BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai Januari hingga April 2010 di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu
Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Bahan utama yang digunakan adalah potongan kayu mangium, balsa, dan
sawo berukuran 25 cm x 5 cm x 2,5 cm berupa papan tangensial bebas cacat. Masing-masing contoh uji dibedakan menurut bagian teras, peralihan, dan gubal
dengan tiga 3 ulangan setiap jenisnya. Potongan kayu berasal dari sebuah penggergajian di daerah sekitar Kampus Darmaga IPB. Diameter batang berkisar
antara 25-35 cm, namun usia pohon dan perlakuan silvikulturnya tidak diketahui dengan pasti.
3.2.2 Alat Peralatan yang digunakan meliputi gergaji dan mesin serut untuk
penyempurnaan ukuran dan permukaan contoh uji, kaliper, timbangan elektronik, alat tulis, cat minyak, kuas, oven, dan desikator.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pelaksanaan pengeringan kayu Tahapan pelaksanaan pengeringan kayu yang dilakukan adalah sebagai
berikut: 1.
Sampel diukur dimensinya p, l, dan t serta ditimbang berat awalnya B
22 2.
Permukaan sampel diamati sekali lagi untuk memastikan ada-tidaknya cacat sebelum dikeringkan
3. Kedua ujung sampel kayu dilaburi cat untuk mencegah keluarnya air dari
bagian ujung. 4.
Sampel ditumpuk perjenis lalu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 50ºC selama 1 hari
5. Setelah 10 menit dibiarkan dalam desikator, sampel ditimbang beratnya
B
50ºC
dan diamati cacat yang terjadi, baru kemudian ditumpuk kembali dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 7
0˚C selama 2 hari 6.
Kegiatan yang sama sebagaimana butir 5 juga dilakukan setelah kayu dikeringkan dalam oven pada suhu 8
0˚C selama 4 hari, 90˚C selama 2 hari, dan terakhir pada suhu 103±2
˚C sampai konstan 1-4 hari 3.3.2 Perhitungan nilai kadar air KA dan berat jenis BJ kayu
Kadar air kayu kondisi segar dan setelah dikeringkan pada masing- masing tahapan pengeringan dilakukan dengan rumus:
KA = Berat awal – BKT BKT x 100
dimana berat awal mewakili seluruh kondisi kayu mulai basah hingga kering tanur, sedangkan BJ kayu dihitung dengan rumus:
BJ = BKT Volume Basah Kerapatan Air
dimana volume basah sampel diperoleh dari hasil kali ketiga dimensi contoh uji. 3.3.3 Pengamatan cacat pengeringan
Pengamatan cacat dilakukan secara langsung pada seluruh permukaan contoh uji. Keberadaan cacat dinilai secara kualitatif dengan memberikan tanda
+ untuk setiap cacat yang ditemui. Semakin banyak cacat yang ada, semakin banyak pula tanda + yang diberikan.
23 3.3.4 Laju penurunan KA
Penentuan laju penurunan KA dari kondisi segar ke kondisi kering udara maupun dari kondisi segar ke kondisi kering tanur ditentukan dengan rumus:
Laju penurunan KA = KA
Segar
– KA
KU
Waktu mencapai KA
KU
Laju penurunan KA = KA
Segar
– KA
KT
Waktu mencapai KA
KT
Rata-rata nilai KA
KU
ditetapkan sebesar 15, sedangkan nilai KA
KT
ditetapkan setelah sampel mencapai berat konstan.
3.4 Analisa Data