Anatomi Payudara Fisiologi Laktasi

2.7. Anatomi Payudara

Gambar 2.7. Anatomi Payudara Tortora Derrickson, 2009 Menurut Tortora Derrickson 2009, payudara terdiri dari: a. Nipple puting susu. b. Areola Bagian payudara berwarna gelap disekitar puting. c. Suspensory ligaments of the breast Cooper’s ligament Merupakan jaringan ikat yang mempertahankan struktur payudara. d. Sinus lactiferous Tempat penyimpanan ASI yang terletak di areola. e. Lactiferous duct Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari sinus lactiferous ke nipple. f. Mammary gland kelenjar mamae Kelenjar mamae merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang menghasilkan air susu. Kelenjar mamae terdiri dari 15 sampai 20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan lemak. Di dalam setiap lobus terdapat beberapa alveoli. g. Alveoli Berbentuk seperti buah anggur dan dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI jika dirangsang oleh hormon prolaktin. h. Myoepithelial Otot yang mengelilingi alveoli. Jika dirangsang oleh hormon oksitosin maka sel myoepithelial akan berkontraksi dan mengakibatkan air susu mengalir dari alveoli ke secondary tubules lalu menuju ke mammary ducts kemudian ke sinus lactiferous untuk disimpan sebelum dikeluarkan menuju nipple melalui lactiferous ducts.

2.8. Fisiologi Laktasi

Laktasi merupakan proses sekresi dan ejeksi susu yang berasal dari kelenjar mamae. Hormon utama yang merangsang terjadinya sintesis dan sekresi susu adalah prolaktin. Prolaktin merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Meskipun kadar hormon prolaktin meningkat seiring dengan proses kehamilan, tidak ada air susu yang disekresi karena hormon progesteron menghambat efek prolaktin. Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron yang ada di darah ibu mengalami penurunan dan proses inhibisi hormon prolaktin sudah tidak ada. Stimulus utama dalam mempertahankan sekresi prolaktin dalam masa laktasi adalah dengan cara bayi menghisap puting susu sang Ibu. Proses menyusu merangsang reseptor regang di puting susu untuk mengirim impuls ke hipotalamus, impuls tersebut mengakibatkan penurunan pelepasan prolactin inhibiting hormone PIH oleh hipotalamus dan meningkatkan pelepasan prolactin releasing hormone PRH, sehingga jumlah prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior bertambah. Oksitosin menyebabkan pelepasan air susu ke mammary ducts melalui reflek ejeksi susu. Air susu dibentuk oleh sel glandular di payudara dan disimpan sampai bayi mulai aktif menyusu. Rangsangan pada reseptor sentuh di puting susu menginisiasi rangsangan sensoris ke hipotalamus. Akibatnya, sekresi oksitosin dari posterior hipofisis meningkat. Oksitosin yang dibawa oleh aliran darah ke kelenjar mamae, merangsang kontraksi myoepithelial di sekitar sel glandular mamae. Akibat dari kontraksi tersebut airsusu mengalir dari alveoli kelenjar mamae ke mammary ducts untuk dihisap oleh bayi. Proses ini disebut ejeksi air susu let-down reflex. Stimulus selain tindakan menyusu yang dapat mengakibatkan pelepasan oksitosin dan ejeksi air susu adalah ketika ibu mendengar tangisan bayi atau mendapat rangsangan sentuh pada alat genital ibu. Tindakan menyusu yang mengakibatkan pelepasan oksitosin juga menghambat pelepasan PIH yang berakibat meningkatnya sekresi prolaktin yang mana diperlukan untuk mempertahankan proses laktasi. Selama akhir masa kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan, kelenjar mamae mengsekresi cairan kelabu yang disebut kolostrum. Walaupun tidak memiliki kandungan nutrisi sebaik air susu matur, cairan tersebut mengandung laktosa dalam kadar lebih rendah dan tidak mengandung lemak; kolostrum cukup untuk kebutuhan bayi hingga air susu matur diproduksi pada hari ke4. Kolostrum dan air susu matur mengandung antibodi penting yang melindungi bayi dalam beberapa bulan awal ia dilahirkan. Setelah melahirkan bayi, kadar prolaktin ibu kembali ke kadar sebelum hamil. Tetapi setiap kali ibu menyusui sang bayi, impuls saraf dari puting susu ke hipotalamus meningkatkan pelepasan PRH dan menurunkan pelepasan PIH, yang mengakibatkan kenaikan sekresi prolaktin 10 kali lipat oleh hipofisis anterior yang berlangsung selama 1 jam. Prolaktin di kelenjar mamae berguna untuk menyediakan air susu untuk periode menyusui selanjutnya. Jika pengeluaran prolaktin dihambat oleh trauma atau penyakit, atau proses menyusui dihentikan, maka kelenjar mamae tidak dapat mensekresi susu selama beberapa hari. Walaupun sekresi air susu biasanya menurun dalam 7-9 bulan setelah melahirkan, proses tersebut bisa berlanjut hingga beberapa tahun jika menyusui dilanjutkan. Laktasi sering menghambat siklus ovulasi dalam beberapa bulan pertama setelah melahirkan, jika frekuensi menyusu adalah 8-10 kali sehari. Efek ini tidak konsisten karena pada umumnya ovulasi terjadi sebelum masa mensturasi pertama setelah melahirkan. Akibatnya ibu tidak akan pernah bisa yakin jika dia tidak subur. Jadi menyusui bukanlah pencegah kehamilan yang baik. Penghambatan ovulasi selama laktasi dipercaya terjadi karena pada saat menyusui, puting susu mengirim impuls saraf ke hipotalamus untuk membentuk neurotransmitter yang menghambat pelepasan gonadotropin releasing hormone GnRH. Sehingga produksi luteinizing hormone LH dan folicle stimulating hormone FSH menurun dan proses ovulasi terhambat Tortora Derrickson, 2009.

2.9. Cara Menyusui yang Benar