14 2.5.6 Parenkim dan jari-jari
Parenkim adalah sel yang berdinding tipis berbentuk batu bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan kaca pembesar, pada bidang lintang
jaringan parenkim terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas
hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal berhubungan dengan pori dan apotrakeral tidak berhubungan dengan pori Lawrence 1991. Parenkim
paratrakeal sangat berpengaruh pada keluar masuknya zat. Semakin banyak parenkim yang terkandung pada kayu, maka pengeringan akan semakin cepat dan
mudah. Jari-jari rays adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan
mempergunakan lup jari-jari pada bidang lintang terlihat seperti garis-garis yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya.
2.6 Sifat Fisis Kayu Terkait Pengeringan
Beberapa sifat yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah berat jenis dan kerapatan, kadar air, higroskopisitas dan penyusutan, dan berat kayu.
2.6.1 Berat jenis BJ dan kerapatan BJ adalah perbandingan antara kerapatan kayu atas dasar berat kering
tanur dan volume pada kandungan air yang telah ditentukan dengan kerapatan air pada suhu 4°C. Pada suhu 4°C air memiliki kerapatan sama dengan 1 gramcm³
atau 1000 kgcm³ Bowyer et al. 2003. Hubungan langsung antara proporsi volume rongga dalam kayu porositas
dan kerapatan zat kayu kering hampir sama untuk semua spesies. Jadi, apabila
15 potongan-potongan zat dinding sel bebas rongga diambil dari spesies dengan
kerapatan rendah, diuji berat jenisnya, dan dibandingkan dengan hasil-hasil pengujian serupa dari suatu kayu yang rapat, kedua nilai BJ-nya hampir sama.
Untuk tujuan umum dapat dianggap bahwa kerapatan dinding sel kayu kering kurang lebih 1,5 gcm³, artinya BJ-nya 1,5.
Kayu memiliki BJ yang berbeda-beda, berkisar 0,20 sampai 1,28. BJ kayu merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu,
umumnya kayu akan makin kuat. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya. BJ kayu diperoleh dari perbandingan antara berat
suatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar. 2.6.2 Kadar air
Haygreen, Bowyer dan Smulsky 2003 menyebutkan bahwa kadar air KA adalah berat air yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kayu bebas air
atau berat kering tanur BKT. KA berkorelasi negatif dengan BJ dimana kadar air menurun dengan meningkatnya nilai BJ, dan sebaliknya.
2.6.3 Higroskopisitas dan penyusutan Kayu memiliki sifat higroskopik yaitu dapat menyerap atau melepaskan
air dari dan ke udara sekitarnya. Masuk dan keluarnya air ke dan dari kayu menyebabkan kayu menjadi basah atau kering, akibatnya kayu itu akan
mengembang atau menyusut. Penyusutan dinding sel yang juga berarti penyusutan semua bagian kayu
terjadi karena lepasnya molekul-molekul air terikat diantara hemiselulosa dan rantai panjang molekul-molekul selulosa Bowyer et al. 2003. Besarnya
16 penyusutan yang terjadi sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel.
Umumnya pada kayu, penyusutan tangensial hampir dua kali penyusutan radial. Penyusutan longitudinal pada kayu normal dapat diabaikan untuk kepentingan
praktis karena nilainya sangat kecil. Karakteristik ini pula yang membuat kayu dan produk-produknya menjadi sangat berguna sebagai bahan bangunan, tanpa
sifat ini perubahan kadar air akan mengakibatkan bencana. Umumnya penyusutan longitudinal yang terjadi dari kondisi segar ke kondisi kering tanur hanya bernilai
0,1 sampai 0,2 untuk sebagian besar spesies dan hanya sedikit yang melebihi 4 persen Bowyer et al. 2003.
2.6.4 Berat dan kekerasan Berat kayu tergantung dari jumlah zat penyusun kayu, rongga sel, KA, dan
zat-zat ekstraktif yang terkandung di dalamnya. Berat kayu juga ditunjukkan oleh nilai BJ kayunya. Berdasarkan BJ-nya, berat kayu digolongkan ke dalam sangat
berat, berat, agak berat, dan ringan. Kayu sawo manila, giam, dan balau termasuk sangat berat; kulim dan bintangur tergolong berat; mangium dan pinus agak berat,
sedangkan balsa termasuk ringan. Kekerasan dan berat kayu pada umumnya memiliki korelasi yang positif.
Kayu-kayu yang keras pada umumnya tergolong kayu yang berat, sebaliknya kayu-kayu yang ringan tergolong lunak. Berdasarkan kekerasannya, maka kayu
balau dan giam tegolong sangat keras; sawo, kulim dan pilang tergolong keras; mangium, mahoni dan meranti tergolong sedang agak keras; sedangkan balsa
tergolong lunak hingga sangat lunak.
17
2.7 Deskripsi Jenis Kayu