangkan faktor suhu minimum memiliki
hubungan paling erat dengan luas serangan saat dilakukan analisis pada lag 1, yaitu saat
WBC berada pada fase nimfa dengan nilai R
2
sebesar 4.3 dan memenuhi persamaan LS = 6761- 163Tmin- 4.48Tmin
2
. Sedangkan untuk faktor suhu rata-rata mempunyai
hubungan terbaik jika dianalisis saat waktu tunda dua bulan yang mempunyai nilai R
2
sebesar 2.2. dan persamaan LS = - 3417 + 54 T rata + 2.60 T rata
2
. Gambar 15. Hubungan Terbaik Luas
Serangan dan Suhu Maksimum di Kabupaten Cirebon kuadratik
Gambar 16. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Minimum di Kabupaten
Cirebon kuadratik
Gambar 17. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Suhu Rata-rata di Kabupaten
Cirebon kuadratik
Kelembaban udara adalah faktor iklim yang paling mempengaruhi luas
serangan dibandingkan faktor iklim lain yang dianalisis, hal ini dikarenakan kondisi
kelembaban yang cocok bagi perkembangan WBC, terutama saat fase telur lag 2 yang
mempunyai koefisien determinasi tertinggi sebesar 14.0 dan persamaan LS =
-6499+ 35.2RH+ 0.508RH
2
. Untuk analisis tanpa lag
Tahun Luasan Admin
Ha Luasan
Sawah Ha
Luasan Sawah
Terserang WBC Ha
Persentase Sawah
Persentase Sawah
Terserang WBC
2001 108364 56328 211
51.981 0.375 2002 108364 56360
382 52.010 0.678
2003 108364 58352 1946
53.848 3.335 2004 108364 55715
180 51.415 0.323
2005 108364 55396 13236
51.121 23.893
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2006
T max oC L
u a
s S
e ra
n g
a n
H a
36 34
32 30
28 26
24 5000
4000 3000
2000 1000
Hubungan Terbaik Luas Serangan dan T max tanpa lag
T min oC L
u a
s S
e ra
n g
a n
H a
26 25
24 23
22 5000
4000 3000
2000 1000
Hubungan Terbaik Luas Serangan dan T min Lag 1
T rat a oC L
u a
s S
e ra
n g
a n
H a
31 30
29 28
27 26
25 24
23 5000
4000 3000
2000 1000
Hubungan Terbaik Luas Serangan dan T rata Lag 2
11
imago dan pada lag 1 nimfa, peranan kelembaban udara juga terlihat dominan yang
ditandai dengan koefisien determinasi yang cukup tinggi.
Gambar 18. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Kelembaban Udara di
Kabupaten Cirebon kuadratik
Curah hujan di kabupaten Cirebon lebih mempengaruhi luas serangan pada saat
musim hujan ketika WBC berada pada fase telur lag 2 dengan hasil koefisien
determinasi sebesar 5.4 dan memenuhi persamaan LS = 30.0 + 0.281 CH. Sedangkan
analisis yang dilakukan saat musim kemarau menghasilkan nilai R
2
yang tidak terlalu tinggi pada semua waktu tunda yang berarti
curah hujan saat musim kemarau di kabupaten Cirebon tidak berperan besar
dengan aktivitas WBC.
Gambar 19. Hubungan Terbaik Luas Serangan dan Curah Hujan di Kabupaten
Cirebon linier
Analisis regresi linier berganda yang dilakukan untuk semua faktor iklim yang
dianalisis terhadap luas serangan di kabupaten Cirebon memiliki hubungan
terbaik pada waktu tunda dua bulan lag 2 dengan nilai R
2
sebesar 13.4 dan memenuhi persamaan LS = - 11753 +1421 Tmax +1459
Tmin - 2751 Trata + 99.9RH -0.02 CH.
4.1. 4. Kabupaten Garut