f. Psikososial.
Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi yang berbentuk pustul. Mereka biasanya menyembunyikan
daerah-daerah yang terkena lesi pada saat interaksi sosial. g.
Pola kehidupan sehari-hari. Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau
kurang kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju yang tidak baik. Pada saat anamnesis, perlu ditanya secara jelas tentang pola kebersihan diri
penderita maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal di malam hari, tidur penderita sering kali terganggu. Lesi dan bau yang tidak sedap, yang
tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.
II. Pemeriksaan fisik
Menurut Harahap 1994, dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa: 1.
Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk benang.
2. Papula, urtika, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi
sekunder yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.
3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impetiginasi dan furunkulosis.
Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae wanita, umbilikus, bokong, genitalia eksterna pria dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan kaki bahkan diseluruh permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah Siregar, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Sifat-sifat lesi kulit berupa papula dan vesikel milier sampai lentrikuler disertai ekskoriasi. Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustul lentrikuler.
Lesi yang khas adalah terowongan kanalikulus milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-
abu. Ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur Sarcoptes scabiei Siregar, 2005.
III. Pemeriksaan mikroskopis
Menurut Tabri 2005, diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu: 1.
Kerokan kulit. Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang
masih utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas
objek, di tutup dengan gelas penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau, telur, larva, nimfa, atau skibala.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak atau pasien yang tidak kooperatif.
2. Mengambil tungau dengan jarum.
Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu digerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan
dapat diangkat keluar. 3.
Epidermal shave biopsi. Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu
jari dan jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpel no.16 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi
dilakukan sangat superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak
Universitas Sumatera Utara
memerlukan anestesi. Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah mikroskop.
4. Tes tinta Burrow.
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang
karakteristik berbelok-belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada bayianak dan pasien nonkooperatif.
5. Kuretasi terowongan.
Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak
mineral. Cara ini dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.
2.1.8. Diagnosis Banding