2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Massa Air Samudera
Tiga samudera di dunia memiliki hubungan satu dengan lainnya membentuk suatu sistem sirkulasi unik yang ditampilkan pada Gambar 1. Sistem ini
mengedarkan massa air samudera yang dikenal dengan sirkulasi massa air dunia the great conveyor belt. Sirkulasi dimulai dari Samudera Atlantik Utara bagian
utara. Adanya proses pendinginan cooling dan penguapan evaporation menyebabkan densitas massa air ini tinggi sehingga tenggelam ke lapisan lebih
dalam membentuk North Atlantic Deep Water NADW yang mengalir ke Samudera Atlantik Selatan pada kedalaman 3000
– 4000 m. Sampai di ujung selatan Samudera Atlantik Selatan, aliran massa air berbelok ke arah timur
bergabung dengan Arus Antartika.
Sumber : Broecker 1991
Gambar 1. Sirkulasi massa air dunia the great conveyor belt Massa air ini terus bergerak memasuki selatan Samudera Hindia kemudian
ke timur memasuki selatan Samudera Pasifik Selatan. Massa air di bagian selatan Samudera Hindia sebagian aliran berbelok ke utara sampai sekitar katulistiwa dan
naik ke permukaan. Demikian pula dengan aliran yang sampai ke ujung selatan Samudera Pasifik Selatan juga berbelok ke utara masuk ke Samudera Pasifik,
melewati katulistiwa dan naik ke permukaan Broecker 1991; Gordon 1986.
Sirkulasi massa air ini disebut sirkulasi massa air dalam, sedangkan sistem peredaran massa air permukaan dimulai ketika kekosongan yang disebabkan oleh
tenggelamnya massa air di Samudera Atlantik bagian utara diisi oleh massa air yang berasal dari Samudera Hindia bagian selatan. Selanjutnya kekosongan massa
air di lapisan atas Samudera Hindia akan menyebabkan massa air Samudera Pasifik mengalir ke Samudera Hindia melalui perairan Indonesia bagian timur
yang dikenal dengan Arlindo.
2.2 Lintasan Arlindo
Pada Gambar 2. diperlihatkan lintasan Arlindo tanda panah hitam massa air yang berasal dari termoklin Pasifik Utara, tanda panah abu-abu adalah massa
air yang berasal dari termoklin Pasifik Selatan dan panah putus-putus sirkulasi massa air permukaan Laut Jawa akibat pengaruh musim. Besarnya transpor
dinyatakan dalam Sv 1 Sv = 10
6
m
3
s
-1
, angka warna hitam menunjukkan nilai transpor. Nilai massa transpor di Selat Makassar tahun 1997 Gordon and
McClean 1999; Susanto and Gordon 2005, Selat Lombok dari Januari 1985 –
Januari 1986, Laut Timor antara Timor dan Australia diukur pada Maret 1992 –
April 1993 Molcard et al. 1996, Selat Ombai bagian utara Timor dan Pulau Alor Desember 1995
– Desember 1996. Massa air pada kedalaman lebih besar dari 1500 m yang melintasi Selat Lifamatola berdasarkan pengukuran current
meter selama 3,5 bulan di awal tahun 1985 menuju Laut Banda diperkirakan sebesar 1,5 Sv van Aken et al. 1988. Perkiraan nilai transpor ini kemudian di
revisi menjadi 2,5 Sv van Aken et al. 2009. Angka warna merah menunjukkan massa air transpor selama periode INSTANT tahun 2004-2006. Di Selat
Lifamatola, angka warna hijau adalah massa air transpor selama INSTANT pada kedalaman lebih besar dari 1250 m, yang mewakili massa air ke Laut Seram dan
Laut Banda
Gordon et al. 2010.
Sumber utama Arlindo adalah massa air termoklin Pasifik Utara yang mengalir melalui Selat Makassar dikedalaman sill 650 m, masuk ke Laut Flores
dan Laut Banda. Selanjutnya kontribusi Arlindo dari massa air termoklin yang lebih dangkal dan massa air perairan dalam yang berasal dari Pasifik Selatan
masuk ke perairan Indonesia melalui rute bagian timur yaitu Laut Maluku dan Laut Halmahera dengan massa air yang lebih tinggi densitasnya melintasi Selat