HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

kanonik ini merefleksikan keragaman bahwa variabel observasi memberikan kontribusi terhadap variabel kanonik. Semakin besar koefisiennya, maka akan semakin penting dalam penurunan variabel kanonik. 3.3.3. Evaluasi Produksi Kelapa Sawit Terhadap ENSO Luas panen dan produksi kelapa sawit dari tahun 1986-2004 dikorelasikan dengan data tahun-tahun El Nino dan dilihat pengaruh El Nino terhadapnya.

3.3.4. Estimasi Perubahan Curah Hujan

Terhadap Suhu Permukaan Laut Dengan menggunakan data ASPL nino 3.4 dan data anomali curah hujan, dapat dilihat besar perubahan curah hujan terhadap Suhu Permukan Laut. Ano CH = CH aktual - CH rata

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

4.1.1. Pola curah hujan di Kebun Marihat Kebun Marihat merupakan salah satu kebun milik PTP Nusantara IV yang berada pada 99°05’BT dan 02°55’LU dengan elevasi 369 m dpl. Sampai dengan tahun 2006, luas areal perkebunan adalah 5.029 Ha. Kebun Marihat bertipe iklim A menurut SchmidtFerguson atau bertipe iklim Afa menurut Koppen. Rata-Rata Curah Hujan Kebun Marihat 50 100 150 200 250 300 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan CH Gambar 12. Rata-rata curah hujan bulanan Kebun Marihat 1986-2004 Data curah hujan diambil dari 4 stasiun yaitu Rambutan, Helvetia, Pematang Sijonam, dan Sei Semayang. Keempat stasiun tersebut memiliki pola ekuatorial. Pola ekuatorial dicirikan dengan pola curah hujan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasa terjadi pada bulan Maret dan Oktober. Pola ini berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi ke utara dan ke selatan mengikuti gerak semu matahari. Pola ini memiliki dua puncak curah hujan dalam setahun.

4.1.2. Pola curah hujan di Kebun Bekri

Kebun Bekri berada di Propinsi Lampung pada 105°08’BT dan 05°04’LS dengan elevasi 35 m dpl. Data curah hujan yang dipergunakan adalah data curah hujan di Stasiun Bekri. Kebun Bekri bertipe iklim A menurut SchmidtFerguson atau bertipe iklim Ama menurut Koppen. Rata-Rata Curah Hujan Kebun Bekri 50 100 150 200 250 300 350 jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec Bulan CH Gambar 13. Rata-rata curah hujan bulanan Stasiun Bekri tahun 1994-1997. Kebun Bekri memiliki pola curah hujan Moonson. Pola Moonson dicirikan dengan bentuk pola hujannya yang unimodal, yaitu hanya memiliki satu puncak hujan yang biasanya terjadi pada sekitar Desember. Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi dan enam bulan berikutnya rendah, peristiwa ini biasanya disebut musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau berlangsung hari April sampai September dan musim hujan berlangsung dari Oktober sampai Maret. 4.2. Analisis korelasi kanonik Variabel penyimpangan iklim yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah SOI, ASPL dan DMI, sedangkan variabel tak bebasnya adalah curah hujan dari 3 stasiun di Sumatera Utara dan hasil produksi Tandan Buah Segar TBS Kelapa Sawit di Kebun Marihat. Dari variabel iklim tersebut dapat dibentuk 3 pasangan variabel kanonik, yaitu V1, V2, V3 dan W1, W2, W3. Setiap variabel kanonik V merupakan fungsi dari variabel- variabel penyimpangan iklim sedangkan variabel kanonik W merupakan fungsi dari variabel curah hujan dan produksi. Koefisien- koefisien yang membentuk persamaan variabel kanonik tersebut disebut sebagai pembobot kanonik canonical weight.

4.2.1. Korelasi SOI, ASPL, dan DMI

dengan Curah Hujan Nilai koefisien-koefisien pada persamaan variabel kanonik menunjukkan besarnya kontribuasi variabel asli terhadap variabel kanoniknya. Dari tiga pasangan variabel kanonik masing-masing V1 dengan W1, V2 dengan W2 dan V3 dengan W3 akan diperoleh 3 buah koefisien korelasi kanonik Tabel 2. kanonik ini merefleksikan keragaman bahwa variabel observasi memberikan kontribusi terhadap variabel kanonik. Semakin besar koefisiennya, maka akan semakin penting dalam penurunan variabel kanonik. 3.3.3. Evaluasi Produksi Kelapa Sawit Terhadap ENSO Luas panen dan produksi kelapa sawit dari tahun 1986-2004 dikorelasikan dengan data tahun-tahun El Nino dan dilihat pengaruh El Nino terhadapnya.

3.3.4. Estimasi Perubahan Curah Hujan

Terhadap Suhu Permukaan Laut Dengan menggunakan data ASPL nino 3.4 dan data anomali curah hujan, dapat dilihat besar perubahan curah hujan terhadap Suhu Permukan Laut. Ano CH = CH aktual - CH rata

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Respon Morfologi dan Fisiologi Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Aplikasi Pupuk Magnesium Dan Nitrogen

3 97 84

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Terhadap Pupuk Cair Super Bionik Pada Berbagai Jenis Media Tanam di Pembibitan Utama

0 30 78

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Ketahanan Papan Komposit Dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) dan Plastik Polipropilena Terhadap Cuaca

1 54 74

Kemampuan AntiFungi Bakteri Endofit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Ganoderma boninenese Pat

5 53 66

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

8 70 75