Tabel 29. Sebaran Rumahtangga Nelayan Budidaya dalam Ragam Intensitas Meminjam pada Patron, Kepuasan pada Patron dan Jaringan Sosial di
Kampung Bambu dalam Angka Absolut dan Persen, Kampung Bambu, 2010
Skor Frekuensi
Persentase
Pinjaman Pada Saat Tidak Melaut
Rendah 5-12 11
84,6 Tinggi 13-20
2 15,4
Total 13
100,0
Interaksi dengan Patron
Tidak Puas 5-12 12
92,3 Puas 13-20
1 7,7
Total 13
100,0
Jaringan Sosial
Rendah 10-25 1
7,7 Tinggi 26-40
12 92,3
Total 13
100,0
Sumber: data primer diolah
Dari Tabel 29 terhat bahwa nelayan budidaya tidak terlalu mengandalkan pinjaman kepada bos sebagai strategi sosial mereka. Karena bos nelayan budidaya
juga memiliki probabilitas ‘gagal panen’ yang sama dengan nelayan budidaya biasa, seperti yang dikemukakan RST 41 seorang nelayan budidaya:
“harga kijing tergantung pasang surut di muara baru. kalo harganya murah jadinya dia bos nggak bisa
ngemodalin, karena dia juga rugi ”
Sementara pada ragam kedua diperlihatkan tingkat kepuasan nelayan budidaya pada patron. Sebesar 92,3 persen responden nelayan budidaya merasa
tidak puas dengan patron, sementara hanya satu orang yang merasa puas. Sementara berdasarkan ragam ketiga pada tabel, diperoleh data bahwa mayoritas
responden nelayan budidaya memiliki kualitas jaringan sosial yang tinggi.
6.2.4. Strategi Sosial Nelayan Sero
Strategi sosial yang dilakukan oleh nelayan sero dibagi menjadi intensitas meminjam pada patron, yang kemudian diukur pula tingkat kepuasan terhadap
patron, serta jaringan sosial yang dimiliki nelayan sero seperti terlihat dalam Tabel 30.
Tabel 30. Sebaran Rumahtangga Nelayan Sero dalam Ragam Intensitas Meminjam pada Patron, Kepuasan pada Patron dan Jaringan Sosial di
Kampung Bambu dalam Angka Absolut dan Persen, Kampung Bambu, 2010
Skor Frekuensi
Persentase
Pinjaman Pada Saat Tidak Melaut
Rendah 5-12 2
66,7 Tinggi 13-20
1 33,3
Total 3
100,0
Interaksi dengan Patron
Tidak Puas 5-12 3
100,0 Puas 13-20
0,0 Total
3 100,0
Jaringan Sosial
Rendah 10-25 2
66,7 Tinggi 26-40
1 33,3
Total 3
100,0
Sumber: data primer diolah
Nelayan sero yang ditemui pada penelitian ini hanya sebanyak tiga orang. Terlihat pada tabel pertama, dua orang nelayan sero tidak memiliki pinjaman pada
patron intensitas meminjam rendah sementara satu orang nelayan sero masih memiliki pinjaman pada patron intensitas meminjam tinggi. Pada ragam kedua
pada Tabel 30 diperlihatkan tingkat kepuasan nelayan sero pada patron. Tingkat kepuasan ini diukur pada kepuasan nelayan pada sistem bagi hasil, berbagi
informasi mengenai pekerjaan di luar melaut dan interaksi secara umum nelayan dengan patron. Seluruh responden nelayan sero merasa tidak puas pada patron,
khususnya pada sistem bagi hasil. Meskipun demikian, responden nelayan sero merasa memiliki kedekatan dengan bos sebab mudah apabila ingin meminjam
uang, seperti yang dikemukakan HRP 36 seorang nelayan sero:
“Kalo lagi butuh biasanya minjem ke bos, tapi pinjamannya nggak memberatka, gampang ngomongnya.
Biasanya bos malah ngasih jajan buat anak-anak. Selama kita masih jual ke dia, kitanya bakal nggak kenapa-kenapa
terjamin”
Berdasarkan ragam ketiga, diperoleh bahwa nelayan sero memiliki kualitas jaringan sosial yang randah hingga tinggi. Ukuran jaringan sosial ini dilihat dari
segi hubungan dengan warga sekitar mulai dari tingkat RT hingga kelurahan.
Jaringan sosial ini turut membantu strategi sosial nelayan antara lain dengan meminjam uang kepada tetangga dekat, mengurus surat keterangan tidak mampu
kepada RT ataupun membeli beras raskin.
6.2.5. Strategi Sosial nelayan Tembak