17
2.7 Deskripsi Jenis Kayu
2.7.1 Balsa Balsa  Ochroma  lagopus  Sw.  adalah  pohon  cepat  tumbuh.  Tumbuhan
yang  masuk  dalam  famili  Bombacaceae  ini  dapat  tumbuh  hingga  mencapai ketinggian 30 m. Nama lainnya adalah O. pyramidale Urb., O. boliviana Rowlee,
O.  bicolor  Rowlee,  O.  concolor  Rowlee,  O.  grandiflora  Rowlee,  O.  limonensis Rowlee,  O.  obtusa  Rowlee,  O.  peruviana  Johnston,  dan  O.  velutina  Rowlee.
Nama  perdagangan  dan  nama  lokalnya  adalah  balsa,  tami,  topa,  lano,  tacarigua, enea, pung, gatillo, polak, guano, gonote, maho, corkwood, cajeto, atau tanbor.
Penyebarannya  dari  Selatan  Brazil  dan  Utara  Bolivia  sampai  ke  Selatan Mexico.  Sekarang  Ekuador  telah  menjadi  sumber  utama  kayu  balsa  komersial.
Dalam  beberapa  tahun  terakhir  beberapa  perkebunan  balsa  telah  tumbuh  dan semakin berkembang. Meskipun merupakan kayu yang paling lunak, balsa masuk
kedalam kelompok kayu daun lebar. Selain  sangat  ringan,  kayu  balsa  bertekstur  kasar  dengan  serat  yang
terbuka. Kerapatan kering kayu berkisar 40-340 kgm³, dengan nilai rata-rata 160 kgm³. Kayu balsa digunakan sebagai bahan pembuatan berbagai model miniatur,
komponen  pesawat  terbang,  kotak  pengemas  barang-barang  mewah  dan  lain sebagainya http:www.tentangkayu.com.
2.7.2 Mangium Mangium Acacia mangium termasuk ke dalam Sub-famili Mimosoideae
famili  Fabaceae.  Nama  perdagangan  dan  nama  lokalnya  adalah  akasia  atau mangium.  Sifat  makroskopisnya  bisa  terlihat  pada  kayu  dari  provenan  tertentu.
Kayu  teras  pada  dasarnya  berwarna  coklat  zaitun  dengan  garis  atau  tanpa  garis.
18 Gubal berbeda dari warna terasnya. BJ kayu sekitar 0,55 0,43-0,72 Ogata et al.
2008. Tanaman  ini  merupakan  salah  satu  jenis  tanaman  cepat  tumbuh  fast
growing  species  dan  mudah  beradaptasi  dengan  kondisi  lahan  yang  tingkat kesuburannya  rendah.  Mangium  tidak  memiliki  persyaratan  tumbuh  yang  tinggi,
dapat  tumbuh  pada  lahan  dengan  pH  rendah,  tanah  berbatu,  serta  tanah  yang mengalami erosi. Tumbuh pada ketinggian 30-130 m dpl dengan curah hujan yang
bervariasi  antara  1000-4500  mmth  dan  merupakan  jenis  yang  cocok  ditanam  di daerah  terbuka  intoleran  Mandang  dan  Pandit  1997.  Satu-satunya  faktor
pembatas  A.  mangium  adalah  tidak  dapat  tumbuh  dengan  baik  pada  ketinggian tempat lebih dari 300 m dpl. Jenis ini tersebar secara alami dari Australia, hingga
ke Papua Nugini, Maluku, Papua Bagian Utara dan Bagian Selatan. Ciri  tanaman  ini  adalah  batangnya  bulat  lurus,  bercabang  banyak
simpodial,  berkulit  tebal  agak  kasar,  dan  kadang  beralur  kecil  dengan  warna coklat muda. Pohon dewasa dapat mencapai tinggi 30 m dengan diameter batang
lebih  dari  75  cm.  Tajuknya  menyerupai  kerucut  sampai  lonjong.  Sewaktu  masih muda  dalam  persemaian  memiliki  daun  majemuk  ganda,  sedangkan  setelah
dewasa  muncul  daun  semu  tunggal  phyllodia.  Lebar  daun  di  bagian  tengah antara 4-10 cm dengan panjang antara 10-26 cm.  Pada umur 2 tahun tanaman ini
sudah mulai berbunga dan berbuah. Akan tetapi biji yang dihasilkan belum layak menjadi  sumber  benih.  Buah  yang  baik  untuk  dijadikan  benih  berasal  dari
tanaman  yang  telah  berumur  minimal  5  tahun  atau  lebih.  Musim  bunga  terjadi antara Maret-April sehingga buah akan masak antara September-Oktober.
19 Menurut  Oey  1964,  kayu  mangium  memiliki  BJ  rata-rata  0,61  dengan
Kelas Awet III dan Kelas Kuat II-III. Kayu mangium berwarna coklat, pori soliter dan berganda radial 2-3 sel, parenkima selubung, jari-jari sempit, pendek dan agak
jarang, permukaan mengkilap, kesan raba licin dan kekerasan agak keras sampai keras Mandang dan Pandit 1997.
Kayu  mangium  merupakan  jenis  kayu  yang  menjanjikan  karena  dapat digunakan  untuk  berbagai  macam  keperluan  seperti  untuk  konstruksi  ringan,
produk  firnitur,  pulp,  kertas,  dan  flooring.  Saat  ini  pohon  mangium  banyak ditanam di HTI. Karena sifatnya yang mudah tumbuh pada kondisi ekstrim, pohon
ini juga ditanam terutama untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia. 2.7.3 Sawo
Sawo  Manilkara  kauki  L.  Dubard  adalah  pohon  buah  yang  berumur panjang. Sinonimnya antara lain adalah M. celebica, M. fasciculata, M. hexandra,
dan  M.  kanosensis.  Pohon  dan  buahnya  dikenal  dengan  beberapa  nama  seperti sawo Indonesia, sauh, sauh manila atau ciku Malaysia, chico Filipina, chikoo
atau  sapota  India,  sofeda  Bangladesh,  xa  pô  chê  atau hồng  xiêm  Vietnam,
rata-mi Sri Lanka, lamoot Thailand, Laos dan Kamboja, níspero Venezuela, sugardilly  Kepulauan  Bahama,  sapote  Nicaragua,  sapoti  Brazil,  sapotillier
Perancis dan sapodilla Inggris. Tanaman  ini  diperkirakan  berasal  dari  Guatemala,  Meksiko  dan  Hindia
Barat yang dibawa oleh bangsa Spanyol ke Filipina. Dari sini kemudian menyebar ke seluruh negara di Asia Tenggara.
Pohon  yang  tumbuh  hingga  30-40  m  ini  tergolong  besar  dan  rindang, bercabang  rendah,  berkulit  kasar  abu-abu  kehitaman  sampai  coklat  tua.  Seluruh
20 bagiannya mengandung lateks berwarna putih susu yang kental. Daunnya tunggal
berseling,  sering  mengumpul  pada  ujung  ranting.  Kulit  kayunya  menghasilkan tanin,  yang  secara  tradisional  digunakan  sebagai  bahan  pencelup  layar  dan  alat
pancing.  Beberapa  bagian  pohon  sawo  juga  digunakan  sebagai  bahan  obat tradisional  untuk  mengatasi  diare  tanin,  demam  tanin  dan  biji,  dan  bahan
bedak untuk memulihkan tubuh sehabis bersalin bunga. Kayu  sawo  berkualitas  bagus,  tergolong  kayu  keras  dan  berat,  dengan
tekstur  halus  dan  pola  warna  yang  menarik.  Kayu  ini  terutama  disukai  sebagai bahan perabot dan ukir-ukiran, termasuk untuk pembuatan patung karena sifatnya
yang mudah dikerjakan dan mudah dipelitur. Kayu sawo memiliki keawetan yang baik, tahan terhadap serangan jamur dan serangga.
Sawo  banyak  ditanam  di  daerah  dataran  rendah,  meski  dapat  tumbuh dengan  baik  hingga  ketinggian  sekitar  2500  m  dpl.  Pohon  sawo  tahan  terhadap
kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Tanah yang paling
cocok adalah tanah lempung berpasir yang subur dan berdrainase baik.
BAB III BAHAN DAN METODE