BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu adalah proses untuk menurunkan kadar air kayu ke kadar air yang diinginkan dengan cara penumpukan, dengan atau tanpa
pengaturan faktor-faktor pengeringan Tsoumis 1991. Pengeringan tanpa pengaturan faktor-faktor pengeringan dikenal dengan nama pengeringan udara
air-drying, sedangkan yang menggunakan pengaturan faktor-faktor tersebut dinamakan pengeringan kilang kiln-drying.
Kayu sebelum digunakan atau diolah lebih lanjut menjadi suatu produk pada umumnya dikeringkan terlebih dahulu. Keluarnya air dari dalam kayu secara
tidak beraturan akan menyebabkan terjadinya kerusakan perubahan bentuk, retak, belah dan lain sebagainya, sementara bila kayu tetap dipertahankan dalam
kondisi basah maka kayu rentan terhadap serangan jamur. Manfaat pengeringan kayu diantaranya adalah Tsoumis 1991; Budiyanto 1996:
a Menjamin kestabilan dimensi kayu karena penyusutan pada kayu kering lebih
rendah, dan perubahan bentuk maupun retaknya dapat dihindari. b
Menambah kekuatan kayu secara umum dan keteguhan pegang paku. c
Membuat kayu menjadi lebih ringan sehingga mengurangi biaya angkutan d
Membuat kayu menjadi lebih tahan terhadap serangan jamur pewarna dan jamur perusak.
e Memudahkan proses pengerjaan selanjutnya seperti pengetaman, perekatan,
finishing, pengecatan, dan pengawetan. f
Khusus pengeringan dengan kilang, panas yang ada mampu membunuh jamur, serangga, bakteri dan mikroorganisme lainnya yang ada di dalam kayu
5
2.2 Mekanisme Keringnya Kayu
Air dalam kayu akan bergerak dari daerah yang berkelembaban tinggi sebelah dalam ke daerah yang berkelembaban lebih rendah permukaan.
Dengan demikian, maka kayu akan mengering dari bagian luar ke dalam. Atau dengan kata lain permukaan kayu akan lebih cepat kering daripada bagian
dalamnya Tsoumis 1991. Proses keluarnya air selama pengeringan disebut proses evaporasi.
Evaporasi akan terjadi bila kadar air kayu lebih besar dari kadar air keseimbangan. Selama proses pengeringan berlangsung, yang terlebih dahulu
keluar adalah air bebas yang terdapat dalam rongga sel. Setelah itu menyusul air terikat yang terdapat di dinding sel. Keadaan dimana air bebas telah keluar
seluruhnya tetapi air terikat masih jenuh dinamakan titik jenuh serat TJS. Perubahan kadar air kayu pada kondisi di atas TJS tidak mempengaruhi
bentuk dan ukuran kayu, namun perubahan kadar air kayu pada selang di bawah TJS akan mempengaruhi bentuk dan ukuran kayu. Oleh sebab itu perubahan-
perubahan kadar air di bawah titik ini sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanik kayu. Pada setiap usaha pengeringan kayu hal ini harus mendapat
perhatian yang khusus Tsoumis 1991.
2.3 Laju Pengeringan