Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank BNI saat ini merupakan salah satu bank yang terbesar di Indonesia, baik dari segi dana yang dihimpun, aset maupun perolehan labanya. Sebagai salah satu bank peserta rekapitalisasi secara konsisten dan berkesinambungan telah melakukan berbagai program perbaikan hingga mampu menunjukkan perkembangan kinerja yang semakin membaik. Prestasi tersebut dapat dilihat dari kemampuan Bank BNI, bukan hanya mampu menekan kerugian selama tiga tahun berturut-turut, tetapi juga mampu membukukan laba Rp. 295 miliar pada akhir tahun 2000, Rp. 1,7 Trilyun pada akhir 2001, Rp. 2,5 Trilyun pada akhir 2002 dan Rp 3,136 Trilyun pada akhir tahun 2004. Sepanjang tahun 2004 Bank BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp. 23,47 triliun yang dialokasikan pada sektor usaha kecil menengah UKM mencapai 86,2 dan selebihnya pada sektor korporasi. Tingginya alokasi penyaluran kredit pada sektor UKM bukan berarti Bank BNI meninggalkan sektor usaha korporasi, tetapi semata- mata untuk melakukan penyeimbangan, agar komposisi kredit Bank BNI tidak terkonsentrasi pada usaha korporasi. Kebijakan ini ditempuh karena melihat kenyataan yang ada sepanjang krisis terjadi, sektor UKM mampu bertahan dari terpaan gelombang krisis. Komposisi kredit Bank BNI pada tahun 2004 dilihat dari per sektor masih didominasi oleh sektor industri yang mencapai 48 dari total kredit. Untuk waktu mendatang, Bank BNI akan lebih 2 memfokuskan pemberian kredit pada sektor-sektor yang berorientasi ekspor dan berbasiskan sumber daya domestik, termasuk di dalamnya UKM. Dengan menyadari bahwa di masa- masa mendatang persaingan bisnis akan semakin ketat, terutama dengan semakin agresifnya bank-bank dalam mengembangkan sayap bisnisnya, maka perlu dilakukan strategi bisnis, antara lain mengembangkan sistem permohonan kredit berbasis Website. Upaya mengembangkan sistem permohonan kredit berbasis Website didasarkan akan adanya suatu proses transaksinya cepat, memberikan akses yang lebih lebar dan luas kepada petugas bank untuk melaya ni nasabah. Jenis layanan ini akan merupakan paradigma baru yang menggabungkan praktek-praktek usaha perbankan tradisional dan perbankan modern yang sarat dengan penggunaan teknologi informasi TI baru. Perkembangan TI saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Informasi dan Komunikasi, sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan TI. Davis 1999 mengatakan bahwa Sistem Informasi Manajemen SIM adalah suatu sistem terpadu antara manusia dan mesin yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan komputer hardware maupun software, prosedur, tata kerja, manajemen, model dan data base. Terminologi sistem di dalam sistem informasi SI digunakan untuk menjelaskan keterkaitan sekumpulan komponen seperti yang dimuat pada Gambar 1 terdiri dari : 3 1. Input masukan terdiri dari unsur-unsur yang digunakan dalam pemasukan ke dalam sistem untuk diproses lebih lanjut. 2. Processing pemrosesan merupakan kegiatan proses transformasi yang mengkonversikan input menjadi output. 3. Output luaran terdiri dari unsur-unsur hasil proses pengolahan sistem yang dikehendaki. Gambar 1. Skema dasar SI Berdasarkan fungsinya, SI mempunyai tiga peran utama O’Brien, 1999 yaitu : 1. Mendukung kegiatan bisnis operasional Support of business operations. 2. Mendukung manajemen dalam mengambil keputusan Support of management decision making. 3. Mendukung keunggulan strategi Support of strategy advantage Proses keputusan kredit di Bank BNI, dimulai dari permohonan kredit hingga keputusan kredit, dilakukan oleh Unit Sentra Kredit Krecil SKC. Proses transfer data ke cabang untuk aplikasi kredit yang telah disetujui dan permintaan data dari cabang untuk monitoring data nasabah yang setiap saat diperlukan adalah MASUKAN PEMROSESAN LUARAN PENYIMPANAN 4 proses real time. Oleh karena itu, pengembangan SI SKC berbasis Website merupakan keunggulan strategis bagi Bank BNI dan merupakan langkah maju bagi Bank BNI, dikarenakan nasabah-nasabah ritel lebih menuntut pelayanan yang lebih khusus dibandingkan nasabah- nasabah korporat. Dengan adanya modul Small Business Center SBC dan Small Business Sales SBS tersebut, diharapkan service level untuk pelayanan pinjaman akan bertambah baik, seiring dengan adanya pengembangan sistem yang telah ada. Pada dasarnya, modul SBS adalah Modul Relation Officer MRO yang dipisahkan dari modul kredit analis sesuai dengan pemisahan organisasi bisnis. Pengembangan modul SBC lebih diupayakan pada pembentukan pusat-pusat pelayanan pada beberapa cabang-cabang pelayanan, yang secara makro merupakan perbaikan modul aplikasi bisnis dalam pola konfigurasi Teknologi Bank BNI yang terbaru, yaitu konfigurasi new delivery channel strategy yang berbasis pada sistem sentralisasi back office. Aplikasi ini dikembangkan dengan menggunakan User Interface berbasis grafik, dengan client yang menjalankan aplikasi ini melalui sistem operasi berbasis WEB PT. Bank BNI, 2003. Hal ini didasarkan pada kondisi berikut : 1. Letak lokasi Unit SKC dengan cabang-cabang cukup jauh dan menyebar, telah menghambat kelancaran melakukan input data permohonan kredit nasabah secara cepat dan akurat, yang berdampak pada lambatnya memutus kredit. 2. Otomatisasi Sistem Informasi SKC, seperti disajikan dalam Gambar 2, saat ini belum optimal didayagunakan, sehingga permohonan pinjaman di cabang masih sering dilakukan secara manual. 5 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada kajian ini sebagai berikut : 1. Langkah-langkah apakah yang diperlukan untuk mengotomasikan sistem yang ada dari awal proses skoring sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Kredit dan Perjanjian kredit atau Surat Penolakan Kredit pada Bank BNI ? 2. Apakah dasar pembentukan dari sistem pengajuan kredit berbasis website untuk pengajuan kredit UKM ? 3. Bagaimana model pengembangan SI pengajuan kredit produktif untuk UKM dapat meningkatkan pelayanan pada PT. Bank BNI ? 6 Otomatisasi Transparansi Konsistensi Informasi Manajemen Meningkatkan Mutu Portofolio Kontrol Manajemen Proses keputusan kredit tidak lagi menjadi keputusan tertutup Keputusan exception haruslah dengan alasan yang tepat didukung bukti kuat dan sedapat mungkin dihindari Ketentuan keputusan telah standar untuk seluruh proses. Penilaian tidak bergantung pada opini individu analis. Dapat dilakukan pembuatan database dari aplikasi yang lengkap Laporan rutin dapat dengan mudah digeneralisasi dari database. Pimpinan dapat membuat kebijakan penting dan perubahan kepegawaian berdasarkan informasi dari Laporan- laporan Gambar 2. Keuntungan otomatisasi proses kredit produktif UKM Ketersediaaan database memungkink an adanya data statistik yang dapat digunakan untuk membuat ketentuan baru di masa yang akan datang Seleksi dan proses kontrol yang lebih baik, menghasilkan pemilihan kredit bermutu 7

B. Tujuan Kajian