Munada yang di Mudhaf-kan Kepada Ya Mutakallim Munada Al-Muchalla Bi Al

ه ج ع ا : Hai Abdullah ج عmunada mudhaf yang dibaca nashab dengan tanda nashab-nya berupa fathah sebab ism mufrad. هmudhaf ilaih yang dibaca jar dengan tanda jar-nya berupa kasroh sebab ism mufrad. 5 Munada Syibhul-Mudhaf. Yaitu munada yang diserupakan dengan mudhaf. ً اً اط ا : Hai orang-orang yang mendaki gunung اً اطmunada yang dibaca nashab dengan tanda nashab-nya berupa fathah dan diserupakan dengan mudhaf rangkaian dua ism fa‟il yang beramal seperti fi‟il-nya dengan me-nashab-kan maf‟ul-nya. Pada hakikatnya, munada ditinjau dari segi makna berkedudukan sebagai maf‟ul bih, sedangkan amil yang me-nashab-kannya adalah fi‟il yang disembunyikan, lalu kedudkan fi‟il tersebut diganti oleh yanida‟.Contoh: bentuk asal lafaz ج ا adalah اًج ا عدا. Lafaz ا عدا dibuang, selanjutnya kedudukannya diganti oleh ya nida‟Aqil, 2009:684.

2.2.6.3 Munada yang di Mudhaf-kan Kepada Ya Mutakallim

Jadikanlah munada yang dibenarkan apabila di-mudhaf-kan kepada ya mutakalim, seperti “abdi” Hai hambaku, “abdii” Hai hambaku, “abda” Hai hambaku,”abdaa” Hai hambaku, “abdi yaa” Hai hambaku. Apabila munada di-mudhaf-kan kepada ya mutakallim, adakalanya berasal dari fi‟il shahih atau fi‟il mu‟tal. Apabila berbentuk mu‟tal, hukumnya sama dengan hukum selain munada, yang ketentuannya telah disebutkan dalam lafaz yang di-mudhaf-kan kepada yamutakallim. Apabila munada yang dimaksud shahih, maka boleh dibaca lima segi bacaan yaitu: Pertama, ya mutakallim dibuang dan cukup dengan harakat kasroh sebagai tanda keberadaannya. Contoh: ج ع ا Hai hambaku, bacaan ini yang paling banyak. Kedua, ya mutakallim ditetapkan dalam keadaan sukun, contoh: ج ع ا Hai hambaku. Bacaan ini masih berada di bawah bacaan yang pertama dalam pemakaiannya.Ketiga, ya mutakallim diganti menjadi alif, lalu alif dibuang dan cukup hanya dengan harakat fathah yang menunjuk kepada keberadaannya. Contoh: ج ع ا Hai hambaku. Keempat, ya mutakallim diganit menjadi alif, lalu harakat kasrahnya diganti menjadi fathah dan alif ditetapkan keberadaannya, contoh: اج ع ا Hai hambaku. Kelima, ya mutakallim ditetapkan keberadaannya seraya menyandang harakat fathah, contoh: ج ع ا Hai hambaku Aqil, 2009:694.

2.2.6.4 Munada Al-Muchalla Bi Al

Menghimpun huruf nida‟ dengan al selain nama Allah dan jumlah yang dijadikan sebagai nama seseorang hukumnya tidak boleh, dan diperbolehkan apabila beserta asma Allah dan makhiyul jumal, contoh: ه ا Wahai Allah. Dapat membaca hamzah lafaz Allah dan dapat pula me-washal-kannya tanpa dibaca. Kebanyakan dalam nida‟asma Allah dikatakan sebagai berikut: ّ ا Ya Allah. Yakni dengan memakai mim yang ditasydidkan sebagai pengganti dari huruf nida‟.Lafaz ayyuha mewajibkan rafa‟ bagi lafaz yang dibarengi dengan al sewaktu berkedudukan menjadi sifat yang terletak sesudah ayyuhaa. Perhatikan contoh berikut: ا ا ُا ا Hai laki-laki. Lafaz ayyun berkedudukan sebagai munada mufrad yang mabni dhummah, sedangkan ha adalah huruf zaidah tambahan dan lafaz ar-rajulu menjadi sifat bagi ayyun, lafaz ar-rajulu wajib di- rafa‟-kan menurut kebanyakan ulama nahwu karena menjdi subjek nida‟ yang sesungguhya Aqil, 2009:688-689.

2.2.6.5 Munada Na’at Man’ut