Akuntabilitas Pelayanan Publik Dalam Pembuatatn Surat Izin Usha Warung Internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

(1)

Akuntabilitas Pelayan Publik

Dalam Pembuatan Surat Izin Usaha Warung Internet Di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departeman Ilmu

Administrasi Negara OLEH

JORDAN SIRAIT 110903031

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Judul : Akuntabilitas Pelayanan PublikDalam Pembuatan Surat Izin Usaha Warung Internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

Nama : Jordan Sirait N I M : 110903031

Perkemabangan teknologi pada saat ini tidak terbendung lagi, bahkan sekarang manusia tidak bisa hidup tanpa teknologi. Perkembangan terknologi juga berdampak pada perkembangan dunia bisnis, salah satunya adalah usaha warung internet. Bisnis warung internet dianggap sebagai suatu bisnis yang menjanjikan untuk saat ini. Sejalan dengan hal itu maka Pemerintah Kota Medan mengeluarkan Perwal nomor 28 tahun 2011 tentang izin usaha warung Internet di Kota Medan untuk memberikan kepastian hukum bagi pemilik dan juga pengguna jasa warung internet. Akunbilitas merupakan salah satu cara yang harus dilakukan untuk menuju Good governance, jadi perlu adanya akuntabilitas dalam setiap program atau pun kinerja dari suatu lembaga dan jga sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas wewenang yang telah diberikan dari atasan.

Bentuk penelitian yang akan digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengemukakan gejala /keadaan / peristiwa / masalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.

Akuntabilitas dalam pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan belum berjalan dengan maksimal. Hal tersebut bisa dilihat dari tidak semua indikator akuntabilitas proses terpenuhi. Biaya dalam pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan belum memiliki kejelasan. Hal mengenai dbiaya pembuatan tidak ada diatur di dalam peraturan. Hal ini mengakibatkan banyak oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab mencari keuntungan pribadi dari para masyarakat yang ingin membuat surat iin usaha warung internetnya. Bila dilihat dari indikator prosedur dan lama waktu pembuatan, semuanya sudah berjalan dengan baik, hal ini disampaikan oleh beberapa orang masyarakat yang telah selesai membuat surat izin usaha warung internetnya. Selain itu kedispilinan pegawai untuk melayani para masyarakat juga dinilai masih kurang. Kedisiplinan dalam hal ini adalah petugas jarang berada di tempat pada saat ada masyarak yang ingin menbuat surat izin usaha warung internet. Kekurangan sumber daya manusia menjadi faktor kurang maksimalnya kehadiran petugas dalam melayani. Permasalahan ketidakmampuan masyrakat dalam melengkapi kriteria-kriteria yang ditetapkan juga menjadi salah satu


(3)

faktor penghambat di dalam proses pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Akuntabilitas Pelayanan Publik Dalam Pembuatatn Surat Izin Usha Warung Internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung terkhusus kepada Yesus Kristus terima kasih atas semua berkat mu, terima kasih kedua orang tua penulis Sabam Sirait S.H. dan Marshinta Silaen yang selalu sabar menhadapi tingkah laku penulis, serta kepada abang penulis, Artur Sirait S.E dan juga kepada adik tercinta Ajieb Sirait dan juga Mery Bonita Sirait yang selalu mendukung di saat penulis sedah mengalami kejenuhan. Tidak Lupa juga terima


(5)

kasih kepada Bapa uda yang setia memotivasi, Bongat Sirait S.E, M.M dan juga Inang uda Anita. Dan tidak lupa juga kepada banyak pihak yang terutama kepada yang saya hormati :

1. Bapak selaku Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu DTM&H MSc (CTM) SpA(K)Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin M.Si selaku Ketua Jurusan IlmuAdministrasi Negara Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Elita Dewi M.Sp selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Adminstrasi Negara Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Arlina S.H ,M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang sangatberguna dalam penyusunan skripsi ini.Bapak/Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik khususnya Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis untuk dapat melaksanakan penulisan dalam studi. 6. Terima kasih juga kepada abang Manu dan abang Rudi yang tanpa


(6)

7. Terima kasih kepada kedua sahabat yang sangat penulis sayangi Andre Hutagalung dan Elvan Simatupang yang selalu memberikan bantuan dikala penulis sedang kebingungan dengan skripsi ini.

8. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk seluruh keluarga besar warung internet Ozora, terima kasih kepada abang Ocon, Kakak Ina dan juga tidak lupa teman seperjuangan Lae Jimmy dan Lae Paul yang selalu memberikan berbagai motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat penulis yang jauh tapi

terasa dekat, terutama untuk anak kost di Berdikari 94, terutama Ardy dan Anes yang tidak pernah bosan mendukung penulis dan memberikan motivasiuntuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih juga kepada semua anggota dan senior GMKI Komisarit Fisip Usu, terutama Pengurus Komisariat masa bakti 2013-2014. 11.Terima kasih juga kepada semua teman-teman administrasi Negara

2011, terutama Wandi Siagian yang selalu membantu penulis di saat sedang mengalami kesulitan mengerjakan skripsi ini

12.Terima kasih juga kepada anak-anak “Berdikari Gank”, “Jangkrik”, “Penggo Kila Bery”, yang selalu menjadi tempat penulisan di saat mengalami kebosanan pada saat mengerjakan skripsi ini.

13.Terima kasih juga kepada abang-abang AN 2007 terutama Fernandes Sirait, Tomy Tambunan, Sumandoro Manullang, Juliando Purba.


(7)

Terima kasih juga kepada abang Doli (AN 2009), Aldemar (AN 2010), dan juga kepada abang-abang yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 14.Terima kasih juga kepada Dinas Telekomunikasi dan Informasi Kota

Medan, terutama Bapak Kepala Dinas Drs.Darussalam Pohan,M.AP, Sekretaris Dinas Ibu Dra.Sri Maharani,M.Pd, Bapak Kepala Bidang Pos dan Telekomunikasi Arbani harahap,S.Sos dan juga semua staf dan pegawai di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan.

15.Terakhir, terima kasih juga kepada semua teman yang sudah membantu penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagikita semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, Maret 2015

Jordan Sirait


(8)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Permasalahan ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 6

I.4 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 7

I.5.1 Good Governance ... 8

I.5.1.1 Definisi Good Governance ... 8

I.5.1.2 Prinsip-Prinsip Good Governance ... 11

I.5.2 Akuntabilitas Pelayanan Publik ... 12

I.5.2.1 Akuntabilitas ... 13

I.5.3 Pelayanan Publik... 17

I.5.3.1 Definisi Pelayanan Publik ... 17

I.5.3.2 Hakikat Pelayanan Publik ... 20


(9)

I.5.4 Izin Usaha ... 25

I.6 Definisi Konsep ... 27

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 29

II.1 Bentuk Penelitian ... 29

II.2 Lokasi Penelitian ... 29

II.3 Informan Penelitian ... 29

II.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

II.5 Instrumen Penelitian... 31

II.6 Teknik Analisis Data ... 31

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 32

III.1 Gambaran umum ... 32

III.2 Visi, misi, tujuan dan sasarn, strategi dan kebijkan Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan ... 35

III.2.1. Visi Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan ……….. 35 III.2.2. Visi Dinas Komunikasi dan Informasi Kota


(10)

Medan ……….. 37

III.2.3. Tujuan dan Sasaran Dinas Komunikasi dan

Informasi Kota Medan ………. 38

III.2.4. Strategi Dinas Komunikasi dan Informasi Kota

Medan ……….. 35

III.2.5. Kebijakan Dinas Komunikasi dan Informasi

Kota Medan ………. 35

III.3 Struktur Organisasi ………... 43 III.4 Uraian Tugas Pejabat Struktural dan Sraf Dinas

Komunikasi dan Informasi Kota Medan ……….. 44 III.5 Syarat-syarat Pembuatan Surat Izin Usaha Warung Internet … 81

BAB IV PENYAJIAN DATA ……….. 83

IV.1 Karakteristik Informan ………. 83 IV.2 Akuntabilitas proses dalam pelayan publik khususnya

dalam pembuatan surat izin usaha warung internet di

dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan ………. 84 IV.3 Distribusi jawaban informan tentang prosedur pembuatan

surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan

Informasi kota Medan ……… 84

IV.4. Distribusi jawaban informan tentang lama waktu pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan


(11)

Informasi kota Medan ……… 86

IV.5. Distribusi jawaban informan tentang biaya pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi kota Medan ……… 87

IV.6. Distribusi jawaban informan tentang penerapan disiplin pegawai, tingkat ketelitian pegawai, kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan, dan profesionalitas pegawai ………. 88

IV.7. Distribusi jawaban informan tentang hambatan pembuatan surat izinusaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi kota Medan ………. 90

BAB V ANALISI DATA ………. 92

V.1. Prosedur ………... 93

V.2. Waktu ……….. 94

V.3. Biaya ……… 95

V.4. Disiplin pegawai, tingkat ketelitian pegawai, kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan, dan profesionalitas pegawai ………… 95

V.5. Hambatan ………. 96

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan ……… 97

VI.2. Saran ……….. 99


(12)

ABSTRAK

Judul : Akuntabilitas Pelayanan PublikDalam Pembuatan Surat Izin Usaha Warung Internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

Nama : Jordan Sirait N I M : 110903031

Perkemabangan teknologi pada saat ini tidak terbendung lagi, bahkan sekarang manusia tidak bisa hidup tanpa teknologi. Perkembangan terknologi juga berdampak pada perkembangan dunia bisnis, salah satunya adalah usaha warung internet. Bisnis warung internet dianggap sebagai suatu bisnis yang menjanjikan untuk saat ini. Sejalan dengan hal itu maka Pemerintah Kota Medan mengeluarkan Perwal nomor 28 tahun 2011 tentang izin usaha warung Internet di Kota Medan untuk memberikan kepastian hukum bagi pemilik dan juga pengguna jasa warung internet. Akunbilitas merupakan salah satu cara yang harus dilakukan untuk menuju Good governance, jadi perlu adanya akuntabilitas dalam setiap program atau pun kinerja dari suatu lembaga dan jga sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas wewenang yang telah diberikan dari atasan.

Bentuk penelitian yang akan digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengemukakan gejala /keadaan / peristiwa / masalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.

Akuntabilitas dalam pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan belum berjalan dengan maksimal. Hal tersebut bisa dilihat dari tidak semua indikator akuntabilitas proses terpenuhi. Biaya dalam pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan belum memiliki kejelasan. Hal mengenai dbiaya pembuatan tidak ada diatur di dalam peraturan. Hal ini mengakibatkan banyak oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab mencari keuntungan pribadi dari para masyarakat yang ingin membuat surat iin usaha warung internetnya. Bila dilihat dari indikator prosedur dan lama waktu pembuatan, semuanya sudah berjalan dengan baik, hal ini disampaikan oleh beberapa orang masyarakat yang telah selesai membuat surat izin usaha warung internetnya. Selain itu kedispilinan pegawai untuk melayani para masyarakat juga dinilai masih kurang. Kedisiplinan dalam hal ini adalah petugas jarang berada di tempat pada saat ada masyarak yang ingin menbuat surat izin usaha warung internet. Kekurangan sumber daya manusia menjadi faktor kurang maksimalnya kehadiran petugas dalam melayani. Permasalahan ketidakmampuan masyrakat dalam melengkapi kriteria-kriteria yang ditetapkan juga menjadi salah satu


(13)

faktor penghambat di dalam proses pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan.


(14)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Gagasan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring tuntutan rakyat dan perkembangan di dalam pemerintah itu sendiri. Namun demikian, pembaruan dari kedua sisi tersebut sampai saat ini masih tetap belum memuaskan arti posisi Negara - masyarakat dan pemerintah – rakyat masih belum menguntungkan dipihak rakyat sebagai pihak yang lemah dan termajinalisasi dalam kerangka pelayanan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembaruan makna, bahwa pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri ataupun dilayani oleh rakyat, melainkan untuk melayani kebutuhan rakyat. Distorsi pelayanan kepada rakyat terjadi manakala keberadaan pemerintah dianggap dapat mengatur segala segi kehidupan manusia, yang dilandasi asumsi bahwa pada dasarnya rakyat tidak mampu mengatur kehidupannya sendiri. Yang pada akhirnya asumsi tersebut berkembang menjadi pengekangan pemerintah terhadap rakyatnya, kontrol yang berlebihan dan rakyat melayani keinginan pemerintah agar kebutuhannya dapat terpenuhi. (Kurniawan, 2005:2).

Hingga sampai saat ini, kualitas pelayanan publik di Indonesia masih diwarnai berbagai masalah seperti pelayanan yang sulit untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit ketika harus mengurus suatu perijinan tertentu, biaya yang tidak jelas, serta


(15)

terjadinya praktek pungutan liar (pungli), merupakan indikator rendahnya kualitas pelayanan publik. Dimana hal ini juga sebagai akibat dari berbagai permasalahan pelayanan publik yang belum dirasakan eksistensinya oleh rakyat. Disamping itu, terdapat pula kecenderungan adanya ketidakadilan dalam pelayanan publik dimana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit mendapatkan pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki “uang“, dengan sangat mudah bisa mendapatkan apapun yang diinginkan. Apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka pelayanan yang diskriminatif ini akan berpotensi menimbulkan konflik laten dalam kehidupan berbangsa. Potensi iniantara lain memungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antara yang kaya dan miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan tertentu dapat meledak dan merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kemudian, terdapat kecenderungan di berbagai instansi pemerintah pusat yang enggan menyerahkan kewenangan yang lebih besar kepada daerah otonom, akibatnya pelayanan publik menjadi tidak efektif, efisien dan ekonomis, dan tidak menutup kemungkinan unit-unit pelayanan cenderung tidak memiliki responsibilitas, responsivitas, dan tidak representatif sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Melihat dari fungsi utama pemerintah yang merupakan penyelenggara pelayanan publik dan seiring dengan tuntutan perkembangan sudahmenjadi seharusnya pemerintah melakukan perbaikandalam pelayanan publik tersebut. Akan tetapi dewasa ini, kepercayaan masyarakat/publik terhadap kinerja pemerintah atau


(16)

birokrasi mengalami degradasi yang semakin parah oleh akibat dari lemahnya kinerja aparat-aparat pemerintahan/birokrasi. Kepercayaan dan kehidupan masyarakat menjadi semakin sengsara ketika pemerintah/birokrasi yang seharusnya berperan menghadirkan pelayanan prima kepada publik menjadi didominasi dan ditentukan oleh rezim yang berkuasa sehingga menyebabkan kebalikan daripada pelayanan publik menjadi publiklah yang menjadi pelayan bagi birokrasi.

Kegagalan pemerintah yang dipicu adanya penyalahgunaan wewenang aparatur pemerintahan yang diberikan kepada masyarakat yang tidak efesien, efektif, tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi dan kebutuhan masyrakat terhadap perkembangan lingkungan global yang mendorong suburnya praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme yang mendorong masyarakat menginginkan pemerintahan yang baik. Berkembangnya patologi tersebut di dalam tubuh birokrasi menyebabkan timbulnya krisis kepercayaan masyarakat yang ditandai dengan mengalirnya protes dan demonstrasi yang dilakukan beberapa dari komponen masyarakat terhadap birokrasi baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah dan bermunculnya lembaga-lembaga non pemerintah sebagai aksi protes terhadap pemerintah. Berkembangnya patologi tersebut dalam tubuh birokrasi menunjukan betapa rendahnya kualitas birokrasi dan kurangnya profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Buruknya kinerja pelayanan publik yang dilakukan oleh birokrasi indonesia antara lain belum dijalankanya apa yang disebut dengan akuntabilitas dalam


(17)

penyelenggaraan pelayanan publik dimana akuntabilitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam menekan tingkat korupsi, menurut Klitgaard secara umum pola yang menjadi penyebab merebaknya korupsi dapat di ungkapkan dengan rumus sebagai berikut: “C=M+D-A” C (Korupsi), M (monopoli kekuasaan), D (dekresi birokrasi) dan A (akuntabilitas) (Kumorotomo, W, 2006). Oleh karena itu pelayanan publik harus dilakukan dengan akuntabel di setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas pelayanan publik berimplikasi luas terhadap kesejahteraan masyarakat dan untuk mencapai suatu pemerintahan yang baik atau pemerintahan yang bersih, serta lemahnya kontrol masyarakat yang menjelaskan buruknya akuntabiltas dalam penyelenggaraan pelayanan pubik, karena salah satu esensi dari akuntabilitas adalah kontrol, karena kondisi yang terjadi selama ini telah mengkerdilkan peran serta masyarakat dan telah terjadi dominasi birokrasi dalam pelaksanaan pelayanan serta untuk menciptakan suatu sistem pelayanan yang akuntabel harus ada evaluasi pelayanan yang diberikan oleh para pengguna pelayanan yaitu masyarakat.

Perkembangan teknologi pada saat ini sudah tidak terbendung lagi, bahkan pada saat sekarang setiap detik manusia tidak akan lepas dengan teknologi. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, hidup kita pasti berhubungan dengan teknologi. Dengan perkembangan teknologi, maka memudahkan kita pada segala sesuatu. Bahkan saat ini teknologi sudah merupakan suatu trend kehidupan. Pemakaian teknologi merupakan simbul dari kemodernan seseorang atau bisa menunjukkan status sosial seseorang, Semakin canggih produk yang kita gunakan dengan memanfaakan tehnologi, maka menunjukkan semakin tinggi status sosial kita atau dipandang lebih modern. Teknologi saat ini yang paling cepat berkembang adalah


(18)

teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi. Perkembangan ini sangat terlihat akselerasinya dalam kehidupan, dan hampir setiap sisi kehidupan kita selalu merasakan manfaat adanya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi tersebut. Perkembangan tersebut akan menumbuhkan pula bisnis di bidangnya, sebagai contoh adalah internet dan komputer. Setiap perkembangan teknologi akan mendukung munculnya teknologi baru, atau fasilitas baru dalam suatu produk tersebut. Oleh karena itu maka produk-produk teknologi tersebut setiap saat akan naik dan terus meningkat jumlahnya.

Perkembangan teknologi ini berdampak pada dunia bisnis, dimana banyak orang yang membuka jasa pada bidang informasi dan komunikasi, salah satunya adalah warung internet. Warung internet adalah tempat usaha yang menyediahkan dan menyelenggarakan pelayanan jasa internet kepada khayalak umum. Bisnis warung internet dianggap sebagai bisnis yang menjanjikan, karena jasa dari warung internet dianggap sudah menjadi suatu kebutuhan. Dengan keluarnya Perwal Medan no 28 Tahun 2011 tentang perizinan usaha warung internet, maka diharapakan akan memberi kepatian hukum dan untuk pembina, pengatur, pengendalikan/pengawasan usaha warung internet di Kota Medan. Dengan keluarnya Perwal tersebut, maka setiap individu atau kelompok yang ingin mendirikan usaha warung internet harus memiliki izin usaha warung internet, atau bila warung internetnya sudah berdiri, maka pengelolah warung internet diwajibkan mengurus surat izin usaha.

Dinas komunikasi dan informasi kota Medan yang bersangkutan dengan hal ini lah yang memiliki kewajiban melayani masyarakat yang ingin mengurus surat izin usaha warung internet. Dinas komunikasi dan informasi diharapkan mampu memberikan pelayan kepada masyarakat dalam pembuatan surat izin tersebut. Di sisi lain diharapkan adaya peningkatan kualitas pelayanan Dinas komunikasi dan informasi untuk mewujudkan good governance.


(19)

Peningkatan kualitas pelayanan public dapat dilakukjan dengan berbagai hal, salah satunya adalah akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan syarat terhadap terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, demokratis dan amanah (good governance). Kelembagaan pemerintahan yang berakuntabilitas publik berarti lembaga tersebut senantiasa mau mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang diamanati oleh rakyat. Demikian pula masyarakat dalam melakukan kontrol mempunyai rasa tanggungjawab yang besar untuk kepentingan bersama. Bukan hanya untuk kepentingan kelompok atau golongan saja.

Akuntabilitas dimaksudkan untuk mengukur apakah tujuan dari suatu kegiatan telah tercapai dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadapa atasan dan juga masyarakt umum. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Akuntabilitas Pelayan Publik Dalam Pembuatan Surat Izin Usaha Warung Internet Di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan”.

I.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana akuntabilitas dalam pelayan publik dalam pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan?

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana implementasi akuntabilitas dalam pelayanan publik khususnya dalam pelayanan


(20)

perizinan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan.

I.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Ilmiah

Untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembangan dan penyempurnaan teori-teori dalam Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam kaitannya dengan akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah ataupun lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam melaksanakan prinsip-prinsip Good Governance.

3.Manfaat Secara Akademis

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah.

I.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger (Singarimbun, 1995:37) teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel


(21)

atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002:92). Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang di teliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

I.5.1 Good Governance

I.5.1.1 Defenisi Good Governance

Wacana tentang Good Governance atau kepemerintahan yang baik merupakan isu yang paling mengemuka belakangan ini.Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan secara amanah dan bertanggung jawab adalah sejalan dengan keinginan global masyarakat internasional pada saat ini. Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority (memerintah dengan kewenangan). Kata governance dalam bahasa inggris sering di artikan dengan tata kelola atau pengelolaan dengan kata dasar to govern yang bermakna memerintah. “Memerintah” diartikan sebagai menguasai atau mengurus negara atau mengurus daerah sebagai bagian dari negara. Dari istilah tersebut diatas dapat diketahui bahwa istilah governance tidak hanya berarti sebagai suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti


(22)

pengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikan pemerintahan.

Pengertian Good governance menurut Mardiasmo (2002:18) adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik. Lebih lanjut menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab (2002:34) menyebut Good governance yaitu suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewirausahaan. Selain itu Bank Indonesia juga mensinonimkan Good governance sebagai suatu hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta, dan masyarakat (Effendi,1996:47).

Lembaga Administrasi Negara memberikan pengertian Good governance yang hampir sama dengan Bank Indonesia yaitu bahwa wujud Good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat. (Kurniawan,2005:16)

Dengan demikian, pada dasarnya unsur-unsur dalam kepemerintahan (governance stakeholders) dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu:


(23)

1) Negara/Pemerintahan

Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani.

2) Sektor swasta

Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdagangan, perbankan dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.

3) Masyarakat Madani

Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi.

Maka dapat disimpulkan Good Governance adalah pengelolaan tata pemerintahan yang baik, meliputi tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi), bersifat terbuka (transparansi), cepat tanggap, akuntabel (akuntabilitas), berdasarkan profesionalitas dan kompetensi, menggunakan struktur dan sumber daya secara efesien dan efektif, terdesentralisasi, demokratis dan berorientasi pada konsensus, mendorong kepada peningkatan partisipasi masyarakat, mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat, menjunjung supremasi hukum, memiliki komitmen kepada pengurangan kesenjangan, memiliki komitmen kepada pasar, dan memiliki komitmen pada lingkungan hidup. Keberhasilan penyelenggaraan tata


(24)

pemerintahan yang baik sangat ditentukan oleh keterlibatan dan sinergi tiga aktor utama dari Good governance ini yakni aparatur pemerintah, masyarakat atau publik, dan keterlibatan pihak swasta.

I.5.1.2 Prinsip-prinsip Good Governance

Menurut Tamim (Bambang Istianto, 2009: 109) terdapat enam hal yang menunjukkan bahwa suatu pemerintahan memenuhi kriteria Good Governance, yaitu sebagai berikut:

1. Competence, artinya bahwa penyelenggaraan pemerintah daerah harus dilakukan dengan mengedepankan profesionalitas dan kompetensi birokrasi. Jadi, pejanat yang dipilih harus benar-benar orang yang memiliki kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek pendidikan/keahlian, pengalaman, moralitas, dedikasi maupunaspek-aspek lainnya.

2. Transparancy, artinya setiap proses pengambilan keputusan kebijakan publik dan pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan mengacu kepada prinsip keterbukaan dan keterbukaan akses terhadap informasi harus benar, jujur, dan tidak diskriminatif yang harus dijunjung tinggi.

3. Accountability, artinya bahwa setiap tugas dan tangggung jawab pemerintahan daerah harus diselenggarakan dengan baik karena setiap kebijakan dan tindakan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan kehadapan publik maupun dari kacamata hukum.


(25)

4. Participation, artinya pemerintah daerah harus mampu mendorong prakarsa, kreativitas dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan keberhasilan pembangunan daerah.

5. Rule of Law, artinya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah harus berdasarkan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan jelas.

6. Social Justice, artinya penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan keadilan bagi setiap masyarakat.

I.5.2 Akuntabilitas dalam Pelayanan Publik

Dari kesembilan prinsip-prinsip Good governance yang telah dikemukakan di atas, penulis menganggap bahwa prinsip akuntabilitas merupakan prinsip yang paling penting untuk diterapkan terutama dalam struktur pemerintahan. Dalam Konteks pelayanan publik maka akuntabilitas berarti suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada di masyarakat atau yang dimiliki oleh para stakeholder. Dengan demikian tolak ukur dalam akuntabilitas pelayanan publik adalah publik itu sendiri yaitu arti nilai-nilai atau norma-norma yang diakui, berlaku dan berkembang dalam kehidupan publik. nilai-nilai atau norma tersebut diantaranya transparansi pelayanan, pinsip keadilan, jaminan penegakan hukum, hak asasi


(26)

manusia, orientasi pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat pengguna jasa.(Armunanto, 2005:28)

I.5.2.1 Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi donor dan hibah yang menekan pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya good governance.

Untuk melihat keragaman definisi akuntabilitas, berikut ini dikemukakan beberapa definisi yang dikembangkan sejumlah kamus besar, kalangan akademisi dan pemerintahan, diantaranya adalah Webster dalam Manggaukang (2006:21) yang mendefinisikan akuntabilitas sebagai suatu keadaan yang dapat dipertanggungkan, bertanggungjawab, dan ankuntabel. Arti kata ankuntabel adalah : pertama, dapat


(27)

diperhitungkan, dapat menjawab pada atasan, sebagaimana seorang manusia bertanggunggugat kepada Tuhannya atas apa yang telah dilakukan. Kedua, memiliki kemampuan untuk dipertanggunggugatkan secara eksplisit, dan ketiga, sesuatu yang biasa di perhitungkan atau dipertanggunggugatkan.

Sheila Elwood (1993) dalam (Manggaukang 2006 :37) mengemukakan ada empat jenis akuntabilitas,yaitu :

1. Akuntabilitas hukum dan peraturan, yaitu akuntabilitas yang terkait denganjaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkandalam penggunaan sumber dana publik. Untuk menjamin dijalankannya jenis akuntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan.

2. Akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan murah biaya.

3. Akuntabilitas program, yaitu : akuntabilitas yang terkait dengan perimbang apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah pemerintah daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang dapat memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam terhadap DPRD sebagai legislatif dan masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya transparansi kebijakan


(28)

sehingga masyarakat dapat melakukan penilaian dan pengawasan serta terlibatdalam pengambilan keputusan.

Menurut Kohler dalam Manggaukang (2006:191), akuntabilitas didefinisikan sebagai :

1. Kewajiban seseorang (employee), agen, atau orang lain untuk memberikan laporan yang memuaskan (satisfactory report) secara periodik atas tindakan atauatas kegagalan untuk bertindak dari otorisasi atau wewenang yang dimiliki.

2. Pengukuran tanggungjawab (responsibility) atau kewajiban kepada seseorang yang diekspresikan dalam nilai uang, unit kekayaan, atau dasar lain yang telah ditentukan terlebih dahulu.

3. Kewajiban membuktikan manajemen yang baik, pengendalian (control) yang baik, atau kinerja yang baik yang diharuskan oleh hukum yang berlaku, ketentuan-ketentuan (regulation), persetujuan (agreement), atau keabsaan (custom).

Ada 3 hal yang menjadi dimensi akuntabilitas, antara lain akuntabilitas politik yang biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu, akuntabilitas finansial yang fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat waktu tentang penggunaan dana publik, dan akuntabilitas administratif yang pada umumnya berkaitan dengan pelayanan publik dalam kerangka kerja otoritas dan sumber daya yang tersedia. Kumorotomo (2005) memberikan pengertian akuntabilitas adalah pertanggungjawaban bawahan atas pemenuhan wewenang yang dilimpahkan


(29)

kepadanya, sehingga akuntabilitas merupakan faktor di luar individu dan perasaan pribadinya. (http://eprints.undip.ac.id/16411/1/amin_rahmanurrasjid.pdf.) Dalam KepMenPAN /M.PAN/2 No.26/KEP /2004, tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instans pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundan-undangan. Pertanggungjawaban (akuntabilitas) pelayanan publik meliputi:

1. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik

1. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain meliputi; tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan. 2. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau

akta/janji pelayanan publik yang telah ditetapkan.

3. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan.

4. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan.


(30)

5. Masyarakat dapat melakukan penelitian terhadap kinerja pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.

6. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Akuntabilitas biaya pelayanan publik

1. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

2. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan/Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang.

3. Akuntabilitas produk pelayanan publik

1. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

2. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah. I.5.3 Pelayanan Publik

I.5.3.1 Definisi Pelayanan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris


(31)

(public), terdapat beberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu umum, masyarakat, dan negara. (http://www.scribd.com/doc/16207254/standar-pelayanan-publik)

Pelayanan publik (public service) adalah suatu layanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah. (Rohman, 2008:3).

Ada beberapa pengertian dasar yang di dalam pelayanan publik adalah sebagai berikut (Ratminto, 2005: 18):

1. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Penyelenggara pelayanan publik adalah Instansi Pemerintah.

3. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja/satuan organisasi Kementerian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara dan Instansi Pemerintah lainnya baik Pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.


(32)

4. Unit penyelenggaran pelayanan publik adalah unit kerja pada Instansi Pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.

5. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum.

7. Biaya pelayanan publik adalah segala biaya (dengan nama atau sebutan apapun) sebagai imbal jasa atas pemberian pelayanan publik yang besaran dan tata cara pembayaran ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Indeks Kepuasan Masyarakat adalah tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang diperoleh dari penyelenggara atau pemberi pelayanan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat.

Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.


(33)

I.5.3.2 Hakikat Pelayanan Publik

Keputusan MENPAN No.63 Tahun 2004 menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Maka dapat dirumuskan yang menjadi unsur yang terkandung dalam pelayanan publik yaitu:

1. Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan atau lembaga atau aparat pemerintah maupun swasta.

2. Objek yang dilayani adalah masyarakat (publik) berdasarkan kebutuhannya. 3. Bentuk pelayanan yang diberikan berupa barang atau jasa.

4. Ada aturan atau sistem dan tata cara yang jelas dalam pelaksanaannya. I.5.3.3 Asas dan Prinsip Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut (Ratminto,2005: 19-20):

1. Transparansi, artinya bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.


(34)

2. Akuntabilitas, artinya Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, artinya Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif, artinya Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak, artinya Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Kesimbangan Hak dan Kewajiban, artinya Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004, dijelaskan bahwa dalam menyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip yaitu:

1. Kesederhanaan

Prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan yang mencakup beberapa hal antara lain: a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan umum


(35)

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayananan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik

c. Rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran 3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi.

Produk pelayan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5. Rasa aman

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasaaman dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab

Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.


(36)

Tempat dan lokasi serta sarana dan prasarana kerja yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telematika. 9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan satun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas.

10.Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah dan lain-lain. Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih memiliki berbagai kelemahan antara lain:

1. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.

2. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.

3. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.


(37)

4. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.

5. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah pelayanan, kemungkinan staf pelayanan (front line staff) untuk dapat menyelesaikan masalah sangat kecil, dan di lain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi ketika pelayanan diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan.

6. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.

7. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.

Dilihat dari sisi sumber daya manusianya, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan profesionalisme, kompetensi, empati dan etika. Berbagai pandangan


(38)

juga setuju bahwa salah satu dari unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat. Sementara itu, dari sisi kelembagaan, kelemahan utama terletak pada disain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan hierarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit, dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak efisien.

1.5.4. Izin Usaha

Izin (dalam arti sempit) adalah pengikatan pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan keadaan yangburuk. Tujuannya ialah mengatur tindakan tindakan yang oleh pembuat undang undang, namun di mana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya. (Spelt N.M, 1993).

Dari sudut kajian kewenangan khususnya tentang izin ada beberapa teori yang dapat mendukung analisis pengambilan kebijakan pemerintah daerah dalam hal ini kajian hukum administrasi negara. Penggolongan Ketetapan Administrasi Negara. Ketetapan administrasi negara atau aparatur negara yang bersifat positif dapat dilihat dari segi penggolongan akibat hukum dan dari segi jenisnya. Yaitu sebagai berikut: 1. Dari segi akibat hukumnya dibagi atas lima macam:


(39)

b. Ketetapan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi obyek tertentu misalnya penunjukan terhadap sesuatu, pendaftaran bagi sesuatu hal.

c. Ketetapan yang melahirkan suatu badan hokum atau membatalkan misalnya: ketetapan pemerintah mengenai pengakuan atau hilangnya pengakuan terhadap sesuatu badan hukum, seperti koperasi, perseroan terbatas dan yayasan

d. Ketetapan yang membebankan kewajiban baru pada seseorang atau lebih, atau yang bersifat isi perintah.

e. Ketetapan yang memberikan hak-hak baru kepada seseorang atau lebih (ketetapan yang menguntungkan).

2. Dari segi jenisnya, ketetapan dibagi atas dua golongan: a. Menguntungkan dengan yang tidak menguntungkan b. Izin, lisensi, dispensasi dan konsesi.

Pengertian dari Izin, Konsesi, Dispensasi dan Lisensi adalah sebagai berikut: Izin (vergunning) adalah suatu perbuatan yang pada hakekatnya harus dilarang, sehingga memerlukan pengawasan aparatur pemerintah. Izin adalah keputusan aparatur pemerintah yang memperkenankan sesuatu perbuatan.

1. Konsensi hanya berbeda secara relatif dengan izin, tidak terdapat perbedaannya secara yuridis, misalnya izin mengenai hal-hal yang penting bagi umum, seperti izin penggarapan hutan disebut juga konsensi hak pengelolaan hutan (HPH).

2. Dispensasi adalah suatu perbuatan pemerintah yang meniadakan berlakunya suatu peraturan perundang-undangan untuk soal yang istimewa. Misalnya


(40)

Dinas Lalu Lintas dan Jalan Raya memberikan dispensasi kepada truk angkutan untuk melebihi daya angkutkarena keperluan yang mendesak dalam pembangunan

3. Lisensi adalah ketetapan yang digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang menjalankan suatu perusahaan, misalnya izin tempat usaha. (Saiful Anwar, 2004:95)

Menurut peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 5 tahun 2013, izin usaha adalah segala bentuk izin dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerinta daerah kabupaten/kota yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk memulai pelaksanaan kegiatan produksi/operasi yang menghasilkan barang atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya. (Singarimbun, 1995:33). Oleh karena itu, untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain:

1. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di


(41)

Lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Akuntabilitas berarti para pengambil keputusan dalam sektor publik, swasta, dan masyarakat madani memliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders). Yang menjadi fokus disini adalah akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik. Jenis akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan biaya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

3. Izin usaha warung internet adalah segala bentuk izin dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota yang wajib dimiliki oleh invidivu atau kelompok untuk memulai pelaksanaan kegiatan warung internetnya yang menghasilkan jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral.


(42)

BAB II

METODE PENELITIAN II.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi dan Informasi kota Medan yang beralamat di jalan Jl. Sidorukun No 35 Medan.

II. 3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005:171). Subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses


(43)

penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara sengaja dan informan yang digunakan adalah mereka yang benar-benar paham dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam mengenai permasalahan yang diteliti (Suyanto, 2005: 171-172). Maka informan yang

peneliti tentukan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Informan kunci adalah Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan. 2. Informan utama adalah Kepala Bidang Pos dan Telekomunikasi.

3. Informan Tambahan adalah orang yang secara kebetulan sedang mengurus surat izin usaha warung internet, yang dimaksudkan untuk memperkaya data yang akan diolah.

II.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yang digunakan adalah:

1.

Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.


(44)

2. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian.

Pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian 2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian

II. 5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, ang bertindak sebagai perencana, pelaksana, dalam pengumpulan data, melakukan analisis, menafsirkan data, menulis laporan penelitian. Namun elanjutnya setelah fokus utama jelas, maka perlu dikembangkan suatu pedoman penelitian dalam bentuk pedoman wawancara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

II. 6 Teknik Analisa Data

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2008:244) berpendapat bahwa: ”melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang


(45)

dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Karena data dikumpulkan dengan cara yang bermacam-macam

(triangulasi) sampai datanya jenuh, data yang dikumpulkan bisa saja memiliki variasi yang tinggi. Setelah data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis, dimulai dari mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpetasikan data yang didapat dari lapangan melalui informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang telah diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian sehingga kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.


(46)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1. Gambaran Umum

Dinas Komunikasi dan Informatika merupakan unsur pelaksanan pemerintah daerah, yang dipimpin oleh kepala Dinas dan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang komunikasi dan informastika berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan. Tupoksi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan :

a. Tugas Pokok :

Dinas Kominfo Kota Medan mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dalam bidang komunikasi dan informatika serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya

b. Fungsi :

1. Melaksanakan tugas bidang kegiatan administrasi, perlengkapan rumah tangga, keuangan, perencanaan dan laporan.

2. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang komunikasi dan informatika.

3. Melaksanakan kegiatan pelayanan pemberian izin dan atau rekomendasi dalam bidang komunikasi dan informatika.Melaksanakan pemantauan,


(47)

registrasi, fasilitasi, apresiasi terhadap lembaga pemerintah dan masyarakat dibidang pelayanan komunikasi dan informatika.

4. Melaksanakan kegiatan pelayanan pemberian izin dan atau rekomendasi dalam bidang komunikasi dan informatika.

5. Melaksanakan pelayanan komunikasi dan informatika kepada masyarakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan..

6. Menyelenggarakan kerjasama, perjanjian dan persetujuan atas nama daerah dibidang Komunikasi dan informatika

7. Menyelenggarakan peningkatan sumber daya manusia dibidang Komunikasi dan informatika.

8. Memberikan bimbingan, pelayanan dan pengawasan dibidang Komunikasi dan informatika.

9. Mengendalikan dan memberdayakan kegiatan komunikasi dan informatika.

10. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang Komunikasi dan informatika.


(48)

III.2. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KOTA MEDAN

III.2.1. Visi Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

Visi adalah cara pandang jauh ke depan, dimana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan. Penetapan Visi mencerminkan apa yang ingin dicapai, memberikan arah dan fokus strategis yang jelas, berorientasi terhadap masa depan dan selanjutnya diharapkan mampu menumbuhkan komitmen dilingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan.

Visi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan dirumuskan untuk mendukung Visi dan Misi Kota Medan Secara dimensional pernyataan visi berfokus kemasa depan berdasarkan pemikiran masa kini dan pengalaman masa lalu.

Peranan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan di era globalisasi ini tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan di bidang lainnya. Globalisasi khususnya dibidang informasi dan komunikasi akan sangat membutuhkan sarana untuk pemenuhan kebutuhan akan informasi bagi masyarakat luas.

Melihat kondisi yang demikian, masyarakat akan mencari alternatif yangdapat mem enuhi kebutuhan akan informasi, salah satu alternatif tersebut adalah dengan mencari sarana atau tempat dimana mereka akan mendapatkan informasi yang


(49)

mereka butuhkan salah satunya dengan tersedianya berbagai macam sumber informasi baik berupa media cetak maupun elektronik termasuk kemudahan layanan akses internet.

Dengan pesatnya perkembangan globalisasi informasi, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan berupaya selalu meningkatkan kualitas maupun kuantitas dalam berbagai hal, disamping terus berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, kualitas peralatan penunjang komunikasi. Dengan perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan, merasa terpacu untuk dapat mewujudkan bagian dari pusat informasi dan komunikasi, dimana masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk data dan informasi yang mereka butuhkan dengan cepat, tepat, akurat dan terpercaya

Berdasarkan gagasan tersebut dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Pemerintah Kota Medan Tahun Tahun 2011 - 2015, VISI Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan untuk Tahun 2011 – 2015 dirumuskan Sebagai berikut : “e-Gov 2015”

Visi Dinas Komunikasi dan Informatika ini merupakan perwujudan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan Tahun 2011-2015 yang menjabarkan tentang pembangunan dan pengimplementasian Elektronik Government di Iingkungan Pemerintah Kota Medan, yaitu : "Penyelenggaraan Pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan pelayanan publik secara efektif dan efisien, melalui penataan


(50)

sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintahan Kota Medan dengan mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi"

III.2.2. Misi Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan

Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pihak-pihak lain yang berkepentingan agar harapan yang dicita-citakan pada masa mendatang akan tercapai. Proses perumusan misi harus memperhatikan masukan dari pihak yang berkepentingan (Stake holders) dengan memperhatikan peluang dan hambatan yang dihadapi.

Dalam mencapai visi organisasi, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan merumuskan misi organisasi sebagai tugas utama yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi dalam kurun waktu tertentu. Untuk mewujudkan hal tersebut Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan mempunyai misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan pelayanan informasi komunikasi dan data elektronik yang aktual dan akurat.

b. Mengembangkan infrastruktur informasi komunikasi dan data elektronik yang berteknologi.

c. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas aparatur dalam penguasaan dan pemanfaatan bidang teknologi informasi dan komunikasi.


(51)

d. Mendorong partisipasi masyarakat melalui sarana komunikasi sosial, media informasi komunikasi, dan media massa.

III.2.3. Tujuan dan Sasaran Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan Tujuan merupakan penjabaran / implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun sedangkan sasaran merupakan apa yang diharapkan dapat terwujud dalam jangka pendek biasanya dalam tahunan.

Dengan memperhatikan Visi dan Misi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan Tahun 2011-2015, maka tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang adalah sebagai berikut :

Misi Pertama : Meningkatkan pelayanan informasi komunikasi dan data elektronik yang aktual dan akurat .

Tujuan : Meningkatkan kualitas data internal dan data eksternal secara optimal untuk dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah dan masyarakat.

Sasaran : 1. Terciptanya data instansi dan data Kota Medan yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar informasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, serta untuk bahan kajian semua pihak.


(52)

2. Terciptanya data umum, data potensi daerah, prosedur pelayananan masyarakat yang up to date dll, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Misi Kedua : Mengembangkan infrastruktur informasi komunikasidan data elektronik yang berteknologi.

Tujuan : Meningkatkan dukungan kepada kinerja instansi Pemerintah Kota Medan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat melalui pengelolaan sistem informasi dan komunikasi.

Sasaran : Meningkatknya efisiensi, efektifitas kinerja, transparansi pengelolaan instansi pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat dengan e-Government.

Misi Ketiga : Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas aparatur dalam penguasaan dan pemanfaatan bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan : Meningkatkan sumber daya aparatur dalam penguasaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Sasaran: : 1. Meningkatnya kualitas dan jumlah aparatur yang menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi melalui pendidikan dan pelatihan bidang teknologi informasi


(53)

2. Meningkatnya komunikasi interaktif antara pemerintah dan masyarakat serta sebaliknya.

3. Meningkatnya kerjasama antara Pemko Medan dengan lembaga Informasi dan teknologi informasi dalam rangka pembangunan Kota Medan

Misi Keempat : Mendorong partisipasi masyarakat melalui sarana komunikasi sosial, media informasi komunikasi, dan media massa

Tujuan : Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam proses pembangunan Sasaran : Meningkatnya partisipasi masyarakat dengan adanya penyebaran

informasi komunikasi dalam pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan kegiatan sosial, pemerintah dan kemasyarakatan. III.2.4. STRATEGI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KOTA MEDAN

Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan, dirancang secara konseptual, analitis, realistis, rasional dan komprehensip. Strategi diwujudkan dalam kebijakan dan program Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan. Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut di atas, maka strategi yang akan ditempuh adalah :

1. Pendayagunaan aparatur, sarana dan prasarana secara optimal untuk penyelenggaraan pemerintahan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.


(54)

2. Meningkatkan efektifitas pengelolaan dan pelayanan komunikasi dan informatika kepada masyarakat.

3. Membangun sarana komunikasi informasi dan diseminasi informasi yang efektif dan efesien.

4. Meningkatkan kualitas acuan Perencanaan, Pengendalian serta Standar Pembangunan Teknologi Komunikasi dan informatika Kota Medan

6. Meningkatkan infratruktur pendukung layanan Komunikasi dan informatika khususnya e-Government bagi masyarakat

7. Meningkatkan ketersediaan perangkat lunak legal dan berlisensi publik dalam mendukung layanan Komunikasi dan informatika khususnya e-Government

8. Meningkatkan kapasitas SDM pendukung layanan Komunikasi dan informatika khususnya e-Government

9. Meningkatkan ketersediaan konten data dan informasi pendukung layanan Komunikasi dan informatika khususnya e-Government

10. Meningkatkan ketersediaan konten data dan informasi pendukung layanan Komunikasi dan informatika khususnya e-Government di lingkungan SKPD Kota Medan


(55)

11. Membangun dan mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pengelolaan data/informasi

III.2.5. KEBIJAKAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KOTA MEDAN

Kebijakan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Medan merupakan pedoman yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan Dinas Kominfo Kota Medan. Dengan kata lain, kebijakan Dinas Kominfo Kota Medan merupakan himpunan keputusan mengenai cara pelaksanaan strategi, mekanisme tindakan lanjutan untuk pencapaian tujuan dan sasaran, serta kondisi yang dapat mendukung implementasi keputusan yang ditetapkan. Berdasarkan hal ini, maka Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan merumuskan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :

1. Kebijakan di bidang sumber daya aparatur

Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas aparatur dalam bidang komunikasi dan informatika terutama penguasaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi untuk pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan.

2. Kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur


(56)

lingkungan Pemerintah Kota Medan dengan berbasis teknologi besertsa penyediaan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika

3. Kebijakan di bidang pelayanan publik dan partisipasi msyarakat :

Meningkatkan kualitas dan kuantitas data dan informasi untuk kebutuhan masyarakat dan pemerintah. Dan Mendorong peningkatan partisipasi masyarakat melalui peningkatan kualitas dan kuantitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah dan Komunikasi Sosial pada masyarakat.

III.3. STRUKTUR ORGANISASI


(57)

III.4. URAIAN TUGAS PEJABAT STRUKTURAL DAN STAF DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA MEDAN

A. KEPALA DINAS

a. Merumuskan Rencana Kerja (Renja)Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Kebijakan Kepala Daerah serta masukan dari komponen masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih; b. Merumuskan kebijakan teknis Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Medan meliputi kesekretariatan serta bidang berdasarkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas; c. Mengoordinasikan program dan kegiatan SKPD baik dengan internal

maupun dengan instansi atau pihak terkait melalui rapat dan kerjasama agar terciptanya sinkronisasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan;

d. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya secara lisan dan tertulis baik yang berbentuk surat, SPT, perjanjian dan lain sebagainya untuk kelancaran tugas-tugas dinas.

e. Memberikan izin – izin rekomendasi warung internet berdasarkan peraturan daerah yang berlaku agar terlaksananya kegiatan.

f. Membina bawahan melalui pendekatan kemanusiaan,menasehati dan pelatihan teknis untuk meningkatkan produktivitas kerja, pengembangan karier serta menjadi teladan dan motivator bagi bawahannya dan masyarakat;


(58)

g. Mengendalikan pelaksanaan tugas lingkup komunikasi dan informatika sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku agar terwujudnya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan urusan bidang komunikasi dan informatika.

h. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dinas berdasarkan rencana dan realisasinya untuk mengetahui tingkat pencapaian program dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya pemecahan masalahnya;

i. Menyelenggarakan kerja sama pengembangan komunikasi dan teknologi informasi dengan pihak lain melalui rapat koordinasi untuk pengembangan sistem informasi.

B. BIDANG SEKRETARIAT 1. Sekretaris

a. Merencanakan program lingkup kesekretariatan berdasarkan renstra dan hasil evaluasi tahun sebelumnya sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan dan usulan kebutuhan anggaran;

b. Mendistribusikan tugas kepada kepala sub bagian sesuai tugas pokok dan fungsi agar terwujudnya pencapaian tujuan organisasi bidang data;

c. Mengoordinasikan program dan kegiatan kesekretariatan melalui rapat, konsultasi dan kerjasama agar terciptanya sinkronisasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan;

d. Memberi petunjuk kepada bawahan secara lisan maupun tertulis agar terlaksananya sinkronisasi tugas kesekretariatan;


(59)

e. Mengendalikan pelaksanaan tugas administratif dan teknis operasional kesekretariatan dengan membimbing, mengarahkan dan mengawasi untuk optimalisasi tugas;

f. Menyelenggarakan monitoring dan evaluasi lingkup kesekretariatan berdasarkan rencana dan realisasinya untuk mengetahui tingkat pencapaian program dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya pemecahan masalahnya;

g. Menyelenggarakan pelayanan administrasi bidang kesekretariatan berdasarkan tugas pokok dan fungsi untuk terlaksananya pelayanan administrasi kesekretariatan.

2. Kepala Sub Bagian Umum

a. Merencanakan kegiatan lingkup sub bagian umum Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan berdasarkan renstra dan hasil evaluasi tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan usulan kebutuhan anggaran;

b. Membagi tugas, memberi petunjuk, dan membimbing bawahan secara lisan maupun tertulis untuk optimalisasi kinerja;

c. Menyiapkan bahan monitoring dan evaluasi lingkup sub bagian umum berdasarkan rencana dan realisasinya untuk mengetahui tingkat pencapaian program dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya pemecahan masalahnya;


(60)

berdasarkan hasil rapat evaluasi dan kehadiran pegawai agar meningkatkan disiplin dan kinerja pegawai;

e. Menyiapkan kelengkapan administrasi kenaikan pangkat dan pengajuan pensiun pegawai berdasarkan peraturan dan pedoman yang berlaku agar terlaksananya pelayanan administrasi kepegawaian;

f. Mengonsep naskah dinas lingkup sub bagian umum berdasarkan tugas, fungsi dan petunjuk atasan agar tersedia net konsep yang dibutuhkan.

3. Staf Kepala Sub Bagian Umum: 1) Caraka

a. Menerima surat yang telah dibukukan dalam buku ekspedisi untuk dikirim agar dapat diproses lebih lanjut;

b. Menyortir surat sesuai jenis dan ketentuan yang akan dikirim sesuai dengan wilayah tugasnya untuk mempermudah pengiriman pada pihak terkait;

c. Menghitung dan menyesuaikan alamat surat kerja yang tercantum dalam buku ekspedisi untuk dikirim ke alamat yang dituju;

d. Membuat rencana perjalanan pengiriman surat sesuai surat perintah untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

e. Menyampaikan/mengantar surat ke alamat yang dituju sesuai prosedur dan meminta tanda bukti penerimaan sebagai bahan laporan ke pimpinan; f. Menyerahkan kembali buku ekspedisi dan tanda penerimaan surat pada


(61)

2) Pemroses Administrasi Kepegawaian

a. Menerima, mencatat, dan menyortir surat masuk sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar memudahkan pencarian

b. Memberi lembar pengantar pada surat sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar memudahkan pengendalian;

c. Memberi nomor surat keluar sesuai dengan aturan yang berlaku sebagai bahan kerja;

d. Memeriksa data kepegawaian sesuai dengan prosedur yang berlakudalam rangka proses objek kerja;

e. Memroses data kepegawaian sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai wujud pelayanan prima;

f. Mengelompokkan surat atau dokumen kepegawaian menurut jenis dan sifatnya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar memudahkan pendistribusian;

g. Mendokumentasikan surat-surat kepegawaian sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar tertib administrasi;

h. Mengetik naskah dinas sesuai dengan konsep untuk bahan kerja atasan. 3) Pengadministrasi Umum

a. Menerima, mencatat, dan menyortir surat masuk sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar memudahkan pencarian


(62)

b. Memberi lembar pengantar pada surat sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar memudahkan pengendalian;

c. Memberi nomor surat keluar sesuai dengan aturan yang berlaku sebagai bahan kerja;

d. Mengelompokkan surat atau dokumen menurut jenis dan sifatnya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar memudahkan pendistribusian;

e. Mendokumentasikan surat sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar tertib administrasi;

f. Mengetik naskah dinas sesuai dengan konsep untuk bahan kerja atasan. 4) Pengurus Barang

a. Mencatat dan membukukan data dan barang yang masuk serta keluar berdasarkan jenis dan jumlah barang untuk kelancaran tugas;

b. Mencatat, membukukan data barang inventaris di setiap bidang kerja sesuai dengan jenis, jumlah dan kualitasnya untuk pembuatan daftar inventaris dalam ruangan;

c. Mencatat barang inventaris kantor termasuk sarana dan prasarana dinas dan menyimpan bukti atau sertifikatnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk tertib administrasi barang dinas;

d. Melakukan penyiapan bahan administrasi penghapusan barang dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mempermudah proses inventarisasi barang yang ada di dinas;


(1)

sudah berjalan dengan baik, hanya saja disiplin saat bekerja dalam segi siap melayani dirasa kirang berjalan maksimal.

V.5. Hambatan

Di dalam setiap lembaga pelayanan publik selalu terdapat hambatan-hambatan yang dapat mengganggu proses pelayanan publik itu sendiri. Dalam proses pembuatan surat izin usaha warung internet, menurut informan hambatan yang sering kali terjadi adalah ketidakmampuan pemohon untuk melengkapi syarat yang berlaku dan juga ketidaksiplinan pegawai yang bertugas melayani. Dalam hal ini ketidaksiapan petugas berada di tempat pada saat adanya masyarakat yang ingin membuat surat izin usaha warung internet.


(2)

BAB VI

PENUTUP

VI.I. Kesimpulan

1. Pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan bermaksud untuk membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi setiap kegiatan warung internet. Peraturan ini juga bertujuan untuk memberikan kepastian hokum kepada masyarakat dalam kegiatan usaha warung internet dan juga meningkatkan pelayanan terhadap usaha warung internet yang tertib, aman, nyaman dan sehat. Dari hali penelitian yang menggunakan indikator-indikator akuntabilitas proses, dapat dikatakan masih ada indikator yang belum berjalan secara maksimal, terutama masalah biaya dan kedisiplinan pegawai dalam melayani.

2. Akuntabilitas pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan dapat dilihat dari indikator-indikator berikut :

a. Prosedur

Dalam prosedur ini meliputi persyaratan dan juga proses pembuatan surat izin usaha warung internet. Persyaratan dan proses pembuatan surat izin usaha warung internet sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, ditambah


(3)

lagi dengan diberikannya surat himbauan yang didalamnya sudah lengkap berisi tentang persyaratan dan juga prosesnya.

b. Waktu

Komitmen dari Dinas Komunikasi dan Informasi tentang jangka waktu pembuatan surat izin usaha betul-betul dilaksanakan, itu terlihat dari penyelesaian yang dilakukan paling lama dalam waktu satu minggu. Jika surat izin tidak siap dalam waktu satu minggu berarti syarat belum dilengkapi.

c. Biaya

Ketidakpastian peraturan yang membahas tentang biaya pembuatan surat izin usaha warung internet membuat adanya petugas yang menyalahgunakan wewenang untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Biaya administrasi sukarela dijadikan alat untuk mengambil keuntungan pribadi.

d. Disiplin pegawai, tingkat ketelitian pegawai, kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan, dan profesionalitas pegawai

Dalam hal ini yang masih belum berjalan dengan maksimal hanya pada disiplin pegawai, kurang siap sedianya petugas di tempat pada saat pemohon mau mengurus surat izin merupakan dampak dari kurangnya ketersediaan SDM yang membuat surat izin usaha warung internet. Dalam hal


(4)

ketelitian pegawai, kelengkapan sarana dan prasarana dan profesionalitas pegawai semua sudah berjalan dengan baik.

e. Hambatan

Hambatan yang sering terjadi dalam pembuatan surat izin usaha warung internet adalah kedispilinan pegawai untuk hadir di tempat pada saat ada masyarakt yang ingin mengurus surat izin usaha warung internet.

VI.2. Saran

Ada pun saran dari peneliti dalam pembuatan surat izin usaha warug internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan surat izin usaha warung internet di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Medan harusnya memiliki kepastian tentang biaya yang harus ditetapkan dengan jelas agar tidak ada lagi terjadi pengutan liar mengatasnamakan biaya administrasi.

2. Kepada Dinas komunikasi dan Informasi Kota Medan sudah bisa menambah SDM untuk membuat surat izin usaha warung internet dan juga memberikan sanksi untuk petugas yang tidak berada di tempat pada saat jam kerja, hal ini dimaksudkan untuk lebih memperbaiki kinerja dari dinas itu sendiri.

3. Kepada masyarakat kiranya harus terlebih dahulu melengkapi semua syarat dan Kriteria terlebih dahulu, setelah itu baru memberikan semuanya ke dinas terkait agar pembuatan surat izin menjadi lancer dan tepat waktu.


(5)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Istianto, Bambang. 2009. Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan Publik. Jakarta:Mitra Wacana Media.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan. Kumorotomo,Wahyudi.2005.Akuntabilitas Birokrasi Publik :Sketsa pada masa

transisi .Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta : Penerbit Andi.

N.M. Spelt, J.B.J.M. ten Berge. 1993. Pengantar Hukum Perizinan. Yuridika. Surabaya

Raba,Manggaukang, 2006. Akuntabilitas Konsep dan Implementasi. Malang : UMM Press.

Ratminto, 2005. Manajemen Pelayanan : Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rohman, Ahmad Ainur. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Malang: Averroes Press Saiful Anwar. 2004, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Gelora Madani Press,

Medan 2004


(6)

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternative Pendekatan. Jakarta: Prenada

Wahab, Solichin, Putra, Fadillah, dan Arif, Saiful. 2002. Masa Depan Otonomi Daerah: Kajian Sosial, Ekonomi dan Politik untuk Menciptakan Sinergi dalam Pembangunan Daerah . Surabaya: Penerbit SIC.

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Peraturan perundang-undang\

Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik.

Keputusan MENPAN No.63 Tahun 2004 petunujk teknis tranparansi dan akuntabilitas dalam penyelengaraan pelayanan publik.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 5 tahun 2013 Perwal Medan no 28 Tahun 2011 tentang perizinan usaha warung internet. Sumber Website

http://www.scribd.com/doc/16207254/standar-pelayanan-publik