Ketika DMI positif, maka fenomenanya disebut dengan Dipole Mode Event positif
atau Indian Ocean Dipole positif. Gambar 9 memperlihatkan diagram anomali SPL merah
= pemanasan; biru = pendinginan selama IOD positif dan IOD negatif. Daerah warna
putih mengindikasikan peningkatan aktivitas koneksi, panah menunjukkan arah angin.
Terjadinya IOD sangat bergantung pada kekuatan angin di selatan wilayah Indonesia
pada saat monsun tenggara, apabila monsun tenggara kuat, maka berpeluang untuk
terjadinya IOD. Kejadian IOD tahun 1972, 1994 dan 1997 bersamaan dengan awal El
Nino pada saat monsun timur Mei- September, sehingga di samudera Hindia
sebelah barat Sumatera terjadi penguatan angin yang berhembus dari tenggara
Indonesia, akibatnya Indonesia menjadi sangat kering Mihardja et al., 2002.
Sumber : Rao et al, 2001
Gambar 9b. IOD negatif Selama 127 tahun terakhir, terdapat 14
kejadian IOD positif dan 19 kejadian IOD negatif yang kuat didefinisikan sebagai tahun
yang memiliki rataan tahunan DMI melebihi satu standar deviasi, dan hanya 5 IOD positif
serta 7 IOD negatif yang terjadi bersamaan dengan ENSO Rao et al, 2002.
Hubungan Kejadian Penyimpangan Iklim Dengan Curah Hujan di Sumatera
Hasil-hasil penelitian
terdahulu menjelaskan bahwa tidak semua stasiun curah
hujan di Indonesia berkaitan erat dengan kejadian penyimpangan iklim El Nino dan La
Nina. Pengaruh dan keterkaitan anomali SST Nino 3,4 dengan anomali curah hujan di
Indonesia sangat beragam. Stasiun curah hujan yang hanya berkorelasi nyata pada satu
musim tertentu saja, pada musim yang lain lebih dipengaruhi oleh perubahan atau
dinamika atmosfer dan kondisi fisik spesifik lokal.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksananakan pada bulan Mei 2006 sampai dengan Mei 2007 di
Laboratorium Agrometeorologi IPB, Bogor dengan daerah kajian Kebun Marihat,
Sumatera Utara dan Kebun Bekri, Lampung. 3.2. Data dan Alat
Untuk melihat keterkaitan antara penyimpangan iklim, curah hujan dan
produksi Tandan Buah Segar TBS kelapa sawit, dibutuhkan :
1. Data bulanan anomali SOI pada daerah
Nino 3,4 tahun 1985-2004. 2.
Data bulanan DMI tahun 1985-2004. 3.
Data Anomali Suhu Muka Laut ASPL tahun 1985-2004.
4. Data curah hujan bulanan dari stasiun-
stasiun di Marihat tahun 1986-2004. 5.
Data curah hujan bulanan dari stasiun- stasiun di Bekri, Lampung tahun 1986-
2004. 6.
Data produksi kelapa sawit di Kebun Marihat dari tahun 1986-2004.
7. Data produksi kelapa sawit di Kebun
Bekri dari tahun 1994-1997. Alat yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah seperangkat Personal Computer dengan software Strategic Analysis System
SAS versi 6.12, Microsoft Office dan Microsoft Excel.
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Pengumpulan dan Penyusunan Data
Wilayah PT. Perkebunan Nusantara yang akan diteliti dipilih hanya wilayah yang
memiliki perkebunan kelapa sawit di Pulau Sumatera saja, yaitu Kebun Marihat PTPN IV
dan Kebun Bekri Lampung.
Data data curah hujan yang diperlukan adalah data curah hujan di kedua kebun yang
dianggap mewakili di setiap wilayah tersebut. Untuk Kebun Marihat dipilih Stasiun
Helvetia, Stasiun Pematang Sijonam, Stasiun Sei Semayang dan Stasiun Rambutan.
Sedangkan untuk Kebun Bekri dipergunakan Stasiun Bekri.
Data anomali SST diperoleh dari situs http:www.cpc.ncep.noaa.gov. Data-data
produksi diperoleh dari PTPN IV dan PTPN VI.
3.3.2. Analisis Korelasi Kanonik Canonical
Correlation AnalysisCCA
Dalam analisis kanonik ini, hubungan yang dianalisis adalah hubungan antara set
variabel penyimpangan iklim sebagai variabel
Ketika DMI positif, maka fenomenanya disebut dengan Dipole Mode Event positif
atau Indian Ocean Dipole positif. Gambar 9 memperlihatkan diagram anomali SPL merah
= pemanasan; biru = pendinginan selama IOD positif dan IOD negatif. Daerah warna
putih mengindikasikan peningkatan aktivitas koneksi, panah menunjukkan arah angin.
Terjadinya IOD sangat bergantung pada kekuatan angin di selatan wilayah Indonesia
pada saat monsun tenggara, apabila monsun tenggara kuat, maka berpeluang untuk
terjadinya IOD. Kejadian IOD tahun 1972, 1994 dan 1997 bersamaan dengan awal El
Nino pada saat monsun timur Mei- September, sehingga di samudera Hindia
sebelah barat Sumatera terjadi penguatan angin yang berhembus dari tenggara
Indonesia, akibatnya Indonesia menjadi sangat kering Mihardja et al., 2002.
Sumber : Rao et al, 2001
Gambar 9b. IOD negatif Selama 127 tahun terakhir, terdapat 14
kejadian IOD positif dan 19 kejadian IOD negatif yang kuat didefinisikan sebagai tahun
yang memiliki rataan tahunan DMI melebihi satu standar deviasi, dan hanya 5 IOD positif
serta 7 IOD negatif yang terjadi bersamaan dengan ENSO Rao et al, 2002.
Hubungan Kejadian Penyimpangan Iklim Dengan Curah Hujan di Sumatera
Hasil-hasil penelitian
terdahulu menjelaskan bahwa tidak semua stasiun curah
hujan di Indonesia berkaitan erat dengan kejadian penyimpangan iklim El Nino dan La
Nina. Pengaruh dan keterkaitan anomali SST Nino 3,4 dengan anomali curah hujan di
Indonesia sangat beragam. Stasiun curah hujan yang hanya berkorelasi nyata pada satu
musim tertentu saja, pada musim yang lain lebih dipengaruhi oleh perubahan atau
dinamika atmosfer dan kondisi fisik spesifik lokal.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat