BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
PENELITIAN
5.1. Keadaan Wilayah
Pesisir Teluk Jakarta terletak di pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106°33’00” BT hingga 107°03’00” BT dan garis lintang 5°48’30”LS hingga
6°10’30” LS yang membentang dari Tanjung Kait di bagian Barat hingga Tanjung Karawang di bagian Timur dengan panjang pantai + 89 Km. Panjang garis yang
menghubungkan kedua tanjung tersebut melalui Pulau Air Besar dan Pulau Damar adalah sekitar 21 mil laut. Secara administratif, perairan laut Jakarta berbatasan
dengan Kabupaten Bekasi di sebelah timur dan Kabupaten Tangerang di sebelah barat. Pesisir Teluk Jakarta termasuk dalam wilayah administrasi Kota Jakarta
Utara, yang merupakan bagian wilayah dari lima kecamatan, yaitu Kecamatan Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Cilincing dan Koja yang berbatasan
dengan pantai Teluk Jakarta. Kelurahan Kali Baru merupakan bagian atau salah satu kelurahan dalam
wilayah Kecamatan Cilincing. Luas wilayah Kelurahan Kali Baru berdasarkan data Bapeda DKI Jakarta tahun 2006 adalah 2,47 Km². Kondisi demografis
Kelurahan Kali Baru dapat dilihat dari statusperuntukan pertanahan, yaitu tanah sertifikat sebesar 13,50 Ha dan tanah Negara sebesar 233,20 Ha.
Kondisi geografis Kelurahan Kali Baru berdasarkan laporan bulanan Kelurahan Kali Baru bulan Mei 2010 terlihat dari batas-batas wilayah Kelurahan
Kali Baru yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya Cilincing, kali Banglio kelurahan Lagoa Kecamatan
Koja, Kelurahan Semper Barat, Kelurahan Semper Timur dan Kelurahan Cilincing. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan Jalan Baru dan Jalan
Rekreasi Kelurahan Cilincing, dan sebelah barat berbatasan dengan jembatankali Kresek, Kelurahan Koja, Kecamatan Koja.
Kampung Bambu terletak di RW 1 Kelurahan Kali Baru, meskipun demikian penduduk yang tinggal di Kampung Bambu sebagian besar adalah
warga RW 12. Awalnya, Kampung Bambu merupakan tanah kosong milik negara seluas kurang lebih lima hektar. Ketika terjadi abrasi ombak tahun 2006 yang
mengahancurkan rumah warga, karena tidak ada solusi segera dari pemerintah, maka dibangunlah rumah-rumah dari bambu dan bilik oleh warga setempat di
tanah kosong tersebut. Keadaan fisik rumah warga di kawasan Kampung Bambu sangat sederhana,
batang-batang bambu sebagai pancang rumah, dengan beralaskan kulit kerang yang sudah hancur dan bilik bambu sebagai dindingnya. Kebanyakan rumah
warga di Kampung Bambu tidak memiliki meteran listrik, mereka menyambung kabel ke tetangga dan dikenakan bayaran per bulan sebesar 30.000 rupiah.
Begitupula dengan air bersih, warga biasanya membeli air atau nyelang drum utama, seharga 4.000 rupiah per 10-15 liter.
5.2. Karakteristik Responden