Penghambatan ovulasi selama laktasi dipercaya terjadi karena pada saat menyusui, puting susu mengirim impuls saraf ke hipotalamus untuk membentuk
neurotransmitter yang menghambat pelepasan gonadotropin releasing hormone GnRH. Sehingga produksi luteinizing hormone LH dan folicle stimulating
hormone FSH menurun dan proses ovulasi terhambat Tortora Derrickson,
2009.
2.9. Cara Menyusui yang Benar
a.
Posisi ibu dan bayi yang benar.
i.
Berbaring miring
Berbaring miring merupakan posisi yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan lelah atau
nyeri. Posisi ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus diwaspadai pada teknik
ini adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh sebab itu, ibu harus selalu didampingi oleh orang
lain ketika menyusui Sulistyawati, 2009.
ii.
Duduk
Untuk posisi menyusui dalam keadaan duduk, ibu dapat memilih beberapa posisi tangan dan bayi yang paling nyaman
Sulistyawati, 2009.
Posisi menyusui yang baik perlu agar produksi ASI dapat
keluar secara optimal IDAI Cab.DKI Jakarta, 2008.
b. Langkah-langkah dalam pelekatanmenyusui yang benar Sulistyawati,
2009:
i. Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan puting susu
sebelum menyusui.
ii.
Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu.
iii.
Hidung bayi dan puting susu ibu berhadapan.
iv. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga kepala bayi
agak tengadah dapat dipertahankan. Kepala bayi dapat ditopang
dengan jari-jari tangan yang terentang atau pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi
sehingga tangannya berada di sisi badan.
v. Pegang payudara dengan C Hold di belakang areola. C Hold
merupakan posisi dimana ibu jari berada diatas areola dan
empat jari tangan yang sama berada di bawah areola.
vi. Kemudian sentuhkan puting susu ibu dengan lembut ke pipi
atau bibir bayi untuk merangsang bayi untuk membuka mulut lebar-lebar rooting reflect. Dagu bayi menempel pada
payudara.
vii. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah bayi
menjulur.
viii. Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan puting susu ke atas
menyusuri langit-langit mulut bayi.
ix. Kemudian bayi mengulum puting susu dan sebagian besar dari
areola di dalam mulutnya. Bila diposisikan dengan benar maka ujung puting susu dan payudara serta sinus lactiferous sekarang
berada di dalam rongga mulut bayi.
x. Puting susu akan masuk sampai bersentuhan dengan palatum
mole. Sentuhan ini akan merangsang refleks penghisapan.
xi. Rahang bawah bayi menutup jaringan payudara, penghisapan
akan terjadi, dan puting susu ditangkap dengan baik dalam rongga mulut, sementara lidah memberikan penekanan yang
berulang-ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari
duktus lactiferous.
xii. Jika bayi sudah dirasa cukup kenyang maka hentikan proses
menyusui dengan memasukkan kelingking ke dalam mulut bayi menyusuri langit-langit mulut bayi. Kemudian
menyendawakan bayi di pundak ibu atau di paha ibu.
xiii. Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui
diakhiri menunjukkan bayi menyusu dengan puas. Usahakan
menyusui dengan kedua payudara secara bergantian.
2.10. Penyimpanan ASI Penyimpanan ASI dapat dilakukan selama: