9.2 Variability of water mass surface from satellite data at makasar strait

samping itu jalur lintasan Arlindo mempunyai konfigurasi geografi yang kompleks dengan kombinasi dasar perairan yang dangkal dan dalam serta kuatnya arus pasang surut pada berbagai kanal sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan karakter massa air akibat percampuran. Fenomena Iklim seperti ENSO yang terjadi di barat Pasifik juga memegang peranan penting dalam variabilitas Arlindo. Selama fase El Niño transpor Arlindo mengalami pelemahan, bahang dan massa air dengan salinitas yang rendah jauh lebih sedikit ditransfer ke Samudera Hindia Gordon 2001. Observasi menunjukkan bahwa komposisi massa air Arlindo berasal dari massa air termoklin Pasifik Utara, meski pada kedalaman yang lebih dalam massa airnya lebih dingin dari 6 C massa airnya secara langsung berasal dari Pasifik Selatan Gordon and Susanto 2003. Sementara itu di Samudera Hindia berasosiasi dengan sistem muson dan fenomena Dipole Mode Saji et al. 1999. Susanto et al. 2000 menyebutkan bahwa dari data paras laut dan mooring memperlihatkan variabilitas intraseasonal 30 – 60 hari yang kemungkinan merupakan respon gelombang Kelvin dari Samudera Hindia yang masuk ke Perairan Selat Makassar melalui Selat Lombok dan Gelombang Rossby dari Samudera Pasifik. Mereka juga mengungkapkan bahwa karakteristik intra- seasonal ditandai dengan periode 48 – 62 hari yang berhubungan dengan Gelombang Rossby dari Samudera Pasifik yang merambat melalui Laut Sulawesi. Berikutnya periode 67 – 100 hari yang merupakan karakter Gelombang Kelvin terlihat di Bali Selat Lombok. Meskipun demikian karakter tersebut tidak terlihat di Tarakan, hal ini menandakan bahwa gelombang-gelombang tersebut mengalami pelemahan setelah melewati Selat Makasar. Aliran transpor Arlindo yang diduga oleh Susanto and Gordon 2005 dengan menggunakan model profil sederhana memperkirakan transpor lapisan permukaan adalah 9,3 Sv. Mode normal berdasarkan pengujian Wajsowicza et al. 2003 untuk tahun 1997 adalah 6,4 Sv dengan batas permukaan dan yang paling rendah 1,6 Sv dan 4,7 Sv. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang digunakan oleh keduanya berbeda. Gordon and Susanto 2003 melakukanya dengan menggunakan tiga pendekatan profil Profil A, B dan C secara vertikal yang berbeda-beda untuk setiap musim.