ekonomi menggunakan nilai tukar rupiah, inflasi. Persamaannya yaitu objek penelitian penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia dan metode analisis yang digunakan. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Persamaan Perbedaan
1. Objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Metode analisis yang digunakan. 1. Jangka waktu yang digunakan dari tahun 2007
– 2009. 2. Beberapa variabel yang digunakan sama yaitu
analisis fundamental dan risiko ekonomi. 3. Penentuan jumlah sampel.
Sumber : Penelitian Terdahulu
2.8 Kerangka Berpikir
Analisis fundamental merupakan estimasi nilai faktor-faktor internal emiten dan ekonomi pada saat ini untuk memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan memproyeksikan data dan informasi aktual agar dapat memperkirakan nilai intrinsik dari harga saham saat ini. Dengan diperolehnya
nilai intrinsik saham, analis atau investor dapat membandingkannya dengan nilai pasar dan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan di pasar.
Setelah itu dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fundamental perekonomian suatu negara, indikator ekonomi merupakan salah satu
faktor yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri. Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 2 dua
variabel yaitu faktor fundamental Debt to Equity Ratio DER, Price Earning Ratio
PER dan Earning Per Share EPS dan risiko ekonomi nilai tukar rupiah
dan inflasi yang yang diduga berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia.
Debt to Equity Ratio DER yang semakin besar mencerminkan risiko
perusahaan yang relatif tinggi, dan semakin besar pula risiko yang harus di tanggung oleh investor. Investor yang rasional tentunya tidak akan mau
mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut tidak memberikan harapan return
yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko yang harus ditanggung investor tersebut. Investor akan menghindari pembelian saham perusahaan,
sehingga dapat dikatakan Debt to Equity Ratio DER akan berpengaruh negatif terhadap return saham.
Earning Per Share EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa
besar keuntungan return yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Dengan menggunakan rasio EPS, investor dapat mengetahui besarnya
pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan per lembar saham maka perusahaan semakin baik kinerja perusahaannya. Sehingga Earning Per Share sangat berpengaruh terhadap return
saham yang diperoleh suatu perusahaan. Perusahaan diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan rata-rata,
sementara di lain pihak mampu membagikan laba dalam proporsi yang besar. Pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi akan menumbuhkan minat para
investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menaikkan permintaan saham dan akhirnya akan menaikkan harga saham. Price Earning Ratio PER
yang tinggi akan menyebabkan harga saham yang tinggi, begitu pula sebaliknya Price Earnig Ratio
PER yang rendah akan menyebabkan harga saham yang rendah. Sehingga Price Earning Ratio PER berpengaruh positif terhadap return
saham. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya
dollar AS, memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing meningkatkan biaya
impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan biaya produksi. Jika perusahaan tidak memiliki pendapatan dari
penjualan ekspor maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Dengan demikian secara teori, nilai tukar mata uang memiliki hubungan negatif dengan return
saham. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan harga saham, karena
menyebabkan kenaikan harga barang secara umum. Kondisi ini mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang akan menjadi semakin tinggi. Harga jual
yang tinggi akan menyebabkan menurunnya daya beli, hal ini akan mempengaruhi keuntungan perusahaan dan akhirnya berpengaruh terhadap harga saham yang
mengalami penurunan. Uraian analisis pengaruh dari masing –masing variabel
tersebut terhadap return saham dapat di gambarkan dalam gambar yang ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 menunjukkan variabel independen yang terdiri dari analisis fundamental DER, EPS, dan PER dan risiko ekonomi nilai tukar rupiah dan
inflasi. Sedangkan variabel dependennya yaitu return saham. Gambar tersebut menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya.
2.9 Hipotesis Penelitian