Materi yang Dikembangkan dalam Bahan Ajar Berbasis Kerangka Berpikir

2009:56-58, terdapat 11 indikator dalam berpikir kritis, yaitu menghipotesis, mengasumsi, mengklasifikasi, mengamati, mengukur, menginterpretasi data, merancang sebuah penyelidikan untuk memecahkan masalah, meminimalkan kesalahan percobaan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Inti dari berpikir kritis adalah tidak begitu saja menolak atau menerima suatu informasi.

2.6 Materi yang Dikembangkan dalam Bahan Ajar Berbasis

Problem Based Learning Materi yang dikembangkan dalam bahan ajar ini adalah materi suhu dan kalor. Berdasarkan kurikulum Sekolah Menengah Atas SMA materi suhu dan kalor diberikan untuk kelas X semester 2 yaitu pada Kompetensi Dasar KD 3.7 menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari, 4.1 menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah, serta 4.8 merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor. Bertolak dari pernyataan tersebut, kompetensi yang harus dikuasi siswa meliputi berbagai konsep sebagai berikut: 1. Pengertian suhu dan kalor; 2. Alat pengukur suhu dan konversinya; 3. Hubungan kalor dengan suhu benda dan wujudnya; 4. Pengertian pemuaian; 5. Macam-macam pemuaian dalam kehidupan sehari-hari; 6. Pengertian kapasitas kalor dan kalor jenis benda; 7. Bunyi Azas Black dan penerapannya; 8. Perpindahan kalor; dan 9. Faktor-faktor yang memengaruhi perpindahan kalor. Pokok bahasan pada materi suhu dan kalor merupakan materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai macam aktivitas siswa tidak terlepas pada penggunaan konsep suhu dan kalor. Konsep dalam materi suhu dan kalor dikenal sarat akan aplikasi yang sering dijumpai siswa. Contoh aplikasi tentang suhu dan kalor adalah pemasangan kaca pada jendela yang agak longgar. Karakteristik materi yang luas dan memuat banyak konsep yang harus dikuasai siswa memiliki sistem pembelajaran yang tidak mungkin dilakukan secara konvensional. Diperlukan suatu kegiatan sebagai proses penemuan suatu konsep tersebut. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan mengamati, membuat hipotesis, menganalisis, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

2.7 Kerangka Berpikir

Perkembangan ilmu dan teknologi IPTEK memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pembelajaran disekolah. Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pembelajaran saja tetapi lebih menekankan bagaimana mengajak siswa menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup life skill dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Proses pembelajaran fisika diharapkan dapat menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Pembelajaran fisika diarahkan untuk berpikir dan bertindak sehingga siswa dapat mengembangkan potensi diri dengan memperoleh konsep dasar yang lebih matang sehingga lebih tertanam di benak mereka. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk keaktifan siswa yang berupa kegiatan psikis seperti menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain dan menyimpulkan hasil percobaan. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning untuk mengembangkan daya pikir siswa, terutama kemampuan berpikir kritis siswa karena model PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah Arends, 2008:43. Guru tidak mungkin menyajikan semua pengetahuan kepada siswa sehingga diperlukan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Pengembangan bahan ajar diisyaratkan melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 pasal 20 dan Permendiknas No 16 Tahun 2007. Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran menjadi solusi pembelajaran mandiri dan tidak terpusat pada guru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilawati Nur 2014, bahan ajar yang sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknolongi yang mengarah pada persaingan global adalah bahan ajar yang berisi tentang kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademis, dan kecakapan vokasional. Berdasarkan alasan di atas maka dicoba dibuat bahan ajar yang dapat membuat siswa lebih aktif dan berpikir kritis dalam pembelajaran yaitu bahan ajar berbasis Problem Based Learning. Bahan ajar ini dapat berfungsi sebagai sarana yang baik bagi siswa untuk dapat menemukan konsep fisika bukan menghafal konsep saja. Melalui bimbingan dan arahan dari guru, model pembelajaran PBL yang diintegrasikan ke dalam bahan ajar diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa, membekali siswa dengan cara menemukan bukan menerima. Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan di dalam Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Prestasi sains siswa Indonesia rendah karena pembelajaran masih terfokus pada hafalan konsep dan belum diarahkan untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya Problem Based Learning PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir, terutama kemampuan berpikir kritis Penerapan PBL pada media pembelajaran siswa Bahan ajar berbasis PBL Hasil penelitian tentang keefektifan bahan ajar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa Hasil observasi menunjukkan bahan ajar sebagai media pembelajaran siswa Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Meningkatkan hasil belajar siswa Bahan ajar berbasis PBL pada materi suhu dan kalor untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa 25 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian