1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai daya tarik pariwisata yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia mempunyai wilayah yang luas
dengan berbagai keunikan pada masing-masing daerah. Setiap daerah mempunyai keindahan alam dan daya tarik yang berbeda – beda sehingga
menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Keunikan pariwisata secara tidak langsung mengakibatkan persaingan tiap daerah dalam perolehan
pendapatan daerah. Manfaat lain adalah memperluas lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Perkembangan pariwisata dapat meningkatkan
penerimaan devisa negara di sektor non migas. Sektor utama pemasaran kepariwisataan John Sack, 2004 :
Akomodasi : hotel, apartemen, kondominium, villa,dll.
Tujuan wisata : kantor pariwisata, asosiasi pariwisata, tempat
wisata. Jasa travel
: operator tur, agen perjalanan, dll. Transportasi
: pesawat terbang, kapal, mobil, kereta api. Atraksi
: museum, kebun binatang, taman.
Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti, hal ini terlihat dari sumbangan sektor jasatersier yang mencapai
37,3 PDB Produk Domestik Bruto pada tahun 2001. Meskipun sektor ini
Universitas Kristen Maranatha
mengalami penurunan sebesar 0,5 disbanding PDB tahun 1998 lalu 37,8, sumbangan sektor jasa ini masih lebih besar bila dibandingkan dengan sektor
primer 29,4 dan sektor sekunder 33,3 PDB pada tahun 2001 BPS, 2002: p3.
Tabel 1.1 Struktur PDB Indonesia atas Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha, 1998-2001
Lapangan Usaha 1998
2001 Primer 30,7
29,4
1. Pertanian, peternakan, kehutanan, periklanan
18,1 16,4
2. Pertambangan penggalian
12,6 13
Sekunder 31,5 33,3
3. Industri pengolahan
25 26,1
4. Bangunan 6,5
7,2
Tersier 37,8 37,3
5. Jasa-jasa 37,8
37,3 Sumber: BPS 2003:p3
Salah satu sektor penunjang kepariwisataan adalah hotel. Hotel berfungsi untuk menyediakan tempat penginapan bagi mereka yang berkunjung ke suatu
daerah. Persaingan hotel – hotel di Indonesia cukup tinggi, masing-masing bersaing untuk mendapatkan pengunjung sebanyak-banyaknya dengan cara
menawarkan berbagai macam fasilitas yang menarik. Mulai dari kelas menengah ke bawah sampai dengan kelas menengah ke atas.
Perhotelan merupakan industri jasa yang menarik karena berhubungan dengan bidang kepariwisataan. Pariwisata semakin penting dalam perekonomian
Universitas Kristen Maranatha
Indonesia, baik sebagai salah satu penerimaan devisa maupun kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha, sedangkan besar kecilnya sumbangan sektor
Pariwisata terhadap penerimaan devisa sangat tergantung pada besar kecilnya sarana dan prasarana yang tersedia, untuk perhotelan diantaranya jumlah hotel,
kamar dan tempat tidur. Jumlah Wisata Mancanegara Wisman yang datang ke Indonesia melalui
13 pintu masuk pada bulan Juli 2004 mencapai 424,8 ribu orang, atau naik 4,14 persen dibanding jumlah Wisman bulan Juni 2004 sebanyak 407,9 ribu orang
BPS : 2004. Tingkat penghunian kamar TPK hotel berbintang di 10 Daerah Tujuan
Wisata DTW pada bulan Juni 2004 mencapai 47,44 persen, naik 1,51 poin dibanding TPK bulan Mei 2004 sebesar 45,93 persen. Di Bali, TPK bulan Juni
2004 juga naik dari 51,01 persen menjadi 52,41 persen. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Juni 2004
mengalami penurunan jika dibanding bulan Mei 2004, yaitu dari 2,08 hari menjadi 2,05 hari.
Pada Bulan April 2004 jumlah Wisman yang datang ke Indonesia melalui 13 pintu masuk mencapai 322,1 ribu orang, jumlah penumpang kereta api 11,74
juta orang, Pelayaran dalam negeri mencapai 1,15 juta orang, angkutan udara tujuan luar negeri mencapai 358,1 ribu orang. Rata-rata lama menginap tamu
asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Maret 2004 mencapai 2,18 hari, yang berarti naik 0,09 hari dibanding rata-rata bulan Februari 2004
sebesar 2,09 hari
Universitas Kristen Maranatha
Jumlah Wisman yang datang ke Indonesia Melalui 13 pintu masuk pada bulan Desember 2005 mencapai 312,2 ribu orang BPS : 2005, tingkat
penghunian kamar TPK hotel berbintang di 10 Daerah Tujuan Wisata DTW pada bulan November 2005 mencapai rata-rata 43,75 persen, mengalami
kenaikan 1,91 poin dibanding TPK bulan Oktober 2005 sebesar 41,84 persen. TPK hotel berbintang di Bali bulan November 2005 juga turun dari 41,11 persen
menjadi 38,25 persen, seirama dengan turunnya jumlah wisman ke Bali pada bulan November. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel
berbintang selama bulan November 2005 mengalami penurunan 0,19 hari jika dibanding bulan Oktober 2005, yaitu dari 2,29 hari menjadi 2,10 hari.
Pada November 2005 jumlah wisatawan mancanegara mencapai 261,1 ribu orang. Tingkat penghunian kamar TPK hotel berbintang di 10 Daerah Tujuan
Wisata DTW pada bulan Oktober 2005 mencapai rata-rata 41,84 persen, turun cukup tajam yaitu 10,5 poin dibanding TPK bulan September 2005 sebesar 52,34
persen. Penurunan yang cukup signifikan ini disebabkan antara lain karena pada bulan Oktober 2005 adalah bulan ramadhan 1426 H dan juga adanya pengaruh
dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. TPK hotel berbintang di Bali bulan Oktober 2005 juga turun tajam dari 53,16 persen menjadi 41,11 persen. Seirama
dengan turunnya jumlah wisman ke Bali. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Oktober 2005 mengalami
kenaikan 0,26 hari jika dibanding bulan September 2005, yaitu dari 2,03 hari menjadi 2,29 hari. Pada Bulan Januari 2006 jumlah Wisman mencapai 295,2 ribu
orang, penumpang kereta api 11,83 juta orang, penumpang angkutan laut dalam negeri 1,39 juta orang, penumpang angkutan udara domestik 2,47 juta orang
Universitas Kristen Maranatha
BPS : 2006. Tingkat penghunian kamar TPK hotel berbintang di 10 Daerah Tujuan Wisata DTW pada bulan Desember 2005 mencapai rata-rata 45,31
persen, mengalami kenaikan 1,56 poin dibanding TPK bulan November 2005 sebesar 43,75 persen. TPK hotel berbintang di Bali bulan Desember 2005 naik
dari 38,25 persen menjadi 39,88 persen, seirama dengan naiknya jumlah wisman ke Bali pada bulan Desember. Rata-rata lama menginap tamu asing dan
Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Desember 2005 mengalami penurunan 0,12 hari jika dibanding bulan November 2005, yaitu dari 2,10 hari
menjadi 1,98 hari. www.bps.go.id Kondisi perhotelan jika dilihat secara makro di Indonesia cukup
mengalami peningkatan yang berarti. Peningkatan dapat dilihat dari makin menjamurnya hotel-hotel yang ada di Indonesia, dari hotel-hotel kelas bawah
sampai hotel kelas atas. Masing-masing hotel bersaing untuk melakukan inovasi agar dapat menarik perhatian konsumen, caranya pun sangat beraneka ragam dari
yang positif sampai cara yang negative. Cara yang positif dapat di lihat dari perbaikan sarana hotel, kualitas pelayanan yang diberikan, kebersihan,
kenyamanan, dan dari segi keamanan hotel pun terus di tingkatkan. Selain itu, Industri jasa perhotelan mengalami peningkatan saat ini karena adanya usaha
dari pemerintah dalam membangun dan menciptakan fasilitas-fasilitas yang mendukung perkembangan sektor ini untuk dapat menarik wisatawan-wisatawan
lokal maupun asing untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisatanya.
Universitas Kristen Maranatha
Tabel 1.2 Room Occupancy Rate of Classified Hotel in Ten Main Tourism Province
Destination, 2005
Home
Back to: Tourism Statistics
Selected Tables: Room Occupancy Rate of Classified Hotel in Ten Main Tourism Province Destination, 2005
Year 2005 Province
July August September October November December
North Sumatera 43.10
40.86 39.74
33.40 32.62
40.53 West Sumatera
45.47 40.36
51.93 27.81
48.11 44.52
DKI Jakarta 56.86
59.96 61.73
53.53 53.64
55.53 West Java
40.33 35.17
43.65 35.58
36.14 36.76
Central Java 36.52
32.77 42.39
33.71 44.44
50.28 DI Yogyakarta
55.87 44.45
50.87 33.73
55.52 51.41
East Java 37.10
41.38 48.76
37.28 39.41
38.68 Bali
59.61 55.01
53.16 41.11
38.25 39.88
North Sulawesi 50.76
59.31 59.57
45.58 43.76
42.68 South Sulawesi
33.74 31.34
43.80 25.47
33.82 37.59
Total 50.98
49.37 52.34
41.84 43.75
45.31
Sumber: www.bps.go.id
Iklim di Jawa Barat mempengaruhi minat wisatawan baik, wisatawan lokal maupun wisatawan asing, ini dapat terlihat dari jumlah wisatawan baik lokal
maupun asing pada tahun 2002 sebanyak 1.978 dalam ribuan orang yang ikut
Universitas Kristen Maranatha
juga dengan peningkatan jumlah hotel di kota Bandung . Industri jasa perhotelan di Jawa Barat adalah salah satu industri yang dapat memberikan kontribusi bagi
pemerintah, penyebabnya kontribusi ini kemungkinan karena masih banyaknya tempat-tempat yang masih bernuansakan alam, udara yang baik untuk
penyembuhan beberapa penyakit. Jawa Barat memiliki banyak daerah tujuan wisata, salah satunya adalah Kota Bandung. Di Bandung atau yang sering
disebut Paris van Java sendiri mempunyai ratusan hotel, baik hotel berbintang maupun tidak untuk menunjang kepariwisataan tersebut.
Keunggulan sebuah hotel tidak hanya ditentukan oleh jumlah kamar dan kelas hotelnya saja karena hanya hotel yang mempunyai ciri-ciri yang istimewa
yang akan menarik perhatian pelanggan, baik berupa ciri fisik seperti desain, bangunan maupun interior, tetapi mungkin juga berupa keistimewaan dalam hal
pelayanan yang begitu penting artinya dalam pariwisata. Persaingan antar hotel untuk memperoleh keuntungan pada tingkat yang
diharapkan memerlukan strategi bauran pemasaran yang tepat. Hotel Pesona Bamboe Lembang memiliki keunikan pada arsitektur dan lokasi yang merupakan
daya tarik tersendiri bagi konsumen. Keunikan arsitektur dan lokasi ini merupakan salah satu strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh manajemen
Hotel Pesona Bamboe Lembang untuk mencapai tingkat hunian yang tinggi dan kepuasan konsumen. Heather Gunter dalam artikelnya “ Hotel and Motel
Management “ mengatakan bahwa konsumen tidak memutuskan untuk menginap di suatu hotel karena namanya saja tetapi mereka menilai keunikan,
karakter dan gaya itu penting. Hotel Pesona Bamboe Lembang tidak hanya mengandalkan tamu yang datang langsung atau biasa disebut tamu satuan, tetapi
Universitas Kristen Maranatha
melakukan promosi dengan cara pendekatan berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Misalnya untuk mengadakan acara rapat, seminar, ataupun
untuk kegiatan lainnya. Harga kamar untuk tamu rombongan ini berbeda dengan tamu satuan, yaitu dengan diberikannya potongan harga khusus ataupun dengan
diberikannya berbagai macam pilihan paket promosi. Adapun hal yang sering dikeluhkan oleh konsumen mengenai lalu lintas lokasi sekitar hotel yang macet
bila bertepatan dengan hari libur. Pelaksanaan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan konsumen yaitu dengan mengetahui hubungan antara
bauran pemasaran yang dilaksanakan Hotel Pesona Bamboe Lembang terhadap keputusan konsumen untuk menginap. Setelah itu dapat dilihat variabel mana
dalam bauran pemasaran tersebut yang paling mempengaruhi konsumen untuk menginap di Hotel Pesona Bamboe Lembang. Berdasarkan uraian tersebut di
atas penulis tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Jasa terhadap Keputusan Konsumen untuk Menginap di Hotel Pesona Bamboe
Lembang”.
1.2 Identifikasi Masalah