Pengujian Asumsi Klasik Hasil Penelitian

Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskripsi Inflasi Statistics INFLASI N Valid 126 Missing Mean 6.81000 Std. Error of Mean .302663 Median 6.59000 Std. Deviation 3.397382 Variance 11.542 Range 8.280 Minimum 2.780 Maximum 11.060 Sum 858.060 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Tahun 2007-2009 Berdasarkan hasil analisis SPSS 16.0 For Windows di atas dengan memasukkan semua data yang N valid menunjukan data yang terproses adalah 126. N missing menunjukan data yang tidak terproses adalah 0. Dengan rata-rata atau mean sebesar 6.810, rentang rata-rata populasi minimum dan maksimum yaitu antara 2.780 sampai 11.060. Standar deviasi adalah 3.397. Pangkat dua dari standar deviasi adalah varians. Semakin besar standar deviasi dan varians berarti berarti menunjukkan data semakin bervariasi. Angka varians adalah 11.542.

4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik

1. Pengujian Normalitas Data Pengujian normalitas data penelitian untuk menguji apakah dalam model statistik variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan : c. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. d. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Grafik normal p-plot memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dalam penelitian tidak terjadi gangguan normalitas, yang berarti berdistribusi normal. 2. Pengujian Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ada ditemukan korelasi di antara variabel bebas independent variabel. Jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolonieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Gejala ini dapat dideteksi dengan nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor VIF. Nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi VIF = 1tolerance. Hasil analisis terhadap multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant DER .920 1.087 EPS .936 1.068 PER .940 1.064 KURS .743 1.346 INFLASI .743 1.346 a. Dependent Variable: RETURN Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Tahun 2007-2009 Indikasi terjadinya multikolineritas adalah bila batas VIF adalah 10 dan tolerance 0,1. jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan tolerance kurang dari 0,1 maka terjadi multikolineritas. Variabel bebas di atas menunjukkan angka VIF ada di bawah angka 10 misal 1,087 dan 1,068, demikian juga nilai tolerance dibawah angka 1 seperti untuk DER adalah 0,920. Model regresi diatas dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolonieritas. 3. Pengujian Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Y prediksi dikurangi Y sesungguhnya yang telah distudentized. Dasar pengambilan keputusan: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedasitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Grafik di bawah terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupiun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi Heteroskedasitas pada model regresi. Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas 4. Pengujian Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan di antara gangguan atau disturbance yang masuk ke dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan juga memiliki batas bawah d L dan juga batas atas d U . Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi menurut Ghozali 2006 adalah sebagai berikut: a. Apabila d d L atau d 4 – d L berarti terdapat autokorelasi b. Apabila d terletak antara d U dan 4 – d U berarti tidak terdapat autokorelasi c. Apabila nilai d terletak antara d L dan d U d L d d U atau antara 4 – d U dan 4 – d L maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti No Decision. Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.8 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .543 a .295 .265 .719581 2.123 a. Predictors: Constant, INFLASI, DER, PER, EPS, KURS b. Dependent Variable: RETURN Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Tahun 2007-2009 Nilai DW sebesar 2.123, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikasi 5, jumlah sampel 126 dan jumlah variabel independen 5 k=5. Diperoleh nilai d L =1.665 dan d u =1.802 pada tabel Durbin-Watson. Nilai DW sebesar 2.123 lebih besar dari batas atas d u =1.802 dan kurang dari 4 – 1.802 4-d u , maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

4.2 Analisis Data