Hubungan Debu Padi Dengan Gejala Gangguan Fungsi Paru Kerangka Konsep

5. Opsis Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.

2.5. Hubungan Debu Padi Dengan Gejala Gangguan Fungsi Paru

Debu kilang padi menurut asalnya terdiri dari 2 macam yaitu debu yang berasal dari biji padi dan debu yang berasal dari biji beras. Debu yang berasal dari biji padi sudah terdapat di udara sebelum di sentuh oleh mesin sewaktu dituang kedalam corong penggilingan. Debu yang berasal dari biji beras partikel-partikelnya terbentuk dari proses penggilingan, lalu menyebar di udara sewaktu pindah tempat Anonim,2006. Debu padi bersifat respirable dimana mempunyai ukuran yang dapat terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Lambat laun debu yang masuk ke dalam saluran pernapasan tersebut akan mengganggu kesehatan karena dapat tertahan pada saluran pernapasan itu sendiri. Debu tersebut juga akan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis atau saluran napas kecil paling ujung sampai ke alveoli atau gelumbung- gelembung udara yang merupakan akhir dari saluran pernapasan Suzaina, 2006. Meskipun bahaya kesehatan paru pekerja disebabkan oleh debu biji-bijian dari hasil pertanian yaitu padi telah dikenal secara dini, tetapi penanggulangannya tidak diperhatikan secara baik. Pemeriksaan terhadap bahaya-bahaya kesehatan paru pada pertanian telah jauh ketinggalan dibanding bahaya-bahaya industri baja dan industri- industri lainnya. Masalah klinis pada pekerja-pekerja pertanian saat ini adalah masalah penyakit saluran pernapasan. Gangguan pernapasan pada pekerja kilang padi seharusnya perlu mendapat perhatian, karena penyakit tersebut dapat di cegah, namun karena keuntungan-keuntungan sosial ekonomi, hal tersebut terabaikan Antaruddin, 2003 Universitas Sumatera Utara

2.6. Spirometry Test

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru- paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume FEV adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik FEV1 . Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity FVC adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif hambatan aliran udara dan restriktif hambatan pengembangan paru. Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai FEV1 kurang dari 75 dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80 dibanding dengan nilai standar Alsagaf, 2002. Jenis Ganggaun Funsi Paru terdiri dari : 1. Gangguan Fungsi Paru Obstruktif. Tidak dapat menghembuskan udara Unable to get air out. FEV1FVC 75 Semakin parah obstruksinya : a. FEV1 : 60-75 = mild b. FEV1 : 40-59 = moderate c. FEV1 : 40 = severe Universitas Sumatera Utara Jalan napas yang menyempit akan mengurangi volume udara yang dapat dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi.Amati bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang panjang. Ratio FEV1FVC berkurang sacara nyata.Ekspirasi diperlama dengan peningkatan perlahan pada kurva, dan plateau tidak tercapai sampai waktu 15 detik. 2. Gangguan Fungsi Paru Restriktif Tidak dapat menarik napas unable to get air in • FVC rendah; FEV1FVC normal atau meningkat • TLC berkurang → sebagai Gold Standart FEV1 dan FVC menurun, karena jalan napas tetap terbuka, ekspirasi bisa cepat dan selesai dalam waktu 2- 3 detik. Rasio FEV1FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil dibandingkan normal. 3. Gangguan Fungsi Paru Gabungan Mixed Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau. Kapasitas vital berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu parah, sulit dibedakan dengan pola obstruktif Ikawati.2009. Universitas Sumatera Utara

2.6.1. Volume dan Kapasitas Paru

Sumber : Ikawati,2009.

1. Volume Paru

Ada empat volume paru yang bila dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang Syaifuddin, 2009. 1. Volume Tidal VT : merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan disetiap pernapasan normal, jumlahnya ±500 ml. 2. Volume Cadangan Inspirasi : merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas volume tidl normal, jumlahnya ±3000 ml. 3. Volume Cadangan Ekspirasi : merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang jumlah normalnya ±1100 ml. 4. Volume Sisa : volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat, volume ini ±1200 ml. Universitas Sumatera Utara

2. Kapasitas Paru

Dalam peristiwa siklus paru-paru diperlukan menyatukan dua volume atau lebih kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru-paru. Jenis kapasitas paru-paru ada empat yaitu kapasitas inspirsi, kapasitas fungsional, kapasitas vital dan kapasitas total paru Syaifuddin, 2009. 1. Kapasitas Inspirasi : merupakan jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tingkat normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumlah maksimum. 2. Kapasitas Fungsional : merupakan jumlah udara yang tersisa didalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal ±2300 ml. 3. Kapasitas Vital : merupakan jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah mengisi sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya ±4600 ml. 4. Kapasitas Total Paru : volume maksimum pengembangn paru-paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya ±5800 ml.

2.6.2. Test Fungsi Paru

Pada test ini digunakan alat spirometer yang dapat menggambarkan fungsi paru Somantri 2009. 1. Isi Alun Napas Tidal volume – TV Merupakan volume udara yang masuk dan keluar paru pada pernapasan biasa ketika dalam keadaan istirahat N = ± 500 ml. Universitas Sumatera Utara 2. Volume Cadangan Inspirasi Inspiration Reserve Volume – IRV Adalah volume udara yang masih dapat masuk kedalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa L = ±3.300 ml, P = ±1.900 ml . 3. Vulome Cadangan Ekspirasi Ekspiration Reserve Volume – ERV Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa L = ±1.000 ml, P = 700 ml. 4. Volume Residu Residual Volume – RV Udara yang masih tersisa dalam paru setelah ekspirasi maksimal L = ±1.200 ml, P = ±1.100 ml 5. Kapasitas Inspirasi Inspiration Capacity- IC Jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah akhir ekspirasi biasa IC = IRV + TV menunjukkan banyaknya udara yang dapat dihirup mulai dari taraf ekspirasi normal hingga mengembangkan paru-paru secara maksimal. 6. Kapasitas Residu Fungsional Functional Residual Capacity – FRC Jumlah udara di dalam paru pada akhir ekspirasi biasa FRC = ERV + RV . Bermakna untukmempertahankan kadar 02 dan CO2 yang reltif stabil di alveoli selama proses inspirasi dan ekspirasi. 7. Kapasitas Vital Vital Capacity – CV Merupakan volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal VC = IRV + TV ERV . Bermakna untuk menggambarkan kemampuan paru dan dada. Universitas Sumatera Utara 8. Kapasitas Paru Total Total Lung Capacity – TLC Jumlah udara maksimal yang dapat dikandung paru TLC = VC + TV . Normal L = ±6.000 ml, P = ±4.200 ml. 9. Ruang Rugi Antomical Dead Space Ruang di sepanjang saluran napas yang tidak terlibat proses pertukaran gas ±150 ml. Pada pria dengan TV = 500 ml, maka hanya ±350 ml yang mengalami pertukaran gas. 10. Frekuensi Nafas f Jumlah pernapasan yang dilakukan per menit. Dalam keadaan istirahat kecepatan pernapasan sekitar 15 kali per menit.

2.7. Kerangka Konsep

Debu Kilang Padi Karekterisrik Pekerja: 1. Umur 2. Masa kerja 3. APD 4. Riwayat merokok 5. Riwayat penyakit Fungsi Paru Pekerja Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi paru pada pekerja kilang padi di Kecamatan Porsea Tahun 2010. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di kilang padi di Kecamatan Porsea dengan alasan sebagai berikut : 1. Belum pernah dilakukannya penelitian mengenai gambaran fungsi paru pekerja pada kilang padi di Kecamatan Porsea. 2. Peneliti mendapat kemudahan dalam memperoleh izin untuk melakukan penelitian ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Peneliltian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2010. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi meliputi seluruh pekerja kilang padi di kecamatan Porsea yaitu 10 kilang padi dengan jumlah pekerja 75 orang. Universitas Sumatera Utara