4.4 Keterbacaan Bahan Ajar
Tingkat keterbacaan bahan ajar diujikan kepada 10 siswa dengan menggunakan tes rumpang. Hasil analisis data diperoleh skor keterbacaan sebesar
91,75. Berdasarkan kriteria keterbacaan Rankin dan Culhane, maka bahan ajar berbasis PBL termasuk dalam kategori mudah dipahami oleh siswa.
Skor keterbacaan readability cukup tinggi karena penyajian materi bahan ajar menggunakan bahasa yang sesuai kemampuan siswa SMA, mudah dipahami, dan
memiliki struktur kalimat yang jelas. Selain itu, penulisan materi bahan ajar juga menggunakan jenis dan ukuran huruf yang disesuaikan aturan tipografi. Hal ini
sesuai penelitian Suryadi 2007 bahwa tingkat keterbacaan dipengaruhi faktor bahasa dan rupa. Faktor bahasa menyangkut pilihan kata, susunan kalimat, dan
unsur tata bahasa yang lain. Faktor rupa menyangkut tata huruf yang mencakup jenis dan ukuran huruf, kerapatan baris, dan unsur tata rupa lain.
4.5 Kemampuan Berpikir kritis
Analisis skor aspek kemampuan berpikir kritis disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No Indikator
Pretest Postest
Peningkatan tiap aspek
uji gain Kategori
1 Mengklasifikasi
81,54 98,46
0,92 Tinggi
2 Menghipotesis
37,95 79,49
0,67 Sedang
3 Menyimpulkan
50,77 86,49
0,73 Tinggi
4 Menginterpretasi data
11,28 80,51
0,78 Tinggi
5 Menganalisis
42,56 88,72
0,80 Tinggi
6 Mengevaluasi
25,13 71,79
0,62 Sedang
Jumlah 249,23
505,46 0,73
Tinggi Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 18
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebelum pembelajaran, rata-rata persentase kemampuan berpikir siswa pada tiap indikator termasuk
dalam kriteria tidak kritis. Setelah pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar fisika berbasis PBL, kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan.
Materi suhu dan kalor yang disajikan dalam bahan ajar fisika berbasis PBL dikembangkan berdasarkan enam indikator kemampuan berpikir kritis.
Indikator kemampuan berpikir kritis meliputi, mengklasifikasi, menghipotesis, menyimpulkan, menginterpretasi data, menganalisis, dan mengevaluasi. Siswa
dilatih untuk membuat hipotesis dari permasalahan-permasalahan yang disajikan di dalam bahan ajar dan membuktikannya melalui percobaan.
Indikator yang pertama yaitu mengklasifikasi. Peningkatan pada aspek ini termasuk dalam kategori tinggi. Kemampuan dalam mengklasifikasi diperoleh
siswa ketika mengelompokkan berbagai peristiwa perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam bahan ajar juga dilengkapi dengan lembar
indikator mengklasifikasikan benda atau peristiwa. Indikator yang kedua yaitu menghipotesis. Peningkatan pada aspek ini
termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena siswa kurang fokus dalam memberikan hipotesis untuk permasalahan yang ada di dalam bahan ajar.
Indikator yang ketiga yaitu menyimpulkan. Peningkatan pada aspek ini termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa dilatih untuk
membuat kesimpulan dari hasil praktikum dan membuat suatu pertimbangan melalui kegiatan diskusi. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, kemampuan berpikir
kritis pada aspek menyimpulkan dapat meningkat. Santoso 2010 menyatakan
bahwa melalui penarikan kesimpulan yang dilakukan, siswa akan lebih mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
Indikator yang keempat yaitu menginterpretasi data. Peningkatan pada indikator ini termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan di dalam proses
pembelajaran siswa dilatih untuk memahami data atau grafik yang disajikan dalam bahan ajar.
Indikator yang kelima yaitu menganalisis. Peningkatan pada indikor ini termasuk dalam kategori tinggi. Di dalam pembelajaran siswa dibiasakan
menganalisis permasalahan-permasalahan yang ada di dalam bahan ajar berbasis PBL.
Indikator yang terakhir yaitu mengevaluasi. Di dalam tahap mengevaluasi pada pembelajaran berbasis PBL, siswa dilatih untuk membuat
penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, dan permasalahan. Sehingga indikator dalam mengevaluasi meningkat, meskipun dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eldy et al. 2013, yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan PBL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
4.6 Hasil Belajar