murah harga saham yang diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung menurun atau meningkatnya laba bersih perusahaan.
2.6.4 Hubungan Nilai Tukar Rupiah dengan Return Saham
Melemahnya nilai tukar domestik terhadap mata uang asing seperti rupiah terhadap dollar memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar ekuitas
karena pasar ekuitas menjadi tidak memiliki daya tarik. Pengamatan nilai mata uang atau kurs sangat penting dilakukan mengingat nilai tukar mata uang sangat
berperan dalam pembentukan keuntungan bagi perusahaan. Pialang saham, investor dan pelaku pasar modal biasanya sangat berhati-hati dalam menentukan
posisi beli atau jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya
dollar AS, memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing meningkatkan biaya
impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan biaya produksi. Menurunnya nilai tukar juga mendorong
meningkatnya suku bunga agar dapat mendorong lingkungan investasi yang menarik di dalam negeri. Jika perusahaan tidak memiliki pendapatan dari
penjualan ekspor maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Dengan demikian secara teori, nilai tukar mata uang memiliki hubungan negatif dengan return
saham.
2.6.5 Hubungan Inflasi dengan Return Saham
Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan harga saham, karena menyebabkan kenaikan harga barang atau bahan baku secara umum. Kondisi ini
mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang akan menjadi semakin tinggi. Harga jual yang tinggi akan menyebabkan menurunnya daya beli, hal ini
akan mempengaruhi keuntungan perusahaan dan akhirnya berpengaruh terhadap harga saham yang mengalami penurunan.
Penurunan jumlah permintaan ini pada akhirnya akan menurunkan pendapatan perusahaan sehingga akan berpengaruh pada return yang diterima
perusahaan. Inflasi mempengaruhi perekonomian melalui pendapatan dan kekayaan, dan melalui perubahan tingkat dan efisiensi produksi. Inflasi yang tidak
bisa diramalkan biasanya menguntungkan para debitur, pencari laba, dan spekulator pengambil risiko.
Inflasi akan merugikan para kreditur, kelompok berpendapatan tetap, dan investor yang tidak berani berisiko. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya
perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun
Tandelilin, 2001. 2.7
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama tetapi karena objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ini ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu :
1. Ahmed 2002 Ahmed 2002 menguji hubungan antara tingkat inflasi dan return saham
menggunakan metode yang pernah digunakan oleh Fama pada tahun 1981, atas dasar data bulanan dan data tahunan dari 1972 sampai 2002. Ahmed
menggunakan informasi penuh, Full Information Maximum Likelihood FIML untuk menganalisis hubungan antara tingkat inflasi dengan return saham. Hasil
pengujian Ahmed menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara return saham dengan tingkat inflasi.
2. Zubaidah 2003 Zubaidah 2003 melakukan analisis pengaruh tingkat inflasi dan
perubahan kurs terhadap beta saham. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat inflasi dan perubahan nilai kurs secara bersamaan berpengaruh
secara tidak signifikan terhadap beta saham syariah sedang, tingkat inflasi dan perubahan nilai kurs secara parsial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap
beta saham syariah.
3. Haruman 2005 Penelitian oleh Haruman 2005 menggunakan faktor fundamental,
indikator ekonomi makro, dan risiko sistematis untuk mengetahui tingkat pengembalian saham di PT Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian bahwa faktor
fundamental yang diwakili oleh Earning Per Share EPS dan Price Earning Rati
o PER tidak cukup mempengaruhi besarnya return saham sedangkan faktor ekonomi makro berpengaruh secara parsial terhadap return saham, begitu juga
dengan faktor risiko sistematis. Berarti penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa variabel makro mempengaruhi return saham.
4. Wirawati 2008 Wirawati 2008 menganalisis faktor fundamental terhadap Price to Book
Value dalam menilai saham di Bursa Efek Jakarta dalam kondisi krisis moneter.
Hasil yang ditemukan dari keempat faktor fundamental yang dianalisis menunjukkan bahwa variabel Return On Equity ROE, Dividend Payout Ratio
DPR, dan tingkat pertumbuhan GRW mempunyai hubungan yang signifikan, sedangkan Degree of Financial Leverage DFL tidak mempunyai hubungan yang
signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumya yang memakai data sebelum krisis moneter.
5. Martani 2009 Martani 2009 menggunakan rasio profitabilitas, likuiditas, leverage,
arus kas dan size perusahaan untuk menilai tingkat return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa size perusahaan dan arus kas dari aktivitas operasi
berpengaruh terhadap return saham. Begitu juga dengan rasio profitabilitas, mempunyai dampak penting terhadap return saham.
Ringkasan dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun
Variabel Model
Penelitian Hasil Penelitian
Ahmed 2002
Return Saham
Regresi Berganda
Inflasi dan GNP memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap return saham. Inflasi
GNP
Zubaidah 2003
Inflasi Regresi
Berganda Inflasi dan kurs memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap beta
saham syariah. Kurs
Beta Saham Syariah
Haruman 2005
EPS Regresi
Berganda EPS tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return
saham sedangkan variabel yang lainnya
berpengaruh secara signifikan terhadap return
saham. PER
Kurs Inflasi
Beta Saham
Return Saham
Wirawati 2008
ROE Regresi
Berganda ROE, DPR dan tingkat
pertumbuhan memiliki pengaruh yang signifikan
sedangkan DFL memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap PBV. DPR
Tingkat Pertumbuhan
DFL PBV
Martani 2009
NPM
Regresi Berganda
NPM, ROE, TATO, PBV mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham. Sedangkan DER,
CR, penjualan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
ROE DER
PBV CR
TATO Penjualan
Return
Saham Sumber : Berbagai Jurnal
Berdasarkan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan
penelitian sebelumnya. Perbedaannya yaitu terletak pada periode waktu penelitian periode 2007-2009, penentuan jumlah sampel serta variabel independen yang
digunakan yaitu analisis fundamental menggunakan DER, EPS, PER dan risiko
ekonomi menggunakan nilai tukar rupiah, inflasi. Persamaannya yaitu objek penelitian penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia dan metode analisis yang digunakan. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Persamaan Perbedaan
1. Objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Metode analisis yang digunakan. 1. Jangka waktu yang digunakan dari tahun 2007
– 2009. 2. Beberapa variabel yang digunakan sama yaitu
analisis fundamental dan risiko ekonomi. 3. Penentuan jumlah sampel.
Sumber : Penelitian Terdahulu
2.8 Kerangka Berpikir