Tabel 2. Karakteristik kanal spektral pada MODIS Conboy 2004
Primary use Band
Bandwitdhnm Spasial
resolutionm LandCloudAerosols Boundaries
1 620
– 670 250
2 841
– 876 Land Cloud Aerosols Properties
3 459
– 479 500
4 545
– 565 5
1230 – 1250
6 1628
– 1652 7
2105 – 2155
Ocean ColorPhytoplanktonBiogeochemistry
8 405
– 420
1000 9
438 – 448
10 483
– 493 11
526 – 536
12 546
– 556 13
662 – 672
14 673
– 683 15
743 – 753
16 862
– 877 Atmospheric Water Vapor
17 890
– 920 18
931 – 941
19 915
– 965 SurfaceCloud Temperature
20 3.660
– 3.840 21
3.929 – 3.989
22 3.929
– 3.989 23
4.020 – 4.080
Atmospheric Temperature 24
4.433 – 4.498
25 4.482
– 4.549 Cirrus Clouds Water Vapor
26 1.360
– 1.390 27
6.535 – 6.895
28 7.175
– 7.475 Cloud Properties
29 8.400
– 8.700 Ozone
30 9.580
– 9.880 SurfaceCloud Temperature
31 10.780
– 11.280 32
11.770 – 12.270
Cloud Top Altitude 33
13.185 – 13.485
34 13.485
– 13.785 35
13.785 – 14.085
36 14.085
– 14.385
Aplikasi penginderaan jauh dibidang kelautan sangat luas diantaranya berupa indentifikasi pola perairan, meteorologi kelautan, pendugaan potensi
sumberdaya perikanan, suhu permukaan laut, produktivitas perairan, mendeteksi tumpahan minyak, peta jalur pelayaran dan navigasi CCRS 2005.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi
Lokasi penelitian adalah Perairan Selat Makasar, dengan posisi lintang antara 6
LU-8 LS dan posisi bujur antara 117
- 127 BT. Penelitian ini membagi
daerah pengamatan menjadi 10 dengan ukuran 1 x 1
. Pembagian daerah pengamatan ini, berdasarkan aliran massa air Arlindo yang masuk ke Perairan
Indonesia Gordon et al. 2010. Daerah Pengamatan Sul1 merupakan awal massa air permukaan yang masuk dari Samudera Pasifik Utara ke Perairan Sulawesi,
daerah pengamatan Sul2 di Perairan Sulawesi, daerah pengamatan MK1 awal massa air permukaan dari Perairan Sulawesi masuk ke Perairan Selat Makasar,
daerah pengamatan MK2 mewakili daerah pengamatan dekat Pulau Kalimantan yang diharapkan dapat mengindikasikan adanya pengaruh daratan Kalimantan
terhadap Perairan Selat Makasar, daerah pengamatan MK3 yang mewakili dekat Sulawesi, daerah pengamatan MK4 yang mewakili massa air permukaan yang
keluar dari Perairan Selat Makasar, daerah pengamatan MK5 merupakan daerah dengan adanya pengaruh penaikan massa air di Perairan Selat Makasar bagian
selatan, daerah MK6 merupakan daerah antara daerah pengamatan MK2 dan JW untuk mengetahui adanya sirkulasi massa air dari Laut Jawa ke Perairan Selat
Makasar dan sebaliknya, daerah JW mewakili perairan Laut Jawa dan daerah KR mewakili daerah Karimata. Peta daerah penelitian dan pembagian lokasi
pengamatan berdasarkan lintang bujur dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 3.
3.2 Metode Pengumpulan Data 3.2.1 Data Suhu Permukaan Laut, Klorofil dan Tinggi Muka Laut
Data SPL yang digunakan adalah data citra penginderaan jauh dengan sensor MODIS. Data ini di kelola oleh the NOAA CoastWatch Program NASAs,
Goddard Space Flight Center, dan OceanColor Web. Spasial grid data 0,05 derajat bujur x 0,05 derajat lintang, geografis. Akurasi nominal data, ±1 derajat
Celsius SWFSC 2006.
Gambar 5. Lokasi penelitian Tabel 3. Posisi lokasi pengamatan
Ket Lintang
LU Bujur
BT Sul1
4,25 - 5,25 125,50 - 126,50
Sul2 3,00 - 4,00
122,00 - 123,00 MK1
0,50 - 1,50 119,00 - 120,00
Ket Lintang
LS Bujur
BT MK2
2,50 - 3,50 116,75 - 117,75
MK3 2,50 - 3,50
117,75 - 118,75 MK4
5,65 - 6,65 117,50 - 118,50
MK5 6,00 - 7,00
119,25 - 120,25 MK6
4,00 - 5,00 116,50 - 117,50
JW 4,65 - 5,65
114,50 - 115,50 KR
2,75 - 3,75 107,00 - 108,00
105 109
113 117
121 125
129 -8
-4 4
8
Sul1
Sul2
MK1
MK3 MK2
MK4
JW
KR
MK5
MK6
Laut Jawa Kalimantan
Sulawesi
Jawa
S e
la t
M a
k a
s a
r
Laut Banda
Laut Flores La
ut C
in a
S el
at an
Data yang digunakan dari Juli 2002 – Mei 2010, merupakan data 8 harian
yang diunduh dari laman National Oceanic and Atmospheric Administration NOAA Fisheries Service SWFSC 2006. Data nilai-nilai SPL ini telah
divalidasi dan dibandingkan dengan data suhu buoy dari National Data Buoy Center. Algoritma yang digunakan dalam mendapatkan data SPL berdasarkan
Brown and Minnett 1999. Untuk lebih jelasnya tentang algoritma ini dapat dibaca dalam tulisan dengan judul MODIS Infrared Sea Surface Temperature
Algorithm, Algorithm Theoretical Basis Document Version 2.0 Brown and Minnett 1999.
Data klorofil yang digunakan dalam penelitian adalah data citra penginderaan jauh dengan sensor MODIS. Data ini di kelola oleh the NOAA
CoastWatch Program NASAs, Goddard Space Flight Center, dan OceanColor Web. Spasial grid data 0,05 derajat bujur x 0,05 derajat lintang, geografis. Data
yang digunakan adalah data 8 harian dari bulan Juli 2002 sampai dengan bulan Mei 2010, yang diunduh dari NOAA Fisheries Service SWFSC 2006. Data ini
sudah diproses dengan menggunakan perangkat lunak sistem analisis Data SeaWiFS SeaDAS Fu et al. 1998. Koreksi atmosfer telah diterapkan pada data
klorofil ini untuk menghasilkan pengukuran radiansi yang meninggalkan air Gordon Wang 1994, Shettle Fenn 1979.
Data tinggi muka laut yang digunakan adalah data citra penginderaan jauh gabungan yaitu JASON-1, TOPEXPOSEIDON, ENVISAT, GFO, ERS 12, dan
GEOSAT dengan sensor altimeter. Data ini di kelola oleh NOAA CoastWatch dan AVISO. Spasial grid data 0,25 derajat bujur x 0,25 derajat Latitude, geografis.
Data ini merupakan data bulanan dari Juli 2002 – Mei 2010, yang diunduh dari
NOAA Fisheries Service SWFSC 2006. Akurasi data mendekati 1 cm Stammer and Wunsch 1994; Callahan et al. 2009.
3.2.2 Data Curah Hujan dan Angin
Data curah hujan diunduh dari laman National Aeronautics and Space Administration NASA Hegde 2010. Data curah hujan yang digunakan telah
diakuisisi menggunakan analisis GES-DISC Interactive Online Visualization ANd aNalysis Infrastructure Giovanni sebagai bagian dari the NASAs Goddard Earth
Sciences GES Data and Information Services Center DISC. Data ini