1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Berapa kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik yang dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan
pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali ? 2.
Berapa kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit
dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali ? 3.
Apakah ada pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap
kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik ? 4.
Apakah ada pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap
kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas ?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk melihat kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik
yang dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali.
2. Untuk melihat kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas yang dibersihkan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali.
3. Untuk melihat pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya
800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap kekerasan permukaan basis gigitiruan nilon termoplastik.
4. Untuk melihat pengaruh pembersihan dengan energi microwave berdaya
800 Watt dalam 3 menit dengan pengulangan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap kekerasan permukaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang prostodonsia.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh dokter gigi sebagai pedoman dalam memberikan penjelasan kepada pasien mengenai cara
membersihkan gigitiruan yang efektif dengan energi microwave berdaya tinggi pada basis gigitiruan nilon termoplastik dan resin akrilik polimerisasi panas.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan memberikan
informasi yang benar untuk masyarakat tentang metode pembersihan gigitiruan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Basis Gigitiruan
Berbagai jenis bahan telah digunakan untuk membuat basis gigitiruan. Kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi, dan berbagai polimer telah digunakan
dalam pembuatan basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat menyebabkan penggunaan bahan basis gigitiruan alami beralih menjadi menggunakan bahan basis
gigitruan resin sintetis.
3.6
Basis gigitiruan dapat didefinisikan sebagai bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan pendukung dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan.
2,19
Basis gigitiruan mendukung anasir gigitiruan, menerima dan mendistribusikan gaya
fungsional serta memberikan efek estetis khususnya bila basis terlihat alami.
32
Bahan basis gigitiruan sangat berpengaruh terhadap daya tahan dan sifat
– sifat dari suatu basis gigitiruan.
2.1.1 Persyaratan Basis Gigitiruan
Persyaratan basis gigitiruan yang ideal antara lain :
5,7
a. Biokompatibel : tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi
b. Karakteristik permukaan : permukaan keras, halus dan kilat
c. Warna : translusen dan warna merata
d. Stabilitas warna : baik
e. Tidak berporus
f. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60 – 65 MPa
g. Modulus elastisitas : minimal 2000 MPa
h. Tidak ada monomer sisa
i. Tidak menyerap cairan
j. Ketahanan terhadap abrasi dan kekerasan yang baik
k. Tidak mengalami perubahan dimensi
Universitas Sumatera Utara
l. Tidak larut
m. Mudah dimanipulasi dan direparasi
n. Mudah dibersihkan
2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan
Klasifikasi basis gigitiruan dibagi atas dua kelompok yaitu logam dan non logam.
2.1.2.1 Logam
Ada beberapa jenis logam yang digunakan sebagai basis gigitiruan, antara lain yaitu kobalt kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel.
Keunggulan logam sebagai basis gigitiruan, antara lain :
2
1. Ketepatan dimensi
Basis yang terbuat dari emas aloi, krom, titanium aloi tidak hanya lebih tepat, tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa mengalami perubahan selama
pemakaian dalam mulut. 2.
Ketahanan terhadap abrasi Bahan logam merupakan bahan yang tahan terhadap abrasi sehingga akan
meningkatkan toleransi jaringan, dimana permukaan basis yang licin dan mengkilap akan menghingari terjadinya penumpukan plak dan kalkulus.
3. Konduktivitas termal
Logam memiliki konduktivitas termal yang baik daripada resin. Adanya perubahan temperatur yang terjadi langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya,
maka hal ini akan menjaga kesehatan dari jaringan rongga mulut. Kesamaan termal yang diterima oleh jaringan yang terutup dan tidak tertutup basis gigitiruan
memberikan perasaan nyaman kepada pemakai gigitiruan. 4.
Kekuatan maksimal dan ketebalan minimal Bahan logam bisa dibuat lebih tipis dibandingkan dengan bahan resin akrilik
dan tetap memiliki kekuatan maksimal dan kaku. Keuntungan dari basis yang tipis adalah memungkinkan ruang gerak lidah yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.2 Non Logam
Jenis bahan basis non logam antara lain adalah resin. Berdasakan termal, basis resin dapat dibagi menjadi dua yaitu termoplastik dan termoset:
3
a. Termoplastik
Bahan termoplastik merupakan bahan yang dapat dilunakkan dan dibentuk pada suhu dan tekanan tanpa adanya perubahan kimia. Klasifikasi dari bahan
termoplastik antara lain asetal termoplastik, polikarbonat termoplastik, akrilik temoplastik dan nilon termoplastik.
3,4
b. Termoset
Bahan termoset merupakan bahan yang mengalami reaksi kimia pada saat dibentuk. Produk akhir dari bahan ini secara kimia berbeda dari substansi awalnya.
Setelah diproses bahan tidak dapat dilunakkan kembali untuk dibentuk. Bahan termoset yang banyak digunakan pada kedoketeran gigi antara lain : resin akrilik,
vulkanit, silikon.
3
2.2 Nilon Termoplastik
Nilon merupakan nama umum dari suatu polimer termoplastik yang tergolong ke dalam kelas poliamida. Nilon termoplastik pertama sekali diperkenalkan pada
kedokteran gigi sekitar tahun 1950.
13-4
Nilon termoplastik merupakan polimer kristalin yang memiliki sifat tidak dapat larut dalam pelarut, ketahanan panas yang
tinggi dan memiliki kekuatan yang tinggi serta kekuatan tensil yang baik.
4
Pada beberapa dekade belakangan ini, penggunaan nilon termoplastik semakin meningkat dan sebagai bahan basis alternatif untuk menggantikan metal dan resin
akrilik polimerisasi panas.
11,13
Sebagai bahan basis gigitiruan, nilon termoplastik memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
Semitranslusen dan estetis lebih baik Fleksibel
Tidak terdapat monomer sisa yang dapat menyebabkan alergi pada pemakai
gigitiruan karena penggunaan injection moulding.
4,11-2
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Komposisi
Nilon dihasilkan melalui reaksi kondensasi antara monomer diamina 2 NH
2
grup dan asam dibasic atau asam karbosilik 2 COOH grup .
5,13,15
Nilon memiliki ikatan linier ikatan polimer tunggal yang mengandung hexamethylenadiamine di
dalam nilon termoplastik yang akan membentuk ikatan poliamida yang panjang.
37
Ikatan linier menyebabkan bahan nilon termoplastik menjadi fleksibel dan dapat dibentuk kembali. Ikatan linier ini juga lebih lemah daripada ikatan silang dari resin
akrilik.
32
Polimer nilon termoplastik merupakan kristalin yang memiliki rantai molekul yang teratur, rapat dan kuat.
38
Derajat kristalin bergantung dengan detail dari formasi, komposisi, konfigurasi molekul, dan metode pembentukannya.
32
2.2.2 Manipulasi
Manipulasi nilon termoplastik harus menggunakan kuvet yang di desain khusus yaitu kuvet di bawah tekanan injection moulding. Nilon termoplastik harus
dilelehkan dan diinjeksikan kedalam kuvet tersebut. Nilon yang tersedia dalam komponen berbentuk cartridge dilelehkan pada suhu 248,8-265,5
o
C dengan menggunakan furnace elektrik. Selanjutnya nilon termoplastik yang telah meleleh
ditekan kedalam kuvet menggunakan alat injektor. Tekanan pada injection moulding dijaga agar tetap berada dalam tekanan 5 bar selama 3 menit dan segera setelah itu,
kuvet beserta cartridge dilepaskan. Kemudian kuvet dibiarkan dingin selama 20 menit sebelum dibuka.
12,14,32
2.2.3 Sifat –Sifat
Sifat –sifat bahan basis gigitiruan nilon termoplastik dibagi atas sifat mekanis,
sifat kemis, sifat fisis dan sifat biologis.
2.2.3.1 Sifat Mekanis
a. Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil nilon termoplastik jauh lebih besar daripada resin akrilik. Kekuatan tensil nilon termoplastik adalah 8 kgmm
2
.
24
Universitas Sumatera Utara
b. Kekuatan Impak
Kekuatan impak adalah suatu ukuran kekuatan bahan diukur dari energi yang diperlukan untuk memulai dan melanjutkan retakan sebuah spesimen dengan dimensi
tertentu. Daya tahan terhadap impak yang tinggi merupakan suatu kelebihan nilon termoplastik. Nilai kekuatan impak nilon termoplastik adalah 120-150 kgmm
3
.
24
c. Fatigue
Fatigue rusak atau patah dari suatu bahan yang disebabkan beban berulang di bawah batas tahanan bahan. Fatigue dapat mengakibatkan terjadinya fraktur
gigitiruan. Pada nilon termoplastik, daya tahan terhadap fatigue merupakan salah satu kelebihan utama nilon termoplastik.
4
d. Kekerasan Permukaan
Permukaan basis gigitiruan seharusnya memiliki kekerasan permukaan untuk daya tahan terhadap kerusakan permukaan.
18
Nilai kekerasan nilon termoplastik adalah 14,5 VHN.
24
Penelitian Gladstone 2012 yang mendapatkan kekerasan permukaan nilon termoplastik Lucitone FRS memiliki rentang sekitar 7,67-8,45
VHN dan menyatakan bahwa nilon termoplastik memiliki kekerasan yang rendah dan penelitian Shah dkk 2014 mendapatkan kekerasan permukaan nilon termoplastik
Valplast adalah 10,2 VHN.
18,39
Nilai kekerasan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas. Ikatan amida pada nilon
termoplastik mempengaruhi kekerasan permukaan karena adanya kecenderungan ikatan tersebut untuk mengkristal dan diperkuat dengan pembentukan ikatan hidrogen
antara atom oksigen dan nitrogen dari dua kelompok amida.
40
2.2.3.2 Sifat Kemis
a. Stabilitas Warna
Stabilitas warna adalah kemampuan dari suatu lapisan permukaan satu pigmen untuk bertahan dari degradasi yang disebabkan dari pemaparan lingkungan.
Takabayashi 2010 mempelajari stabilitas warna dari beberapa bahan polimer dan menemukan bahwa nilon termoplastik mengalami perubahan warna setelah direndam
dalam larutan kari.
41
Universitas Sumatera Utara
b. Penyerapan Air
Penyerapan air yang tinggi merupakan salah satu kekurangan utama dari nilon termoplastik. Takabayashi 2010 yang membandingkan nilai penyerapan air antara
rantai poliamida, polikarbonat, dan polietilen terephthalat, hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan signifikan nilai penyerapan air dari 3 bahan tersebut. Poliamida
memiliki derajat hidrofilik yang tertinggi.
41
Nilon termoplastik memiliki sifat penyerapan air yang tinggi karena struktur rantai linier tunggal pada bahan basis nilon
termoplastik yang lebih lemah dibandingkan struktur ikatan silang dari resin akrilik polimerisasi panas.
32
Frekuensi kelompok amida yang hidrofilik sepanjang rantai mempengaruhi penyerapan air dari setiap jenis nilon termoplastik. Penyerapan air
rendah dan ketahanan kemis lebih baik jika jarak antara kelompok amida semakin besar.
10,12,32
Struktur ikatan linier pada nilon termoplastik memiliki jarak rantai polimer yang lebih besar dibandingkan molekul air dengan ukuran kurang dari 0,28
nm menyebabkan nilon termoplastik tidak dapat menolak penyerapan air.
8,42
Jenis nilon termoplastik yang pertama memiliki penyerapan air yang tinggi yaitu 8,5,
kemudian dikembangkan jenis nilon termoplastik yang ditambah serat kaca sehingga nilai penyerapan air menjadi relatif lebih rendah yaitu 1.2 .
15
2.2.3.3 Sifat Biologis
a. Biokompatibilitas
Biokompatibilitas nilon termoplastik sangat baik.
43
Nilon termoplastik tahan terhadap pelarut dan bahan kimia. Nilon termoplastik tidak memiliki monomer sisa
dan hampir tidak memiliki porositas karena diproses dengan teknik injection moulding. Nilon merupakan alternatif yang tepat untuk pasien yang alergi terhadap
logam dan monomer dari resin akrilik.
12
b. Pembentukan Koloni Bakteri
Pembentukan koloni bakteri pada permukaan gigitiruan dipengaruhi oleh penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan dan kekasaran permukaan.
19
Kekasaran permukaan nilon termoplastik masih dalam batas normal dan terlihat halus setelah dipoles dengan cara konvensional. Pertumbuhan dari spesies Candida
Universitas Sumatera Utara
albicans terlihat sangat tinggi pada nilon termoplastik jika dibandingkan dengan dengan resin akrilik polimerisasi panas.
4
2.2.3.4 Sifat Fisis
a. Ekspansi Termal
Nilon termoplastik memiliki koefisien ekspansi termal yang rendah.
4
Hargaves 1971 membandingkan nilon termoplastik dengan nilon termoplastik yang ditambahkan serat kaca dan menemukan koefisien ekspansi linier dari nilon yang
ditambah serat kaca lebih rendah daripada nilon.
15
b. Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi memiliki ambang batas yaitu 0,2 μm. Kekasaran permukaan suatu bahan dipengaruhi oleh teknik poles baik
secara mekanis maupun kimia. Abuzar dkk. 2010 menyatakan bahwa kekasaran permukaan dari nilon termoplastik lebih kasar daripada resin akrilik yang sudah
maupun belum dipoles. Hasil penelitian Abuzar dkk. 2010 menunjukkan bahwa nilai kekasaran nilon termoplastik sebelum dipoles adalah 1,111 ± 0,178 µm dan
sesudah dipoles sebesar 0,146 ± 0,018 µm.
9
Rahal dkk 2004 menyatakan kekasaran permukaan berhubungan dengan penyerapan air karena air masuk melalui porositas
permukaan.
8
2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan sampai saat ini. Resin akrilik sebagai bahan pilihan karena
memiliki estetis yang baik, cukup baik dalam hal sifat fisis dan mekanis, murah, dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal.
7
Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang terdiri dari bubuk dan cairan yang dicampur dan
membutuhkan energi panas untuk menjadi kaku dan padat.
7
Energi panas yang dibutuhkan untuk proses polimerisasi dapat diperoleh dengan merendam dalam air
yang dipanaskan waterbath. Resin akrilik polimerisasi panas merupakan polimer amorphous dimana ikatan molekulnya tidak beraturan.
15,32
Polimer amorphous
Universitas Sumatera Utara
memiliki karakter umum yaitu bahwa setiap sub-unit pada fase cair sangat mudah berbelit dan hampir tidak mungkin untuk diuraikan kembali.
15
Ikatan resin akrilik polimerisasi panas adalah ikatan silang.
8,44
Hal ini menyebabkan polimer lebih kaku, lebih resisten terhadap suhu, mengurangi kelarutan dan tidak dapat dibentuk kembali.
Ikatan silang juga menyebabkan bahan mudah untuk dipoles, sehingga menghasilkan bahan restorasi yang estetis.
44
2.3.1 Komposisi
Unsur pokok dari resin akrilik polimerisasi panas adalah :
7,10
a. Bubuk
Polimer : butiran atau granul poli metil metakrilat Inisiator : benzoyl peroxide
Pigmenpewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik Plasticizer : dibutyl phthalate
b. Cairan
Monomer : metil metakrilat Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate
Inhibitor : hydroquinone
2.3.2 Manipulasi
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding. Bubuk dan cairan dicampur
dengan perbandingan 3:1 satuan volume atau perbandingan 2:1 satuan berat. Setelah pencampuran, bahan mengalami beberapa tahapan yaitu :
3,29
1. Tahap basah : campuran seperti pasir wet sand stage. Pada tahap ini
secara bertahap polimer bercampur dengan monomer 2.
Tahap lengket : campuran seperti berserat, berbenang tacky fibrous. Pada tahap ini polimer larut dalam monomer sticky stage
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap lembut : campuran seperti adonan mudah diangkat dan tidak lengket
lagi. Pada tahap ini monomer sudah larut seluruhnya ke dalam polimer. Waktu yang tepat dan sesuai untuk diisi ke dalam mold dough stagegel stage
4. Tahap karet : campuran seperti karet rubbery stage dan tidak bisa
dimasukkan lagi ke dalam mold. Pada tahap ini monomer sudah tidak dapat bercampur dengan polimer lagi.
5. Tahap kaku : tahap dimana akrilik tidak dapat dibentuk lagi stiff stage
Setelah pembuangan malam, adonan diisikan dalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan, dalam water bath dengan waktu dan suhu terkontrol
untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath
dengan suhu konstan pada 70
o
C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 100
C selama 30 menit sesuai rekomendasi Japan Industrial Standar JIS.
3
Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar. Kemudian resin dikeluarkan dari mold dengan hati
– hati untuk menghindari fraktur dan distorsi gigitiruan. Basis gigitiruan akrilik yang telah
dikeluarkan dari kuvet, siap untuk diproses akhir dan dipoles.
7,10
2.3.3 Sifat-Sifat Sifat bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas terbagi atas sifat
mekanis, sifat kemis dan biologis, serta sifat fisis.
19
2.3.3.1 Sifat Mekanis
Sifat mekanis adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan energi dan kekuatan serta efeknya terhadap benda. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri
atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan.
Universitas Sumatera Utara
a. Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa 8000 psi. salah satu kekurangan utama resin akrilik adalah kekuatan tensil resin akrilik yang
rendah.
10,15
b. Kekuatan Impak
Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 31,4 Jm.
5
Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik
jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur. c.
Fatigue Gigitiruan menerima sejumlah besar tekanan lengkungan pada saat proses
pengunyahan. Karena alasan tersebut, fatigue menjadi sifat yang penting untuk diperhatikan. Fatigue merupakan representasi jumlah lengkungan sebelum kerusakan
terjadi pada tekanan tertentu. Kekuatan fatigue basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lbin
2
pada stress maksimum 17,2MPa.
5
d. Crazing
Crazing merupakan kumpulan retakan pada permukaan gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan - retakan ini dapat timbul akibat
salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, ketika pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigitiruannya dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air
yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua, ketika menggunakan
anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal
antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, selama proses perbaikan gigitiruan dapat menyebabkan crazing ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin
akrilik yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki.
19
e. Kekerasan permukaan
Nilai kekerasan permukaaan resin akrilik polimerisasi panas adalah 15-18 VHN.
10
Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi
pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar.
2.3.3.2 Sifat Kemis
Sifat kemis adalah sifat suatu bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna.
a. Stabilitas Warna
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. Yu-lin Lai 2003 berpendapat, stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain pada nilon,
silikon serta dua jenis resin akrilik dan ditemukan resin akrilik menunjukkan nilai diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.
15
b. Penyerapan Air
Penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas terjadi karena polar dari molekul resin akrilik. Koefisien difusi yang rendah menyebabkan resin akrilik
polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah. Nilai koefisien difusi resin akrilik polimerisasi panas adalah 0,11 x 10
-6
cm
2
detik dan nilai penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas adalah 0,69 mgcm
2
.
3,5
Resin akrilik polimerisasi panas memerlukan waktu hampir 17 hari untuk menjadi jenuh, tetapi waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kejenuhan bervariasi, tergantung pada ketebalan basis gigitiruan.
45
Resin akrilik polimerisasi panas menyerap air dengan sangat signifikan pada 24 jam sampai 50 jam pertama saat direndam dalam air, tetapi sesudahnya
penyerapan air tidak terjadi dalam jumlah signifikan karena koefisien difusi yang rendah.
46
Penyerapan air memberikan pengaruh terhadap sifat mekanis dan menyebabkan perubahan dimensi. Perubahan dimensi dapat berupa ekspansi ataupun
kontraksi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.3 Sifat Biologis
Sifat biologis adalah sifat suatu bahan dalam interaksinya dengan makhluk hidup, seperti biokompatibilitas dan pembentukan koloni bakteri.
a. Biokompatibilitas
Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi di rongga
mulut. Monomer sisa yang dihasilkan dan benzoic acid merupakan komponen iritan. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas
menurut standar ISO adalah 2,2 .
3,7
b. Pembentukan Koloni Bakteri
Kemampuan berkembang organisme tertentu pada permukaan gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan
permukaan, dan kekasaran permukaan.
19
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan
yang halus, kekerasan permukaan yang tinggi dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan
maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi.
2.3.3.4 Sifat Fisis
Sifat fisis adalah sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas massa
jenis, ekspansi termal, porositas, kekasaran permukaan, ketepatan dimensi dan akurasi.
19
a. Massa Jenis
Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 gcm
3
. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom - atom ringan, seperti
karbon, oksigen dan hidrogen.
19
b. Ekspansi Termal
Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80 ppm
o
C. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
umumnya tidak menimbulkan masalah, namun kemungkinan dapat terjadi kelonggaran dan lepasnya anasir gigitiruan porselen yang tersusun pada basis
gigitiruan akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi.
7
c. Porositas
Salah satu masalah yang sering terjadi pada resin akrilik polimerisasi panas adalah adanya porositas atau gelembung selama selama proses manipulasi.
Gelembung atau porositas pada permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Ada dua penyebab
utama porositas yaitu polimerisasi shrinkage dikenal dengan porositas kontraksi dan penguapan dari monomer diistilahkan dengan porositas gas.
7
Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan yang tidak benar.
Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat,
prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.
29
d. Kekasaran Permukaan
Ambang batas nilai kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi adalah mendekati 0,2 µm.
9
Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang
baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Abuzar dkk 2010 menyatakan bahwa resin akrilik yang sudah maupun belum dipoles memiliki permukaan yang
lebih halus daripada nilon termoplastik.
9
Hasil penelitian Abuzar dkk 2010 menunjukkan nilai kekasaran permukaan dari resin akrilik polimerisasi panas yang
belum dipoles sebesar 0,995 ± 0,12 µm dan setelah dipoles sebesar 0,046 ± 0,007 µm.
9
e. Stabilitas Dimensi dan Akurasi
Stabilitas dimensi dan akurasi mempunyai peranan penting dalam hal memperoleh adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan jaringan rongga mulut.
Kestabilan dimensi resin akrilik polimerisasi panas berhubungan dengan absorpsi air yang dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik dan merubah dimensi resin akrilik.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini berpengaruh terhadap dimensi dan stabilitas gigitiruan, oleh karena itu absorpsi air sebaiknya sekecil mungkin yaitu tidak boleh lebih dari 32 µgmm
3
.
3,5,7
2.4 Kekerasan Permukaan
Kekerasan permukaan merupakan salah satu sifat mekanis yang didefinisikan sebagai resistensi suatu bahan terhadap indentasi permanen atau penetrasi.
5
Kekerasan permukaan merupakan hasil interaksi dari beberapa sifat seperti keelastisan, kelenturan, dan ketahanan terhadap fraktur.
21
Terdapat faktor – faktor
yang mempengaruhi sifat mekanis suatu bahan antara lain berat molekul polimer, rasio dari monomer sisa, porositas internal dari matriks polimer, berkontak dengan
bahan kimia, kehilangan komponen pelarut, penyerapan air, ketegangan dan perubahan suhu.
23
Kekerasan permukaan berhubungan dengan seberapa besar kemampuan bahan untuk menahan goresan, abrasi, keausan dan perubahan bentuk.
5,17
Berdasarkan definisi sangat jelas bahwa sifat kekerasan permukaan sangat penting untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi karakteristik permukaan basis
gigitiruan.
16-7
Oleh karena itu, basis gigitiruan seharusnya memiliki kekerasan yang dapat memberikan ketahanan dari perubahan bentuk dan fraktur.
18
Umumnya, nilai kekerasan yang rendah menunjukkan bahan yang lembut dan begitu juga
sebaliknya.
19
Tingkat kekerasan permukaan melibatkan keadaan morfologi permukaan yang kompleks dan tekanan yang diberikan pada saat percobaan bahan.
Ada berbagai jenis alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan permukaan seperti Brinell, Knoop, Vickers, Rockwell, Barcol, dan Shore A hardness
tester.
5,20
Setiap alat memiliki perbedaan satu sama lainnya dan masing – masing alat
memiliki keuntungan dan kerugian. Ada perbedaan bahan indentasi, geometri dan beban pada setiap percobaan kekerasan permukaan. Bahan indentasi dapat terbuat
dari logam, berlian, dan bentuk dapat berupa bola, kerucut, piramida, atau jarum. Rentang beban yang diberikan mulai dari 0,5 N sampai 30 KN. Pemilihan alat ukur
yang akan digunakan berdasarkan bahan yang akan diukur, ekspektasi beban, dan derajat lokalisasi yang diinginkan.
5
Universitas Sumatera Utara
2.5 Metode Pembersihan Gigitiruan