Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Defenisi Konsep

Peningkatan kualitas pelayanan public dapat dilakukjan dengan berbagai hal, salah satunya adalah akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan syarat terhadap terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, demokratis dan amanah good governance. Kelembagaan pemerintahan yang berakuntabilitas publik berarti lembaga tersebut senantiasa mau mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang diamanati oleh rakyat. Demikian pula masyarakat dalam melakukan kontrol mempunyai rasa tanggungjawab yang besar untuk kepentingan bersama. Bukan hanya untuk kepentingan kelompok atau golongan saja. Akuntabilitas dimaksudkan untuk mengukur apakah tujuan dari suatu kegiatan telah tercapai dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadapa atasan dan juga masyarakt umum. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Akuntabilitas Pelayan Publik Dalam Pembuatan Surat Izin Usaha Warung Internet Di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan”.

I.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana akuntabilitas dalam pelayan publik dalam pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan?

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana implementasi akuntabilitas dalam pelayanan publik khususnya dalam pelayanan perizinan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan. I.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Ilmiah Untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembangan dan penyempurnaan teori-teori dalam Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam kaitannya dengan akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik. 2. Manfaat Secara Praktis Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah ataupun lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam melaksanakan prinsip-prinsip Good Governance. 3.Manfaat Secara Akademis Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah.

I.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger Singarimbun, 1995:37 teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian Arikunto, 2002:92. Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang di teliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. I.5.1 Good Governance I.5.1.1 Defenisi Good Governance Wacana tentang Good Governance atau kepemerintahan yang baik merupakan isu yang paling mengemuka belakangan ini.Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan secara amanah dan bertanggung jawab adalah sejalan dengan keinginan global masyarakat internasional pada saat ini. Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer menyetir, mengendalikan, direct mengarahkan, atau rule memerintah. Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority memerintah dengan kewenangan. Kata governance dalam bahasa inggris sering di artikan dengan tata kelola atau pengelolaan dengan kata dasar to govern yang bermakna memerintah. “Memerintah” diartikan sebagai menguasai atau mengurus negara atau mengurus daerah sebagai bagian dari negara. Dari istilah tersebut diatas dapat diketahui bahwa istilah governance tidak hanya berarti sebagai suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikan pemerintahan. Pengertian Good governance menurut Mardiasmo 2002:18 adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik. Lebih lanjut menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab 2002:34 menyebut Good governance yaitu suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewirausahaan. Selain itu Bank Indonesia juga mensinonimkan Good governance sebagai suatu hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta, dan masyarakat Effendi,1996:47. Lembaga Administrasi Negara memberikan pengertian Good governance yang hampir sama dengan Bank Indonesia yaitu bahwa wujud Good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. Kurniawan,2005:16 Dengan demikian, pada dasarnya unsur-unsur dalam kepemerintahan governance stakeholders dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: 1 NegaraPemerintahan Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani. 2 Sektor swasta Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdagangan, perbankan dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal. 3 Masyarakat Madani Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. Maka dapat disimpulkan Good Governance adalah pengelolaan tata pemerintahan yang baik, meliputi tata pemerintahan yang berwawasan ke depan visi, bersifat terbuka transparansi, cepat tanggap, akuntabel akuntabilitas, berdasarkan profesionalitas dan kompetensi, menggunakan struktur dan sumber daya secara efesien dan efektif, terdesentralisasi, demokratis dan berorientasi pada konsensus, mendorong kepada peningkatan partisipasi masyarakat, mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat, menjunjung supremasi hukum, memiliki komitmen kepada pengurangan kesenjangan, memiliki komitmen kepada pasar, dan memiliki komitmen pada lingkungan hidup. Keberhasilan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik sangat ditentukan oleh keterlibatan dan sinergi tiga aktor utama dari Good governance ini yakni aparatur pemerintah, masyarakat atau publik, dan keterlibatan pihak swasta.

I.5.1.2 Prinsip-prinsip Good Governance

Menurut Tamim Bambang Istianto, 2009: 109 terdapat enam hal yang menunjukkan bahwa suatu pemerintahan memenuhi kriteria Good Governance, yaitu sebagai berikut: 1. Competence, artinya bahwa penyelenggaraan pemerintah daerah harus dilakukan dengan mengedepankan profesionalitas dan kompetensi birokrasi. Jadi, pejanat yang dipilih harus benar-benar orang yang memiliki kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek pendidikankeahlian, pengalaman, moralitas, dedikasi maupunaspek-aspek lainnya. 2. Transparancy, artinya setiap proses pengambilan keputusan kebijakan publik dan pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan mengacu kepada prinsip keterbukaan dan keterbukaan akses terhadap informasi harus benar, jujur, dan tidak diskriminatif yang harus dijunjung tinggi. 3. Accountability, artinya bahwa setiap tugas dan tangggung jawab pemerintahan daerah harus diselenggarakan dengan baik karena setiap kebijakan dan tindakan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan kehadapan publik maupun dari kacamata hukum. 4. Participation, artinya pemerintah daerah harus mampu mendorong prakarsa, kreativitas dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan keberhasilan pembangunan daerah. 5. Rule of Law, artinya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berdasarkan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan jelas. 6. Social Justice, artinya penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan keadilan bagi setiap masyarakat.

I.5.2 Akuntabilitas dalam Pelayanan Publik

Dari kesembilan prinsip-prinsip Good governance yang telah dikemukakan di atas, penulis menganggap bahwa prinsip akuntabilitas merupakan prinsip yang paling penting untuk diterapkan terutama dalam struktur pemerintahan. Dalam Konteks pelayanan publik maka akuntabilitas berarti suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai- nilai atau norma eksternal yang ada di masyarakat atau yang dimiliki oleh para stakeholder. Dengan demikian tolak ukur dalam akuntabilitas pelayanan publik adalah publik itu sendiri yaitu arti nilai-nilai atau norma-norma yang diakui, berlaku dan berkembang dalam kehidupan publik. nilai-nilai atau norma tersebut diantaranya transparansi pelayanan, pinsip keadilan, jaminan penegakan hukum, hak asasi manusia, orientasi pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat pengguna jasa.Armunanto, 2005:28

I.5.2.1 Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi donor dan hibah yang menekan pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya good governance. Untuk melihat keragaman definisi akuntabilitas, berikut ini dikemukakan beberapa definisi yang dikembangkan sejumlah kamus besar, kalangan akademisi dan pemerintahan, diantaranya adalah Webster dalam Manggaukang 2006:21 yang mendefinisikan akuntabilitas sebagai suatu keadaan yang dapat dipertanggungkan, bertanggungjawab, dan ankuntabel. Arti kata ankuntabel adalah : pertama, dapat diperhitungkan, dapat menjawab pada atasan, sebagaimana seorang manusia bertanggunggugat kepada Tuhannya atas apa yang telah dilakukan. Kedua, memiliki kemampuan untuk dipertanggunggugatkan secara eksplisit, dan ketiga, sesuatu yang biasa di perhitungkan atau dipertanggunggugatkan. Sheila Elwood 1993 dalam Manggaukang 2006 :37 mengemukakan ada empat jenis akuntabilitas,yaitu : 1. Akuntabilitas hukum dan peraturan, yaitu akuntabilitas yang terkait denganjaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkandalam penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin dijalankannya jenis akuntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan. 2. Akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan murah biaya. 3. Akuntabilitas program, yaitu : akuntabilitas yang terkait dengan perimbang apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah pemerintah daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang dapat memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal. 4. Akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam terhadap DPRD sebagai legislatif dan masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya transparansi kebijakan sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan serta terlibatdalam pengambilan keputusan. Menurut Kohler dalam Manggaukang 2006:191, akuntabilitas didefinisikan sebagai : 1. Kewajiban seseorang employee, agen, atau orang lain untuk memberikan laporan yang memuaskan satisfactory report secara periodik atas tindakan atauatas kegagalan untuk bertindak dari otorisasi atau wewenang yang dimiliki. 2. Pengukuran tanggungjawab responsibility atau kewajiban kepada seseorang yang diekspresikan dalam nilai uang, unit kekayaan, atau dasar lain yang telah ditentukan terlebih dahulu. 3. Kewajiban membuktikan manajemen yang baik, pengendalian control yang baik, atau kinerja yang baik yang diharuskan oleh hukum yang berlaku, ketentuan-ketentuan regulation, persetujuan agreement, atau keabsaan custom. Ada 3 hal yang menjadi dimensi akuntabilitas, antara lain akuntabilitas politik yang biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu, akuntabilitas finansial yang fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat waktu tentang penggunaan dana publik, dan akuntabilitas administratif yang pada umumnya berkaitan dengan pelayanan publik dalam kerangka kerja otoritas dan sumber daya yang tersedia. Kumorotomo 2005 memberikan pengertian akuntabilitas adalah pertanggungjawaban bawahan atas pemenuhan wewenang yang dilimpahkan kepadanya, sehingga akuntabilitas merupakan faktor di luar individu dan perasaan pribadinya. http:eprints.undip.ac.id164111amin_rahmanurrasjid.pdf . Dalam KepMenPAN M.PAN2 No.26KEP 2004, tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasanpimpinan unit pelayanan instans pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundan-undangan. Pertanggungjawaban akuntabilitas pelayanan publik meliputi: 1. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik 1. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain meliputi; tingkat ketelitian akurasi, profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan dan kedisiplinan. 2. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau aktajanji pelayanan publik yang telah ditetapkan. 3. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan. 4. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan. 5. Masyarakat dapat melakukan penelitian terhadap kinerja pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku. 6. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 2. Akuntabilitas biaya pelayanan publik 1. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang telah ditetapkan. 2. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh PetugasPejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat KeputusanSurat Penugasan dari Pejabat yang berwenang. 3. Akuntabilitas produk pelayanan publik 1. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan. 2. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 3. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah. I.5.3 Pelayanan Publik I.5.3.1 Definisi Pelayanan Publik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan mengurus apa yang diperlukan orang lain. Sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris public, terdapat beberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu umum, masyarakat, dan negara. http:www.scribd.comdoc16207254standar-pelayanan-publik Pelayanan publik public service adalah suatu layanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah. Rohman, 2008:3. Ada beberapa pengertian dasar yang di dalam pelayanan publik adalah sebagai berikut Ratminto, 2005: 18: 1. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan. 2. Penyelenggara pelayanan publik adalah Instansi Pemerintah. 3. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerjasatuan organisasi Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara dan Instansi Pemerintah lainnya baik Pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah. 4. Unit penyelenggaran pelayanan publik adalah unit kerja pada Instansi Pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik. 5. Pemberi pelayanan publik adalah pejabatpegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum. 7. Biaya pelayanan publik adalah segala biaya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbal jasa atas pemberian pelayanan publik yang besaran dan tata cara pembayaran ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Indeks Kepuasan Masyarakat adalah tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang diperoleh dari penyelenggara atau pemberi pelayanan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat. Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, danatau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

I.5.3.2 Hakikat Pelayanan Publik

Keputusan MENPAN No.63 Tahun 2004 menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Maka dapat dirumuskan yang menjadi unsur yang terkandung dalam pelayanan publik yaitu: 1. Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan atau lembaga atau aparat pemerintah maupun swasta. 2. Objek yang dilayani adalah masyarakat publik berdasarkan kebutuhannya. 3. Bentuk pelayanan yang diberikan berupa barang atau jasa. 4. Ada aturan atau sistem dan tata cara yang jelas dalam pelaksanaannya.

I.5.3.3 Asas dan Prinsip Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut Ratminto,2005: 19-20: 1. Transparansi, artinya bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas, artinya Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kondisional, artinya Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas. 4. Partisipatif, artinya Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan Hak, artinya Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi. 6. Kesimbangan Hak dan Kewajiban, artinya Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004, dijelaskan bahwa dalam menyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip yaitu: 1. Kesederhanaan Prosedurtata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. 2. Kejelasan yang mencakup beberapa hal antara lain: a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan umum b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayananan dan penyelesaian keluhanpersoalansengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik c. Rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran 3. Kepastian Waktu Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. 4. Akurasi. Produk pelayan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5. Rasa aman Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasaaman dan kepastian hukum. 6. Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. 7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika. 8. Kemudahan akses Tempat dan lokasi serta sarana dan prasarana kerja yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telematika. 9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan satun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas. 10. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah dan lain-lain. Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih memiliki berbagai kelemahan antara lain: 1. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan front line sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali. 2. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat. 3. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut. 4. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait. 5. Birokratis. Pelayanan khususnya pelayanan perijinan pada umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah pelayanan, kemungkinan staf pelayanan front line staff untuk dapat menyelesaikan masalah sangat kecil, dan di lain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi ketika pelayanan diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan. 6. Kurang mau mendengar keluhansaranaspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhansaranaspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu. 7. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan khususnya dalam pelayanan perijinan seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan. Dilihat dari sisi sumber daya manusianya, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan profesionalisme, kompetensi, empati dan etika. Berbagai pandangan juga setuju bahwa salah satu dari unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat. Sementara itu, dari sisi kelembagaan, kelemahan utama terletak pada disain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan hierarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit, dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak efisien.

1.5.4. Izin Usaha

Izin dalam arti sempit adalah pengikatan pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan keadaan yangburuk. Tujuannya ialah mengatur tindakan tindakan yang oleh pembuat undang undang, namun di mana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya. Spelt N.M, 1993. Dari sudut kajian kewenangan khususnya tentang izin ada beberapa teori yang dapat mendukung analisis pengambilan kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini kajian hukum administrasi negara. Penggolongan Ketetapan Administrasi Negara. Ketetapan administrasi negara atau aparatur negara yang bersifat positif dapat dilihat dari segi penggolongan akibat hukum dan dari segi jenisnya. Yaitu sebagai berikut: 1. Dari segi akibat hukumnya dibagi atas lima macam: a. Ketetapan yang pada umumnya melahirkan keadaan hukum baru. b. Ketetapan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi obyek tertentu misalnya penunjukan terhadap sesuatu, pendaftaran bagi sesuatu hal. c. Ketetapan yang melahirkan suatu badan hokum atau membatalkan misalnya: ketetapan pemerintah mengenai pengakuan atau hilangnya pengakuan terhadap sesuatu badan hukum, seperti koperasi, perseroan terbatas dan yayasan d. Ketetapan yang membebankan kewajiban baru pada seseorang atau lebih, atau yang bersifat isi perintah. e. Ketetapan yang memberikan hak-hak baru kepada seseorang atau lebih ketetapan yang menguntungkan. 2. Dari segi jenisnya, ketetapan dibagi atas dua golongan: a. Menguntungkan dengan yang tidak menguntungkan b. Izin, lisensi, dispensasi dan konsesi. Pengertian dari Izin, Konsesi, Dispensasi dan Lisensi adalah sebagai berikut: Izin vergunning adalah suatu perbuatan yang pada hakekatnya harus dilarang, sehingga memerlukan pengawasan aparatur pemerintah. Izin adalah keputusan aparatur pemerintah yang memperkenankan sesuatu perbuatan. 1. Konsensi hanya berbeda secara relatif dengan izin, tidak terdapat perbedaannya secara yuridis, misalnya izin mengenai hal-hal yang penting bagi umum, seperti izin penggarapan hutan disebut juga konsensi hak pengelolaan hutan HPH. 2. Dispensasi adalah suatu perbuatan pemerintah yang meniadakan berlakunya suatu peraturan perundang-undangan untuk soal yang istimewa. Misalnya Dinas Lalu Lintas dan Jalan Raya memberikan dispensasi kepada truk angkutan untuk melebihi daya angkutkarena keperluan yang mendesak dalam pembangunan 3. Lisensi adalah ketetapan yang digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang menjalankan suatu perusahaan, misalnya izin tempat usaha. Saiful Anwar, 2004:95 Menurut peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 5 tahun 2013, izin usaha adalah segala bentuk izin dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerinta daerah kabupatenkota yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk memulai pelaksanaan kegiatan produksioperasi yang menghasilkan barang atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian events yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Singarimbun, 1995:33. Oleh karena itu, untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain: 1. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik NegaraDaerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Akuntabilitas berarti para pengambil keputusan dalam sektor publik, swasta, dan masyarakat madani memliki pertanggungjawaban akuntabilitas kepada publik masyarakat umum, sebagaimana halnya kepada para pemilik stakeholders. Yang menjadi fokus disini adalah akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan biaya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. 3. Izin usaha warung internet adalah segala bentuk izin dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupatenkota yang wajib dimiliki oleh invidivu atau kelompok untuk memulai pelaksanaan kegiatan warung internetnya yang menghasilkan jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral.

BAB II METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah 2006:47 penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis. Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi dan Informasi kota Medan yang beralamat di jalan Jl. Sidorukun No 35 Medan.

II. 3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel Suyanto, 2005:171. Subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses