4.9 Variability of water mass surface from satellite data at makasar strait

samping itu jalur lintasan Arlindo mempunyai konfigurasi geografi yang kompleks dengan kombinasi dasar perairan yang dangkal dan dalam serta kuatnya arus pasang surut pada berbagai kanal sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan karakter massa air akibat percampuran. Fenomena Iklim seperti ENSO yang terjadi di barat Pasifik juga memegang peranan penting dalam variabilitas Arlindo. Selama fase El Niño transpor Arlindo mengalami pelemahan, bahang dan massa air dengan salinitas yang rendah jauh lebih sedikit ditransfer ke Samudera Hindia Gordon 2001. Observasi menunjukkan bahwa komposisi massa air Arlindo berasal dari massa air termoklin Pasifik Utara, meski pada kedalaman yang lebih dalam massa airnya lebih dingin dari 6 C massa airnya secara langsung berasal dari Pasifik Selatan Gordon and Susanto 2003. Sementara itu di Samudera Hindia berasosiasi dengan sistem muson dan fenomena Dipole Mode Saji et al. 1999. Susanto et al. 2000 menyebutkan bahwa dari data paras laut dan mooring memperlihatkan variabilitas intraseasonal 30 – 60 hari yang kemungkinan merupakan respon gelombang Kelvin dari Samudera Hindia yang masuk ke Perairan Selat Makassar melalui Selat Lombok dan Gelombang Rossby dari Samudera Pasifik. Mereka juga mengungkapkan bahwa karakteristik intra- seasonal ditandai dengan periode 48 – 62 hari yang berhubungan dengan Gelombang Rossby dari Samudera Pasifik yang merambat melalui Laut Sulawesi. Berikutnya periode 67 – 100 hari yang merupakan karakter Gelombang Kelvin terlihat di Bali Selat Lombok. Meskipun demikian karakter tersebut tidak terlihat di Tarakan, hal ini menandakan bahwa gelombang-gelombang tersebut mengalami pelemahan setelah melewati Selat Makasar. Aliran transpor Arlindo yang diduga oleh Susanto and Gordon 2005 dengan menggunakan model profil sederhana memperkirakan transpor lapisan permukaan adalah 9,3 Sv. Mode normal berdasarkan pengujian Wajsowicza et al. 2003 untuk tahun 1997 adalah 6,4 Sv dengan batas permukaan dan yang paling rendah 1,6 Sv dan 4,7 Sv. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang digunakan oleh keduanya berbeda. Gordon and Susanto 2003 melakukanya dengan menggunakan tiga pendekatan profil Profil A, B dan C secara vertikal yang berbeda-beda untuk setiap musim. Analisis momentum dan keseimbangan energi menunjukkan bahwa transpor total Arus Lintas Indonesia tidak tergantung secara eksklusif terhadap perbedaan tekanan inter-ocean yaitu beda tekanan muka laut antara Pasifik dan Hindia tetapi lebih oleh faktor-faktor lain termasuk angin lokal muson, gesekan dasar dan resultan dari gaya-gaya tekanan yang bekerja pada sisi internal seperti geometri perairan yang menimbulkan aksi pasang surut yang membawa pengaruh yang signifikan terhadap variabilitas dan karakteristik arah arus Burnett et al. 2003. Susanto and Gordon 2005 mengungkapkan bahwa aliran Arlindo ke utara di bawah lapisan 300 meter pada September 1997 – pertengahan Februari 1998 terjadi selama puncak El Niño 19971998, hal ini diduga pengaruh Gelombang Kelvin dari Samudera Hindia. Massa air Arlindo yang ke utara juga terjadi di Mei 1997 Sprintall et al. 2000. Transpor massa air Arlindo yang melalui Selat Makasar hasil pengamatan dari Januari 2004 - Nopember 2006 The International Nusantara Stratification and Transport INSTANT program adalah 11.6 ± 3.3 Sv Sv = 10 6 m 3 s. Massa air transpor ini lebih besar 27 dari data yang diamati periode El Niño yang kuat selama tahun 1997-1998. Nilai maksimum massa air transpor terjadi saat akhir musim barat dan musim timur, dengan minimum massa air transport terjadi pada bulan Oktober – Desember Gordon et al. 2010. Massa air transpor dari Samudera Pasifik yang melewati Selat Makasar pada kedalaman sill 680 meter merupakan 80 total massa air transpor Arlindo Gordon 2001. Lapisan termoklin maksimun v-maks terjadi pada musim timur Juli-September dan musim barat Januari- Maret dengan kedalaman antara 110-140 meter. Rasio rata-rata kecepatan dari MAK - timur ke MAK-barat adalah 0,95 lapisan permukaan , 0,84 pertengahan - termoklin dan 0,76 lebih rendah termoklin. Kecepatan maksimum termoklin dan intensifikasi aliran barat Labani konsisten dengan data Arlindo Gordon and McClean 1999; Susanto and Gordon 2005. Pada Gambar 3 sebelah kiri terlihat kedalaman termoklin 110-140 meter profil kecepatan bervariasi terhadap musim: V-max yang lebih besar terjadi selama bulan Juli Agustus September JAS, musim timur, relatif terhadap bulan Januari Februari Maret JFM, musim barat. Profil JAS dan JFM membalikkan posisi relatif pada kedalaman di bawah 220 db, menunjukkan aliran massa air