Pengertian Remaja Ciri-Ciri Masa Remaja
Individu pesimis cenderung mempunyai ekspektasi rendah, merasa gagal dan mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi Coving dalam
Bembenutty, 2011. Oleh karena itu, individu optimis ketika berhadapan dengan stres lebih memilih untuk mengatasi peristiwa atau langsung
mengubah situasi menjadi lebih baik, sedangkan individu pesimis tidak berusaha untuk menyelesaikan situasi stres. Demikian diasumsikan bahwa
individu yang optimis akan mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping
yang bersifat adaptif yaitu stoicism, self care, dan mencari dukungan sosial. Individu yang pesimis diprediksi mempunyai skor yang
tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu ruminasi, dan acting out
. Maddi dalam Kardun, Knezevic, dan Krapic, 2012 menjelaskan
bahwa individu dengan hardiness yang tinggi terlibat secara aktif dalam menghadapi peristiwa di kehidupannya, baik peristiwa positif atau negatif.
Di sisi lain, individu yang mempunyai hardiness rendah lebih cenderung untuk menarik diri dari situasi kehidupannya, mempersepsikan bahwa
situasi tersebut merupakan ancaman dan tidak berusaha mengatasi atau menyelesaikan situasi tersebut. Kobasa dan Pucceti dalam Thomasson et
al, 2015 menyatakan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih mampu menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor
sebagai tantangan yang harus dihadapi. Individu dengan hardiness yang tinggi juga mau terlibat dalam situasi apapun, sehingga lebih mampu
mencari dukungan sosial dibandingkan dengan individu yang mempunyai
hardiness rendah. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang
mempunyai hardiness tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping
adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Individu yang mempunyai hardiness rendah mempunyai skor yang tinggi
pada strategi coping maladaptif yaitu acting out dan ruminasi. Individu yang memiliki self efficacy tinggi percaya terhadap
kemampuannya sendiri untuk melakukan atau menyelesaikan segala sesuatu. Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi mampu
melakukan coping efektif dalam menghadapi situasi atau stresor Hoeman, 2008. Van Dinter, Dochy dan Segers dalam Morton, 2014 menyatakan
bahwa individu yang mempunyai self efficacy tinggi mampu menyelesaikan permasalahan, membuat perencanaan atau mengelola
secara lebih efektif serta mempunyai ekspektasi lebih positif. Individu dengan self efficacy yang rendah ketika menghadapi stres misal: stres
akibat pekerjaan rumah akan cenderung melakukan prokrastinasi dan memiliki pemikiran dan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri
ruminasi Burka, Schraw, Wadkins, Olafson dalam Bembenutty, 2011. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang memiliki self efficacy
tinggi mempunyai skor tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care, sedangkan individu
yang memiliki self efficacy rendah diprediksi mempunyai skor tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.