Nitrogen dan C-organik Potensial Redok

beradaptasi sesuai dengan tipe substratnya. Bivalvia merupakan hewan filter feeder umumnya melimpah pada sedimen yang berukuran 0.18 mm Parsons et al. 1977. Pengendapan sedimen atau sedimentasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kecepatan arus sungai, kondisi dasar sungai, turbulensi, densitas, bentuk sedimen dan diameter sedimen Libes 1992. Sedimen dengan diameter 104 µm akan tererosi oleh arus dengan kecepatan 150 cmdtk dan terbawa arus pada kecepatan antara 90-150 cmdtk, selanjutnya mengendap pada kecepatan 90 cmdtk. Hal yang sama untuk sedimen yang halus dengan diameter 102 µm, sedimen ini tererosi pada kecepatan arus 30 cmdtk dan terdeposisi pada kecepatan 15 cmdtk Holme dan McIntyre 1971. Selanjutnya Wood 1986 menyatakan partikel yang halus akan mengendap pada kecepatan arus 5 cmdtk, tetapi dapat kembali ke perairan dengan kecepatan arus 15 cmdtk. Tabel 3 Kecepatan endapan sedimen King 1976 dalam Supriharyono 2000 Tipe Sedimen Diameter µm Kecepatan Endapan cmdetik Pasir halus Pasir sangat halus Silt Clay 250-125 125-62 31.2-3.9 1.95-0.12 1.2037 0.3484 0.0870-0.0014 3.47 x 10 -4 1.16 x 10 -6 Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuari, air menjadi sangat keruh. Kekeruhan terjadi pada saat aliran sungai maksimum dan biasanya minimum pada daerah mulut sungai karena sepenuhnya berupa air laut Nybakken 1988.

2.3.2. Nitrogen dan C-organik

Nitrogen adalah nutrien yang penting di lingkungan perairan dan terkadang dapat sebagai faktor pembatas dalam produktivitas. Umumnya nitrogen sebagai faktor pembatas di laut dan phospat sebagai faktor pembatas di air tawar Odum 1997. Chester 1990 menyatakan nitrogen di laut ada dalam beberapa bentuk, yaitu: a Molekul nitrogen b Campuran garam-garam inorganik, seperti nitrogen nitrat NO 3 -N, nitrit nitrogen NO 2 -N dan ammoniak NH 3 -N. c Jajaran dari komponen organik karbon yang berasosiasi dengan organisme, seperti amino acids dan urea d Particulate nitrogen Bahan organik di sedimen berasal dari dua sumber utama, dapat berasal dari luar, tetapi secara umum berasal dari aktivitas di lingkungan sedimen sendiri. Umumnya perairan estuari mengandung lebih banyak bahan organik C-organik terlarut dan akan mengendap apabila air mengalir pelan Wood 1986. Pada sedimen umumnya terdiri dari ~1-5 organik karbon, tapi konsentrasi ini tergantung pada deposit dari sedimen. Sebagai contoh Calvert Price 1970 dalam Libes 1992 melaporkan bahwa lumpur yang kaya organik diatomeceous mengandung hampir ~ 25 organik karbon.

2.3.3. Potensial Redok

Potensi pengurangan oksigen atau redok diukur dengan ukuran milivolt yang disebut dengan skala Eh. Eh merupakan pengukuran terhadap aktivitas elektron, sedangkan pH mengukur aktivitas proton Odum 1993. Konsentrasi oksigen sedimen berhubungan erat dengan potensial redok Eh sedimen. Eh-pH berkorelasi dengan kondisi habitat dasar, terutama berhubungan dengan kandungan bahan organik dan oksigen. Nilai Eh lebih kurang 400 mV, konsentrasi oksigen berkisar 4-10 mgl. Nilai Eh kurang dari 300 mV, nilai oksigennya 0.30 mgl. Nilai Eh kurang dari 200 mV oksigennya 0.10 mgl. Apabila nilai Eh dibawah nol maka nilai oksigen tidak terukur Rhoads 1974 dalam Razak 2002. Selanjutnya Tomaszek 1991 dalam Tomaszek 1995 menyatakan bahwa dengan nilai redok potensial dapat ditentukan zona denitrifikasi, dimana mikroorganisme autotropik dan heterotropik memfasilitasi proses oksidasi dari bahan organik yang disebabkan adanya gradien pH, Eh dan komposisi ionik. Perubahan nilai pH akan mempengaruhi sebaran faktor kimia perairan, hal ini juga akan mempengaruhi sebaran organisme yang metabolismenya tergantung pada sebaran faktor-faktor kimia tersebut Odum 1993. Pada perairan alami, nilai pH umumnya adalah sebesar 7.80-8.40. Namun pernah dilaporkan bahwa nilai pH dalam perairan dapat mencapai 6.80-9.25 Perkins 1974 dalam EPA 1985. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7.00-8.50. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah Effendi 2003.

2.4. Makrozoobentos