Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning Berpikir kritis

memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri. 2. merancang situasi bermasalah yang tepat PBL didasarkan pada premis bahwa situasi yang bermasalah yang membingungkan dan tidak jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga mereka tertarik untuk menyelidikinya. 3. mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistik PBL mendorong siswa untuk bekerja dengan beragam bahan dan alat, sebagian lainnya di perpustakaan sekolah, atau laboratorium komputer, dan sebagian lagi di luar sekolah.

2.4 Bahan Ajar Berbasis Problem Based Learning

Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran. Bahan ajar berbasis Problem Based Learning adalah sebuah bahan ajar yang didesain dengan pendekatan Problem Based Learning yang tidak hanya menyajikan konsep dan latihan soal saja tetapi mampu merangsang kemampuan berpikir kritis penggunanya. Bahan ajar ini diawali dengan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan disajikan. Terkait pentingnya kemampuan berpikir kritis, pembuatan bahan ajar berbasis Problem Based Learning dapat dijadikan terobosan baru untuk mempelajari sains.

2.5 Berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi suatu informasi yang diperoleh. Informasi tersebut dapat diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi Yulianti dan Wiyanto, 2009. Berpikir kritis merupakan proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia realita. Menurut Schafersman, sebagaimana yang dikutip oleh Sadia 2008, seseorang yang berpikir kritis mampu mengajukan pertanyaan yang cocok, mengumpulkan informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif, dapat mengemukakan argumen secara logis berdasarkan informasi, dan dapat mengambil simpulan yang dapat dipercaya. Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah atau PBL. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Fachrurazi 2011, yang meyatakan bahwa siswa pada kelas pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi daripada siswa pada kelas konvensional. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Masek et al. 2011 yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ada beberapa indikator yang ada dalam kemampuan berpikir kritis. Menurut Carind and Sund , sebagaimana yang dikutip oleh Yulianti dan Wiyanto 2009:56-58, terdapat 11 indikator dalam berpikir kritis, yaitu menghipotesis, mengasumsi, mengklasifikasi, mengamati, mengukur, menginterpretasi data, merancang sebuah penyelidikan untuk memecahkan masalah, meminimalkan kesalahan percobaan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Inti dari berpikir kritis adalah tidak begitu saja menolak atau menerima suatu informasi.

2.6 Materi yang Dikembangkan dalam Bahan Ajar Berbasis