SUMBER COPING LANDASAN TEORI

C. REMAJA

Sub bab ini menguraikan tentang pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja, tugas-tugas perkembangan masa remaja.

1. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi matang. Papalia, Olds dan Feldman 2009 menyatakan bahwa remaja adalah transisi perkembangan yang terjadi kira-kira pada umur 10 atau 11 tahun sampai awal dua puluh tahun yang meliputi transisi pada ranah fisik, kognitif dan psikososial.

2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Papalia, Olds dan Feldman 2009 menyebutkan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah : a. Masa Peralihan Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap ketahapan berikutnya. b. Masa Pubertas Masa ini ditandai dengan adanya perubahan biologis pada bentuk badan, tinggi badan, berat badan serta tercapainya kematangan seksual. Selain perubahan fisik, terjadi juga perubahan secara psikososial dan kognitif. c. Masa Krisis Tugas utama remaja adalah menghadapi masa krisis dari identitas vs kebingungan identitas. Apabila remaja mengalami kebingungan identitas maka akan menghambat tercapainya kedewasaan secara psikologis. d. Masa Ambang Dewasa Kecenderungan remaja gelisah ketika mendekati usia dewasa. e. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan Streotipe dari lingkungan yang memperngaruhi konsep diri remaja dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri, sehingga menimbulkan ketakutan. f. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti apa yang diharapkannya bukan seperti kenyataanya. g. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa Remaja semakin mendekati usia kematangan yang sah, sehingga remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havinghurs dalam Yusuf 2011 adalah sebagai berikut: a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya b. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita c. Menerima keadaan fisik d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi f. Memilih dan mempersiapkan karier atau pekerjaan g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga h. Mengembangkan keterampilan i. Mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab secara sosial

D. DINAMIKA VARIABEL

Stres adalah keadaan individu ketika menghadapi beban atau situasi mengancam yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya Lazarus dalam Carver dan Smith, 2010. Dalam merespon stres dibutuhkan usaha-usaha yang disebut strategi coping. Strategi coping adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam meregulasi kognitif, emosi atau perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai sebagai beban yang melebihi sumber daya dari orang tersebut Lazarus dan Folkman dalam Hoeman, 2008. Secara umum strategi coping bersifat adaptif dan maladaptif. Svenbjorndottir dan Thorsteinsson 2008 menyatakan strategi coping adaptif melibatkan emosi dan masalah seperti mengubah situasi atau mengolah masalah, menyesuaikan atau mengkontrol emosi. Strategi coping maladaptif berfokus pada emosi dan tidak berfokus pada masalah. Svenbjorndottir dan Thorsteinsson 2008 mengkelompokkan jenis-jenis strategi coping yang termasuk strategi coping yang bersifat adaptif dan strategi coping yang bersifat maladaptif. Strategi coping yang bersifat adaptif meliputi stoicismdistraksi, mencari dukungan sosial dan self-care. Strategi coping yang bersifat maladaptif meliputi ruminasi dan acting-out. Setiap orang aktif memilih strategi untuk menghadapi stres Welten, Iloyd, Dunn, dan Hammer, 2009. Lazarus dan Folkman dalam Brannon dan Feist, 2013 menyatakan seseorang memilih dan menggunakan strategi coping dengan bergantung sumber yang tersedia dari lingkungan. Geldard dan Geldard 2010 menyatakan kualitas dan kekuatan yang mempengaruhi atau mendorong individu dalam memilih dan menggunakan coping disebut sumber coping. Sumber coping tersebut di antaranya adalah optimisme, harga diri, hardiness, sense of coherence, self efficacy, dan dukungan sosial Adler, Repetti, Taylor, dan Seeman dalam Taylor dan Stanton, 2007; Folkman et al dalam Brannon dan Feist, 2013; Fryor dalam Hoeman, 2008; serta Geldard dan Geldard, 2010. Individu optimis mempunyai ekspektasi positif terhadap sesuatu hal Scheier dan Carver dalam Hoeman 2008 dan lebih merasa didukung secara sosial serta mengalami tingkat depresi rendah dibandingkan dengan individu pesimis Scheier dan Carver dalam Morton et all 2014. Individu optimis lebih mampu untuk menyelesaikan permasalahan, membuat rencana atau mengelola secara lebih efektif permasalahan yang dihadapinya Van Dinter, Dochy dan Segers dalam Morton, 2014. Individu pesimis cenderung mempunyai ekspektasi rendah, merasa gagal dan mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi Coving dalam Bembenutty, 2011. Oleh karena itu, individu optimis ketika berhadapan dengan stres lebih memilih untuk mengatasi peristiwa atau langsung mengubah situasi menjadi lebih baik, sedangkan individu pesimis tidak berusaha untuk menyelesaikan situasi stres. Demikian diasumsikan bahwa individu yang optimis akan mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, self care, dan mencari dukungan sosial. Individu yang pesimis diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu ruminasi, dan acting out . Maddi dalam Kardun, Knezevic, dan Krapic, 2012 menjelaskan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi terlibat secara aktif dalam menghadapi peristiwa di kehidupannya, baik peristiwa positif atau negatif. Di sisi lain, individu yang mempunyai hardiness rendah lebih cenderung untuk menarik diri dari situasi kehidupannya, mempersepsikan bahwa situasi tersebut merupakan ancaman dan tidak berusaha mengatasi atau menyelesaikan situasi tersebut. Kobasa dan Pucceti dalam Thomasson et al, 2015 menyatakan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih mampu menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor sebagai tantangan yang harus dihadapi. Individu dengan hardiness yang tinggi juga mau terlibat dalam situasi apapun, sehingga lebih mampu mencari dukungan sosial dibandingkan dengan individu yang mempunyai