DINAMIKA VARIABEL LANDASAN TEORI

Rosenberg dalam Rosenberg, Morris, dan Owens, 2001 menyatakan bahwa individu dengan harga diri tinggi bersikap menghargai dirinya dan merasa layak, bangga dan puas terhadap dirinya. Individu dengan harga diri rendah bersikap tidak menghargai dirinya, merasa bersalah, lemah dan merasa tidak berguna. Fairburn et al dalam Bardone, Abramson, Vohs, dan Hatherton, 2000 menyatakan bahwa individu dengan harga diri rendah diasosiasikan dengan ketidakpuasan diri misalnya perilaku diet. Lebih lanjut, individu yang mempunyai harga diri rendah lebih ruminatif dibandingkan dengan individu yang mempunya harga diri tinggi Neff, Vonk dalam Hill, 2011. Kuster, Orth dan Meier 2012 juga menyatakan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi ketika berhadapan dengan situasi stres merasa kompeten dan percaya diri untuk menghadapi situasi tersebut. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai harga diri rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi. Individu dengan sense of coherence SOC kuat ketika berhadapan dengan stresor akan termotivasi untuk melakukan coping, mengatasi stresor, menghadapi stressor, percaya bahwa hal tersebut adalah tantangan. Sebaliknya individu dengan sense of coherence lemah ketika berhadapan dengan stres akan kurang termotivasi untuk mengatasi, menghadapi stresor serta mengganggap bahwa stresor tersebut adalah ancaman Antonovsky dalam Hoeman 2008. Individu dengan sense of coherence kuat mampu menghadapi stres karena individu tersebut mampu memahami peristiwa dan menemukan makna didalam setiap peristiwa yang dialami Antonovsky dalam Tedeschi dan Calhoun, 2004. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa individu yang mempunyai sense of coherence tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai sense of coherence rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi. Selanjutnya Hoeman 2008 mengungkapkan individu yang merasa menerima dukungan sosial akan menerima banyak dorongan dan nasehat kearah yang lebih baik atau sehat. Dukungan sosial juga memberikan penyangga bagi seseorang untuk menghadapi stres. Nolem dan Larson dalam Tedeschi dan Calhoun, 2004 menyatakan individu dengan dukungan sosial rendah adalah orang yang melakukan coping ruminatif, karena individu tersebut merasa tidak nyaman untuk bercerita kepada orang lain. Lebih lanjut, Bolger, Zuckerner, dan Kessler dalam Taylor et al, 2004 menyatakan bahwa dukungan sosial sering diasosiasikan dengan distres yang rendah karena individu mengekspresikan kebutuhannya kepada orang lain. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang mempunyai dukungan sosial tinggi diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai dukungan sosial rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi. Berdasarkan uraian di atas diasumsikan bahwa sumber coping berkorelasi dengan strategi coping. Individu yang mempunyai sumber coping self esteem, hardiness, sense of coherence, self efficacy, optimisme dan dukungan sosial yang tinggi diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif stoicsm, mencari dukungan sosial dan self care.

E. SKEMA PENELITIAN

Sub bab ini menggambarkan skema penelitian korelasi sumber coping dan strategi coping Korelasi Positif Korelasi Negatif a. Harga Diri b. Optimisme c. Hardiness d. Self efficacy e. Sense of coherence f. Dukungan Sosial Strategi coping Adaptif Coping -Stoicismdistraction - Self care - Mencari dukungan sosial. Sumber Coping Maladaptif Coping - Ruminasi - Acting Out

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Sumber coping optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy, sense of coherence, dan dukungan sosial berkorelasi positif dengan strategi coping adaptif distraksistoicism, self care, dan mencari dukungan sosial 2. Sumber coping optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy, sense of coherence, dan dukungan sosial berkorelasi negatif dengan strategi coping maladaptif ruminasi dan acting out. 24

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan metode analisis data.

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi Santoso, 2010 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sumber coping optimisme, harga diri, self efficacy, hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial dengan strategi coping pada remaja.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah 1. Variabel Pertama : Variabel pertama dalam penelitian ini adalah sumber coping yang terdiri dari : harga diri, optimisme, personal hardiness, self efficacy, sense of coherence dan dukungan sosial 2. Variabel Kedua : Variabel kedua dalam penelitian ini adalah strategi coping yang terdiri dari : coping adaptif dan coping maladaptif.

A. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Sumber Coping

Sumber coping adalah kekuatan dan kualitas yang mempengaruhi atau mendorong individu dalam memilih dan menggunakan coping. Sumber coping tersebut yaitu optimisme, self efficacy, personal hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial diukur dengan skala yang disusun oleh Rosenberg 1965, Scheier dan Carver 1994, Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer 1979, Kobasa Quellete 1985, Antonovsky 1987 serta Pracidano dan Heller 1983. Perolehan skor yang tinggi pada skala sumber coping menunjukkan bahwa subjek mempunyai sumber coping optimisme, harga diri, self efficacy, personal hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial yang tinggi, sedangkan perolehan skor yang rendah pada skala sumber coping menunjukkan bahwa subjek mempunyai sumber coping optimisme, harga diri, self efficacy, personal hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial yang rendah.

2. Strategi Coping

Strategi coping adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam meregulasi kognitif, emosi atau perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai sebagai beban yang melebihi sumber daya dari orang tersebut, yang diukur dengan skala MACS The Measure Coping Strategies yang disusun oleh Sigrun Sveinbjornsdottir 2014.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek adalah remaja yang berusia 11 sampai 20 tahun Papalia, Olds, dan Feldman, 2009. Mereka adalah pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Ungaran, Jawa Tengah. Pemilihan subjek memakai metode non probability purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri tertentu yang berkaitan dengan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya Ary, Jacobs, Sorensen, Walker, 2014. Peneliti menggunakan pusposive sampling sebagai metode pengambilan subjek karena peneliti mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk dijadikan sampel penelitian yaitu remaja usia 13-20 tahun yang berpendidikan. Pemilihan subjek tersebut dikarenakan remaja dengan pendidikan yang lebih tinggi diindikasikan lebih stress dibandingkan dengan remaja yang pendidikannya rendah. Remaja dengan pendidikan yang tinggi lebih mempunyai beban dan tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan dengan remaja yang pendidikannya rendah Suldo et all , 2009 . C. METODE PENGUMPULAN DATA Metode yang digunakan adalah metode survei. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sumber coping yang terdiri dari skala harga diri, skala self efficacy, skala sense of coherence, skala