BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Skabies 2.1.1. Definisi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies disebut juga dengan the
itch, pamaan itch, seven year itch diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan. Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk,
kerak, penyakit ampere, dan gatal agogo Djuanda, 2006.
2.1.2. Epidemiologi
Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Penyakit ini dapat mempengaruhi semua jenis ras di dunia, meskipun
demikian gambaran akurat insidensinya sulit ditentukan dengan pasti oleh karena berbagai laporan yang ada hanya berdasarkan catatan kunjungan pasien rawat jalan di
rumah sakit Burns DA, 1998. Di beberapa negara berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara
kronik pada beberapa kelompok. Sebagai contoh, survey di sepanjang sungai Ucayali, Peru tahun 1983 menemukan bahwa di beberapa desa semua anak penduduk asli telah
mengidap skabies. Penelitian lain di India tahun 1985 menemukan bahwa prevalensi skabies pada anak-anak di banyak desa sebesar 100. Hasil survey di Kuna tahun
1986 menemukan 61 dari 756 penderita skabies berusia 1-10 tahun dan 84 pada bayi kurang 1 tahun. Di daerah Malawi, suatu penelitian memperlihatkan bahwa
insidens tertinggi terdapat pada usia 0-9 tahun Landwehr D, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Etiologi
Sarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan
tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan
pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat Handoko, 2008.
Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan sosial-ekonomi yang rendah, kondisi perang, kepadatan penghuni yang
tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan skabies Tabri, 2005.
Transmisi atau perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung melalui kontak langsung kontak kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain Handoko, 2008.
2.1.4. Patogenesis