Studi korelasi sumber coping dan strategi coping pada remaja.
vii
STUDI KORELASI SUMBER COPING DAN STRATEGI COPING
PADA REMAJA
Dwi Agnes Setiani
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dengan strategi coping
adaptif (stoicism/distraksi, seeking social support, self care) dan maladaptif (acting out dan ruminasi) pada remaja. Penelitian berjenis kuantitatif korelasi menggunakan teknik analisis korelasi Spearman Rho. Subjek penelitian adalah 50 remaja laki-laki dan 50 remaja perempuan pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Ungaran, Jawa Tengah. Analisis hasil menunjukkan hubungan signifikan antara masing-masing sumber coping dengan masing-masing strategi coping adaptif dan maladaptif (p < 0,05).
(2)
viii
Corelation Study Source of Coping and Coping Strategy among Adolescents
Dwi Agnes Setiani
Abstract
This research aims to find out correlation between source of coping (optimism, self esteem, sense of coherence, self efficacy, hardiness and social support) and adaptif coping strategies (stoicism/distraction, seeking social support, and self care) as well as maladaptive coping strategies (acting out and rumination). The Research design used for this research is quantitative corelation, using Spearman Rho Corelation. Subjects are 50 adolescent males and 50 female or both high schools and universities in Ungara. The Results show there are significant correlations between each source of coping and each adaptif coping strategies or maladaptive coping strategies (p<0,05).
(3)
i
STUDI KORELASI SUMBER COPING DAN STRATEGI COPING PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh : Dwi Agnes Setiani
119114157
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN MOTTO
Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku
-Wahyu 3: 2
Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan
-Mazmur 16:11
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan kepada yang telah mengasihi Dia
(7)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kasih dan
kekuatan bagi saya sepanjang perjalanan hidup yang
telah saya dilalui
Keluarga saya yang telah memberikan makna yang
luar biasa bagi kehidupan saya
Sahabat, teman , orang-orang yang mendukung,
mendoakan dan membantu saya dalam penyelesaian
(8)
(9)
vii
STUDI KORELASI SUMBER COPING DAN STRATEGI COPING
PADA REMAJA
Dwi Agnes Setiani
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara sumber coping (optimisme, harga diri,
sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dengan strategi coping adaptif (stoicism/distraksi, seeking social support, self care) dan maladaptif (acting out dan ruminasi) pada remaja. Penelitian berjenis kuantitatif korelasi menggunakan teknik analisis korelasi Spearman Rho.
Subjek penelitian adalah 50 remaja laki-laki dan 50 remaja perempuan pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Ungaran, Jawa Tengah. Analisis hasil menunjukkan hubungan signifikan antara masing-masing sumber coping dengan masing-masing strategi coping
adaptif dan maladaptif (p < 0,05).
(10)
viii
Corelation Study Source of Coping and Coping Strategy among Adolescents
Dwi Agnes Setiani
Abstract
This research aims to find out correlation between source of coping (optimism, self esteem, sense of coherence, self efficacy, hardiness and social support) and adaptif coping strategies (stoicism/distraction, seeking social support, and self care) as well as maladaptive coping strategies (acting out and rumination). The Research design used for this research is quantitative corelation, using Spearman Rho Corelation. Subjects are 50 adolescent males and 50 female or both high schools and universities in Ungara. The Results show there are significant correlations between each source of coping and each adaptif coping strategies or maladaptive coping strategies (p<0,05).
(11)
(12)
(13)
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Studi Korelasi Sumber Coping dan Strategi Coping” Puji Tuhan dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.,selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Dr. A. Priyono Marwan, S. J., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Carolus Wijoyo Adinugroho, M.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan arahan dan bimbingan selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak pengalaman, pelajaran dan pengetahuan selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
(14)
xi
6. Staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu melancarkan proses pembelajaran selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Kedua Orang tua penulis, Budiono Kumala dan Kumarsih. Terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa, dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
8. Adikku, Dwi Agnes Setiana. Terimakasih telah menjadi teman seperjuangan
dalam perjalanan hidup ini. “Mari Wujudkan Cita-Cita Kita”
9. Tante Tjitra Sasanti dan tante Sri Hartati. Terimakasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
10.Para suster-suster AK (Sr. M Ambrosia, Sr. M. Don Bosco, Sr. M. Angelina, Sr. M. Theresida, Sr. M. Bertha, Sr. M. Yacobi, Sr. M. Felisitas, dan Sr. M. Rosari yang selalu mendampingi dan memberikan pembelajaran hidup pada penulis. 11.Teman-teman UKF Basket Psikologi, Ex. Pelangi, BEMF 2013-2014, RASS, dan
Angkatan 2011
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 15 Oktober 2015 Penulis
(15)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIA ... ix KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritis... 5
2. Manfaat Praktis ... 6
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7
(16)
xiii
1. Pengertian Strategi Coping ... 7
2. Pendekatan Strategi Coping ... 7
B. Sumber Coping ... 10
1. Pengertian dan Macam-Macam Sumber Coping ... 10
C. Remaja ... 13
1. Pengertian Remaja ... 13
2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 13
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 14
D. Dinamika Variabel ... 15
E. Skema Penelitian ... 22
F. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Variabel Penelitian ... 24
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25
D. Subjek Penelitian ... 25
E. Metode Pengumpulan Data ... 26
F. Alat Pengumpulan Data ... 27
G. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas ... 37
1. Validitas ... 37
2. Seleksi Item ... 38
3. Reliabilitas ... 42
(17)
xiv
A. Pelaksanaan Penelitian ... 44
B. Deskripsi Subjek ... 44
C. Hasil Penelitian ... 45
1. Uji Asumsi ... 45
a. Uji Normalitas ... 45
b. Uji Linearitas ... 47
D. Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
1. Kesimpulan ... 54
2. Saran ... 54
1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 54
2. Bagi Remaja... 55
3. Bagi Pendamping Remaja... 55
(18)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Item Positif Skala Harga Diri ... 28
Tabel 2. Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Item ... 28
Tabel 3. Skor Item Positif Skala Optimisme ... 29
Tabel 4. Skor Item Negatif Skala Optimisme ... 29
Tabel 5. Blue Print Skala Optimisme Sebelum Seleksi Item ... 30
Tabel 6. Skor Item Positif Skala Hardiness ... 30
Tabel 7. Blue Print Skala Hardiness Sebelum Seleksi Item ... 31
Tabel 8. Skor Item Positif Skala Self Efficacy ... 32
Tabel 9. Blue Print Skala Self Efficacy Sebelum Seleksi Item ... 32
Tabel 10. Skor Item Positif Skala Sense of Coherence ... 33
Tabel 11. Skor Item Negatif Skala Sense of Coherence ... 33
Tabel 12. Blue Print Skala Sense of Coherence Sebelum Seleksi Item... 34
Tabel 13. Skor Item Positif Skala Dukungan Sosial... 35
Tabel 14. Blue Print Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Item ... 35
Tabel 15. Skor Item Positif Skala Strategi Coping MACS ... 36
Tabel 16. Blue Print Skala Strategi Coping MACS Sebelum Seleksi Item. 39 Tabel 17. Blue Print Skala Optimisme Setelah Seleksi Item... 39
Tabel 18. Blue Print Skala Self Efficacy Setelah Seleksi Item ... 39
Tabel 19. Blue Print Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item ... 40
Tabel 20. Blue Print Skala Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item ... 40
(19)
xvi
Tabel 22. Blue Print Skala Hardiness Setelah Seleksi Item ... 41
Tabel 23. Blue Print Skala Strategi Coping MACS Setelah Seleksi Item ... 42
Tabel 24. Deskripsi Subjek Penelitian ... 45
Tabel 25. Uji Normalitas ... 45
Tabel 26. Uji Linearitas ... 47
(20)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian A-B ... 61
Lampiran 2. Skala Penelitian B-A ... 83
Lampiran 3 Relibilitas ... 105
Lampiran 5 Uji Normalitas ... 114
Lampiran 6 Uji Linearitas ... 115
(21)
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang
Stres merupakan bagian pengalaman manusia (Webber, 2013). Stres dialami di dunia pekerjaan, pendidikan, olahraga dan kehidupan sehari-hari. Survei menunjukkan bahwa 62% dari 14.387 sampel pekerja di 12 negara menderita stres tingkat tinggi (Prihantoro, 2015). Artiyono (2015) menyebutkan bahwa tingkat stres yang tinggi dialami oleh pekerja dengan profesi tertentu: tingkat stres pemadam kebakaran 71,59%, angkatan bersenjata 70,78% , pilot 60,46%, polisi 50,82%, selebriti 50,33%, penyiar radio 50,30%, event organizer 49,93%, jurnalis foto 49,22% dan reporter koran 48,76%. Delisa (2013) menuliskan bahwa 80% anak didik Indonesia mengalami stres akibat pendidikan. Moeslim (2015) juga melaporkan bahwa 50% pemain club sepak bola Sriwijaya FC mengalami stres berat karena PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) dibekukan.
Lazarus (dalam Carver dan Smith, 2010) mendefinisikan stres sebagai keadaan individu ketika menghadapi beban atau situasi mengancam yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Maramis (dalam Sunaryo, 2004) menjabarkan mengenai sumber-sumber yang dapat menyebabkan stres. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi adalah kondisi seseorang ketika merasa terhalang atau
(22)
mengalami kegagalan dalam mencapai tujuannya. Konflik adalah kondisi seseorang ketika tidak bisa memilih antara dua atau lebih tujuan atau keinginan. Tekanan adalah kondisi seseorang ketika merasa terbebani. Krisis adalah kondisi mendadak yang dialami oleh seseorang.
Manusia menghadapi stress dengan aneka strategi coping. Strategi coping tersebut dilakukan dengan meregulasi pikiran, emosi, perilaku, fisiologi atau lingkungan. Lazarus dan Folkman (dalam Compas, Smith, Saltzman, Thomsen dan Wardsword, 2001) mengungkapkan 2 pendekatan strategi coping yaitu
problem focused coping dan emotion focusedcoping.
Penelitian mengenai strategi coping oleh Lapierre dan Allen (2006), Hamdiana (2009) dan Zur (2005) berfokus pada pendekatan strategi problem
focused coping dan emotional focused coping serta mengidentifikasi jenis
strategi coping. Zur (2005) mengungkapkan bahwa dalam menghadapi stres penggunaan strategi problem focused coping lebih sering dibandingkan dengan emotion focused problem coping. Lapierre dan Allen (2006) menilai
problem focused coping lebih efektif dalam menyelesaikan konflik
kerja-keluarga. Penelitian Hamdiana (2009) menunjukkan bahwa strategi problem
focused coping dan emotion focused coping lebih banyak digunakan oleh
lansia yang tinggal di panti jompo daripada lansia yang tinggal dengan keluarga.
Setiap orang aktif memilih strategi coping (Welten, Iloyd, Dunn dan Hammer, 2009). Lazarus dan Folkman 1984 (dalam Brannon dan Feist, 2013) menyatakan seseorang memilih dan menggunakan strategi coping dengan
(23)
bergantung pada sumber yang coping personal dan eksternal yang tersedia di lingkungannya. Sumber coping personal tersebut adalah personal hardiness dan sumber coping eksternal adalah dukungan sosial. Lazarus (dalam Geldard dan Geldard, 2010) mendefinisikan sumber coping sebagai kualitas dan kekuatan yang mendorong seseorang untuk memilih dan menggunakan strategi coping. Sumber coping tersebut terdiri dari self esteem dan optimisme. Fryor (dalam Hoeman, 2008) menyatakan bahwa sumber coping terdiri dari
sense of coherence, self efficacy, hardiness, dan optimisme.
Berbagai literature tersebut memahami sumber coping secara teoritis, parsial dan tanpa penjelasan empiris. Kenyataan ini mendorong penelitian memilih masalah sumber coping. Penelitian sumber coping sangat penting karena mengenalkan kualitas dan kekuatan pendorong pemilihan dan penggunaan strategi coping tertentu. Selanjutnya dengan mengenal kualitas dan pendorong pemilihan strategi coping maka dapat digunakan sebagai sarana mengembangkan strategi coping yang lebih adaptif melalui sumber
coping yang terdapat pada setiap diri individu. Secara khusus pengetahuan
mengenai sumber coping dapat digunakan sebagai sarana intervensi psikologis terhadap penggunaan strategi coping yang lebih adaptif.
Penelitian ini memilih subjek remaja karena dua pertimbangan. Pertama, masa remaja merupakan masa transisi pada ranah kognitif, emosi, sosial, dan perubahan fisik (Seiffge, et all dalam Thorsteinsson, Riyan, dan Sveinbjorndottir, 2013., dan Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Pada masa ini, remaja menjadi lebih sensitif terhadap stres dibandingkan anak-anak dan
(24)
dewasa. Hal tersebut dikarenakan terjadinya perubahan neuroendokrin yang menghasilkan perubahan hormon (Romeo dalam Thorsteinsson, Riyan, dan Sveinbjorndottir, 2013; dan Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Kedua, remaja juga mempunyai tugas-tugas perkembangan untuk mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya; untuk menerima keadaan fisik; dan untuk mempersiapkan kemandirian secara ekonomi, pekerjaan, pernikahan, kehidupan keluarga serta pengembangan keterampilan (Havinghurt dalam Yusuf, 2011). Kondisi transisi perkembangan dan tugas-tugas perkembangan pada remaja tersebut menjadi sumber stres jika tidak ditangani dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sumber
coping yang telah disebutkan dalam literatur diatas yaitu (optimisme, harga
diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dan hubungannya dengan strategi coping adaptif dan maladaptif pada remaja.
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self
efficacy, dan hardiness dan dukungan sosial) berkorelasi dengan
strategi coping stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care,
acting out, dan ruminasi pada remaja?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1. Melihat korelasi antara sumber coping (optimisme, harga diri, sense of
(25)
coping adaptif (stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care) dan maladaptif (acting out dan ruminasi) pada remaja
2. Memberikan gambaran secara lebih jelas mengenai korelasi masing-masing sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self
efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dan masing-masing strategi
coping stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care, acting
out, dan ruminasi pada remaja.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis maupun manfaat teoritis. 1. Manfaat Teoritis
- Memberikan sumbangan informasi pada bidang psikologi mengenai hubungan antara sumber-sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dan strategi coping stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial, self care, acting out, dan ruminasi pada remaja. 2. Manfaat Praktis
- Penelitian ini dapat memberi informasi kepada remaja terkait dengan sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence,
self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) yang dimiliki dan
(26)
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan sub-sub bab strategi coping, sumber coping, remaja dan dinamika strategi coping dengan sumber coping.
A. STRATEGI COPING
Sub bab ini menguraikan pengertian strategi coping dan pendekatan strategi coping
1. Pengertian Strategi Coping
Strategi coping adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam meregulasi kognitif, emosi atau perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai sebagai beban yang melebihi sumber daya dari orang tersebut (Lazarus dan Folkman dalam Hoeman, 2008). Peneliti menggunakan teori coping Lazarus dan Folkman (1984) karena teori tersebut mempunyai komponen lengkap dalam mendefinisikan coping pada aspek kognitif, emosi dan perilaku
2. Pendekatan Strategi Coping
Lazarus dan Folkman (dalam Compas, Smith, Compas, Saltzman, Thomsen dan Wadsworth, 2001) mengungkapkan 2 pendekatan strategi coping yaitu :
a. Problem Focused Coping
Problem Focused Coping adalah strategi coping yang mirip
dengan taktik pemecahan masalah. Strategi ini mencakup upaya mendefinisian masalah, menghasilkan solusi alternatif,
(27)
mempertimbangkan kerugian dan manfaat dari berbagai tindakan, mengambil tindakan untuk mengubah apa yang ingin diubah, dan belajar keterampilan baru.
a. Emotion Focused Coping
Emotion Focused Coping adalah strategi yang mengarah
pada penurunan tekanan emosional. Strategi tersebut termasuk
coping menjaga jarak, menghindari, menyalahkan, meminimalkan,
berfantasi, mencari dukungan sosial, berolahraga, dan bermeditasi. Dalam penelitian ini, peneliti memilih teori strategi coping yang dikembangkan oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984). Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) mengembangkan instrumen yang disebut The Measure Adolescent Coping
Strategies (MACS). The Measure Adolescent Coping Strategies adalah
instrumen yang dikembangkan untuk mengukur strategi coping. Instrumen MACS mempunyai 2 dimensi yaitu dimensi tingkat pertama dan tingkat kedua. Dimensi tingkat pertama terdiri dari jenis strategi-strategi coping MACS, sedangkan tingkatan kedua merupakan pengelompokan sifat dari jenis-jenis strategi coping.
Dimensi tingkat pertama terdiri dari:
a. Stoicism/Distraksi
Stoicism atau distraksi adalah cara individu mengatasi
peristiwa stres tanpa mencoba untuk menyelesaikan permasalahan atau secara langsung mengubah situasi menjadi
(28)
lebih baik. Individu sadar akan situasi stres tetapi mencoba untuk mendistraksi dirinya dengan cara menonton televisi atau bermain.
b. Acting out
Acting out adalah cara individu mengatasi stres dengan cara
merusak orang lain dan diri sendiri. Perilaku ini misalnya perilaku agresif, menggunakan alkohol, narkoba, dan berteriak teriak. Acting out hampir mirip dengan stoicism, namun acting out tidak berusaha untuk mengatasi situasi stres.
c. Ruminasi
Ruminasi adalah cara individu mengatasi stres dengan memikirkan dan mengkhayalkan masalah, serta tidak menyelesaikan situasi stres.
d. Mencari dukungan sosial
Mencari dukungan sosialadalah cara mengatasi situasi stres dengan aktif pada masalah yaitu dengan bercerita ke orang lain, mencari nasihat dan mendapatkan ide dengan tujuan menghilangkan beban.
e. Self care
Self care adalah strategi coping yang melibatkan
kepedulian pada fisik dan psikologis. Situasi stres tidak diselesaikan atau langsung mengatasi masalah.
(29)
Dimensi tingkat kedua terdiri dari:
a. Coping adaptif
Coping yang melibatkan emosi dan masalah seperti
mengubah situasi atau mengolah masalah, menyesuaikan atau mengkontrol emosi yang berkaitan dengan masalah. Coping adaptif MACS meliputi stoicism/distraksi, self care, dan mencari dukungan sosial.
b. Coping maladaptif
Coping yang berfokus pada emosi dan tidak berfokus pada
masalah, menjauhi dan tidak mendekati masalah. Coping maladaptif MACS yaitu acting out dan ruminasi (Sveinbjornsdottir dan Thorsteinsson, 2014).
B. SUMBER COPING
Sub bab ini menguraikan tentang pengertian sumber coping dan macam-macam sumber coping beserta pengertiannya.
Adler, Repetti, Taylor, dan Seeman (dalam Taylor dan Stanton, 2007) juga mengungkapkan mengenai sumber coping personal dan sosial yaitu optimisme, harga diri, dan dukungan sosial. Fryor (dalam Hoeman, 2008) menyatakan sumber coping adalah sense of coherence, self efficacy, hardiness, dan optimisme. Folkman et al (dalam Brannon dan Feist, 2013) mengungkapkan sumber coping terdiri dari personal hardiness dan dukungan sosial.
(30)
Geldard dan Geldard (2010) mengungkapkan bahwa sumber
coping adalah kualitas dan kekuatan yang mempengaruhi atau
mendorong seseorang untuk memilih dan menggunakan coping. Sumber coping tersebut terdiri dari harga diri dan optimisme .
Sumber coping tersebut saling berhubungan satu sama lain. Konsep pertama adalah harapan. Harapan tidak dapat menentukan terjadinya hasil. Namun ditentukan oleh internalisasi keyakinan/ sikap diri sendiri dan kekuatan eksternal. Selanjutnya muncul konsep sense of coherence yang merupakan cara seseorang memahami dan mengelola rangsangan yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Konsep tersebut dinilai tumpang tindih dengan hardiness karena memiliki komponen yang mirip dengan tantangan, kontrol dan komitmen.
Konstruk tersebut kemudian dikembangkan secara lebih multidimensional yang disebut dengan kompetensi diri. Kompetensi diri merupakan konstruk yang berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalah. Keterampilan dan kemampuan diri merupakan konstruk yang berkaitan dengan self efficacy, yaitu kepercayaan bahwa seseorang mampu menyelesaikan pencapaian hasil tertentu.
Self efficacy juga erat kaitannya dengan harga diri. Harga diri
dibentuk dari penilaian atau perbandingan sosial dan atribusi diri yaitu evaluasi dan atribusi terhadap pengalaman self efficacy yaitu
(31)
keberhasilan dan kegagalan dalam diri. Individu mengevaluasi diri dengan melibatkan emosi dan koneksi sosial. Demikian evaluasi diri melibatkan dukungan sosial. Dukungan sosial mampu memberikan tuntutan peran bagi individu, yang akhirnya membentuk identitas sosial (Turner dan Roszell, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa sumber coping menurut Adler, Repetti, Taylor, dan Seeman (dalam Taylor dan Stanton, 2007; Fryor dalam Hoeman, 2008; Folkman et al dalam Brannon dan Feist, 2013; serta Geldard dan Geldard, 2010) adalah
a. Harga diri
b. Self efficacy
c. Sense of coherence
d. Optimisme
e. Personal hardiness
f. Dukungan Sosial
Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing sumber coping:
a. Harga diri
Harga diri didefinisikan sebagai sikap positif atau negatif terhadap diri (Rosenberg dalam Taylor dan Stanton, 2007).
(32)
Self efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian (Bandura dalam Hoeman, 2008).
c. Sense of coherence
Sense of coherence (SOC) adalah orientasi global
terhadap dunia. Individu memandang dunia secara kontinum yaitu sebagai sesuatu yang dipahami, dikelola dan dimaknai (Antonovsky dalam Hoeman, 2008).
d. Optimisme
Optimisme adalah harapan bahwa hal-hal yang baik akan terjadi pada dirinya (Scheier dalam Brannon dan Feist, 2013).
e. Hardiness
Hardiness didefinisikan sebagai sumber daya yang
tahan terhadap situasi stres. Hardiness memiliki tiga dimensi yang saling terkait, yaitu komitmen, kontrol dan tantangan (Kobasa, Maddi dan Khan dalam Hoeman, 2008).
f. Dukungan sosial
Dukungan sosial didefinisikan sebagai persepsi atau pengalaman individu untuk dicintai, dipedulikan, dihargai oleh orang lain (Wills dalam Taylor dan Stanton, 2007).
(33)
C. REMAJA
Sub bab ini menguraikan tentang pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja, tugas-tugas perkembangan masa remaja.
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi matang. Papalia, Olds dan Feldman (2009) menyatakan bahwa remaja adalah transisi perkembangan yang terjadi kira-kira pada umur 10 atau 11 tahun sampai awal dua puluh tahun yang meliputi transisi pada ranah fisik, kognitif dan psikososial.
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
Papalia, Olds dan Feldman (2009) menyebutkan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah :
a. Masa Peralihan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap ketahapan berikutnya.
b. Masa Pubertas
Masa ini ditandai dengan adanya perubahan biologis pada bentuk badan, tinggi badan, berat badan serta tercapainya kematangan seksual. Selain perubahan fisik, terjadi juga perubahan secara psikososial dan kognitif.
(34)
c. Masa Krisis
Tugas utama remaja adalah menghadapi masa krisis dari identitas vs kebingungan identitas. Apabila remaja mengalami kebingungan identitas maka akan menghambat tercapainya kedewasaan secara psikologis.
d. Masa Ambang Dewasa
Kecenderungan remaja gelisah ketika mendekati usia dewasa. e. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Streotipe dari lingkungan yang memperngaruhi konsep diri remaja dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri, sehingga menimbulkan ketakutan.
f. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti apa yang diharapkannya bukan seperti kenyataanya.
g. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Remaja semakin mendekati usia kematangan yang sah, sehingga remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havinghurs dalam Yusuf (2011) adalah sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya b. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita
(35)
c. Menerima keadaan fisik
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi
f. Memilih dan mempersiapkan karier atau pekerjaan g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga h. Mengembangkan keterampilan
i. Mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab secara sosial
D. DINAMIKA VARIABEL
Stres adalah keadaan individu ketika menghadapi beban atau situasi mengancam yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Lazarus dalam Carver dan Smith, 2010). Dalam merespon stres dibutuhkan usaha-usaha yang disebut strategi coping. Strategi coping adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam meregulasi kognitif, emosi atau perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai sebagai beban yang melebihi sumber daya dari orang tersebut (Lazarus dan Folkman dalam Hoeman, 2008).
Secara umum strategi coping bersifat adaptif dan maladaptif. Svenbjorndottir dan Thorsteinsson (2008) menyatakan strategi coping adaptif melibatkan emosi dan masalah seperti mengubah situasi atau mengolah masalah, menyesuaikan atau mengkontrol emosi. Strategi
coping maladaptif berfokus pada emosi dan tidak berfokus pada masalah.
(36)
strategi coping yang termasuk strategi coping yang bersifat adaptif dan strategi coping yang bersifat maladaptif. Strategi coping yang bersifat adaptif meliputi stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial dan self-care. Strategi coping yang bersifat maladaptif meliputi ruminasi dan acting-out. Setiap orang aktif memilih strategi untuk menghadapi stres (Welten, Iloyd, Dunn, dan Hammer, 2009). Lazarus dan Folkman (dalam Brannon dan Feist, 2013) menyatakan seseorang memilih dan menggunakan strategi coping dengan bergantung sumber yang tersedia dari lingkungan.
Geldard dan Geldard (2010) menyatakan kualitas dan kekuatan yang mempengaruhi atau mendorong individu dalam memilih dan menggunakan coping disebut sumber coping. Sumber coping tersebut di antaranya adalah optimisme, harga diri, hardiness, sense of coherence, self
efficacy, dan dukungan sosial (Adler, Repetti, Taylor, dan Seeman dalam
Taylor dan Stanton, 2007; Folkman et al dalam Brannon dan Feist, 2013; Fryor dalam Hoeman, 2008; serta Geldard dan Geldard, 2010).
Individu optimis mempunyai ekspektasi positif terhadap sesuatu hal (Scheier dan Carver dalam Hoeman 2008) dan lebih merasa didukung secara sosial serta mengalami tingkat depresi rendah dibandingkan dengan individu pesimis (Scheier dan Carver (dalam Morton et all 2014). Individu optimis lebih mampu untuk menyelesaikan permasalahan, membuat rencana atau mengelola secara lebih efektif permasalahan yang dihadapinya (Van Dinter, Dochy dan Segers dalam Morton, 2014).
(37)
Individu pesimis cenderung mempunyai ekspektasi rendah, merasa gagal dan mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi (Coving dalam Bembenutty, 2011). Oleh karena itu, individu optimis ketika berhadapan dengan stres lebih memilih untuk mengatasi peristiwa atau langsung mengubah situasi menjadi lebih baik, sedangkan individu pesimis tidak berusaha untuk menyelesaikan situasi stres. Demikian diasumsikan bahwa individu yang optimis akan mempunyai skor yang tinggi pada strategi
coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, self care, dan mencari
dukungan sosial. Individu yang pesimis diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu ruminasi, dan acting out.
Maddi (dalam Kardun, Knezevic, dan Krapic, 2012) menjelaskan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi terlibat secara aktif dalam menghadapi peristiwa di kehidupannya, baik peristiwa positif atau negatif. Di sisi lain, individu yang mempunyai hardiness rendah lebih cenderung untuk menarik diri dari situasi kehidupannya, mempersepsikan bahwa situasi tersebut merupakan ancaman dan tidak berusaha mengatasi atau menyelesaikan situasi tersebut. Kobasa dan Pucceti (dalam Thomasson et al, 2015) menyatakan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih mampu menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor sebagai tantangan yang harus dihadapi. Individu dengan hardiness yang tinggi juga mau terlibat dalam situasi apapun, sehingga lebih mampu mencari dukungan sosial dibandingkan dengan individu yang mempunyai
(38)
hardiness rendah. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi
coping adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care.
Individu yang mempunyai hardiness rendah mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
Individu yang memiliki self efficacy tinggi percaya terhadap kemampuannya sendiri untuk melakukan atau menyelesaikan segala sesuatu. Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi mampu melakukan coping efektif dalam menghadapi situasi atau stresor (Hoeman, 2008). Van Dinter, Dochy dan Segers (dalam Morton, 2014) menyatakan bahwa individu yang mempunyai self efficacy tinggi mampu menyelesaikan permasalahan, membuat perencanaan atau mengelola secara lebih efektif serta mempunyai ekspektasi lebih positif. Individu dengan self efficacy yang rendah ketika menghadapi stres (misal: stres akibat pekerjaan rumah) akan cenderung melakukan prokrastinasi dan memiliki pemikiran dan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri/ ruminasi (Burka, Schraw, Wadkins, Olafson dalam Bembenutty, 2011). Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang memiliki self efficacy tinggi mempunyai skor tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care, sedangkan individu yang memiliki self efficacy rendah diprediksi mempunyai skor tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
(39)
Rosenberg (dalam Rosenberg, Morris, dan Owens, 2001) menyatakan bahwa individu dengan harga diri tinggi bersikap menghargai dirinya dan merasa layak, bangga dan puas terhadap dirinya. Individu dengan harga diri rendah bersikap tidak menghargai dirinya, merasa bersalah, lemah dan merasa tidak berguna. Fairburn et al (dalam Bardone, Abramson, Vohs, dan Hatherton, 2000) menyatakan bahwa individu dengan harga diri rendah diasosiasikan dengan ketidakpuasan diri misalnya perilaku diet. Lebih lanjut, individu yang mempunyai harga diri rendah lebih ruminatif dibandingkan dengan individu yang mempunya harga diri tinggi (Neff, Vonk dalam Hill, 2011). Kuster, Orth dan Meier (2012) juga menyatakan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi ketika berhadapan dengan situasi stres merasa kompeten dan percaya diri untuk menghadapi situasi tersebut. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai harga diri rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
Individu dengan sense of coherence (SOC) kuat ketika berhadapan dengan stresor akan termotivasi untuk melakukan coping, mengatasi stresor, menghadapi stressor, percaya bahwa hal tersebut adalah tantangan. Sebaliknya individu dengan sense of coherence lemah ketika berhadapan dengan stres akan kurang termotivasi untuk mengatasi, menghadapi stresor
(40)
serta mengganggap bahwa stresor tersebut adalah ancaman (Antonovsky dalam Hoeman 2008). Individu dengan sense of coherence kuat mampu menghadapi stres karena individu tersebut mampu memahami peristiwa dan menemukan makna didalam setiap peristiwa yang dialami (Antonovsky dalam Tedeschi dan Calhoun, 2004). Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa individu yang mempunyai sense of coherence tinggi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai sense of coherence rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
Selanjutnya Hoeman (2008)mengungkapkan individu yang merasa menerima dukungan sosial akan menerima banyak dorongan dan nasehat kearah yang lebih baik atau sehat. Dukungan sosial juga memberikan penyangga bagi seseorang untuk menghadapi stres. Nolem dan Larson (dalam Tedeschi dan Calhoun, 2004) menyatakan individu dengan dukungan sosial rendah adalah orang yang melakukan coping ruminatif, karena individu tersebut merasa tidak nyaman untuk bercerita kepada orang lain. Lebih lanjut, Bolger, Zuckerner, dan Kessler (dalam Taylor et al, 2004) menyatakan bahwa dukungan sosial sering diasosiasikan dengan distres yang rendah karena individu mengekspresikan kebutuhannya kepada orang lain. Oleh karena itu diasumsikan bahwa individu yang mempunyai dukungan sosial tinggi diprediksi mempunyai skor yang tinggi
(41)
pada strategi coping yang bersifat adaptif yaitu stoicism, mencari dukungan sosial dan self care. Sedangkan individu yang mempunyai dukungan sosial rendah diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat maladaptif yaitu acting out dan ruminasi.
Berdasarkan uraian di atas diasumsikan bahwa sumber coping berkorelasi dengan strategi coping. Individu yang mempunyai sumber
coping (self esteem, hardiness, sense of coherence, self efficacy,
optimisme dan dukungan sosial) yang tinggi diprediksi mempunyai skor yang tinggi pada strategi coping yang bersifat adaptif (stoicsm, mencari dukungan sosial dan self care).
(42)
Sub bab ini menggambarkan skema penelitian korelasi sumber coping dan strategi coping
Korelasi Positif
Korelasi Negatif a. Harga Diri
b. Optimisme
c. Hardiness
d. Self efficacy
e. Sense of coherence
f. Dukungan Sosial
Strategi coping
Adaptif Coping
-Stoicism/distraction - Self care
- Mencari dukungan sosial.
Sumber Coping
Maladaptif Coping - Ruminasi - Acting Out
(43)
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy, sense of
coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi positif dengan strategi
coping adaptif (distraksi/stoicism, self care, dan mencari dukungan
sosial)
2. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy, sense of
coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi negatif dengan strategi
(44)
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan metode analisis data.
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi (Santoso, 2010) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sumber coping (optimisme, harga diri, self efficacy, hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial) dengan strategi coping pada remaja.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah 1. Variabel Pertama :
Variabel pertama dalam penelitian ini adalah sumber coping yang terdiri dari : harga diri, optimisme, personal hardiness,
self efficacy, sense of coherence dan dukungan sosial
2. Variabel Kedua :
Variabel kedua dalam penelitian ini adalah strategi coping yang terdiri dari : coping adaptif dan coping maladaptif.
(45)
A. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber Coping
Sumber coping adalah kekuatan dan kualitas yang mempengaruhi atau mendorong individu dalam memilih dan menggunakan coping. Sumber coping tersebut yaitu optimisme, self efficacy, personal
hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial diukur dengan
skala yang disusun oleh Rosenberg (1965), Scheier dan Carver (1994), Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer (1979), Kobasa Quellete (1985), Antonovsky (1987) serta Pracidano dan Heller (1983). Perolehan skor yang tinggi pada skala sumber coping menunjukkan bahwa subjek mempunyai sumber coping optimisme, harga diri, self
efficacy, personal hardiness, sense of coherence, dan dukungan sosial
yang tinggi, sedangkan perolehan skor yang rendah pada skala sumber
coping menunjukkan bahwa subjek mempunyai sumber coping
optimisme, harga diri, self efficacy, personal hardiness, sense of
coherence, dandukungan sosial yang rendah.
2. Strategi Coping
Strategi coping adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam meregulasi kognitif, emosi atau perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai sebagai beban yang melebihi sumber daya dari orang tersebut, yang diukur dengan skala
(46)
MACS (The Measure Coping Strategies) yang disusun oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014).
B. SUBJEK PENELITIAN
Subjek adalah remaja yang berusia 11 sampai 20 tahun (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Mereka adalah pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Ungaran, Jawa Tengah. Pemilihan subjek memakai metode non probability purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri tertentu yang berkaitan dengan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ary, Jacobs, Sorensen, Walker, 2014).
Peneliti menggunakan pusposive sampling sebagai metode pengambilan subjek karena peneliti mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk dijadikan sampel penelitian yaitu remaja usia 13-20 tahun yang berpendidikan. Pemilihan subjek tersebut dikarenakan remaja dengan pendidikan yang lebih tinggi diindikasikan lebih stress dibandingkan dengan remaja yang pendidikannya rendah. Remaja dengan pendidikan yang tinggi lebih mempunyai beban dan tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan dengan remaja yang pendidikannya rendah (Suldo et all, 2009).
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan adalah metode survei. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sumber coping yang terdiri dari skala harga diri, skala self efficacy, skala sense of coherence, skala
(47)
optimisme, skala hardiness, dan skala dukungan sosial. Peneliti berpedoman dan mengadaptasi skala sumber coping dari Rosenberg Self
Estem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh Rosenberg, General Self
Efficacy (GSE) yang dikembangkan oleh Matthias Jerusalem dan Ralf
Schwarzer (1979) berdasarkan teori bandura, Sense of Coherence (SOC) versi 29 yang dikembangkan oleh Antonovsky (1987), Life Orientation Test (1994) dikembangkan oleh Scheier dan Carver (1994), Hardiness
Scale dikembangkan oleh Kobasa Quellete (1985), dan Perceived Social
Support dikembangkan oleh Pracidano dan Heller (1983).
Skala strategi coping yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang diadaptasi dari The Measure Adolescent Coping Scale (MACS) yang dikembangkan oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) berdasarkan teori coping Lazarus dan Folkman (1984).
Skala sumber coping dan strategi coping dalam penelitian ini menggunakan metode skala likert. Skala sumber coping optimisme menggunakan respon jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala sumber coping harga diri, self efficacy,
hardiness dan sense of coherence menggunakan respon jawaban sangat
setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala sumber coping dukungan sosial menggunakan respon jawaban ya, tidak dan tidak tahu. Skala strategi coping menggunakan respon sering, jarang, kadang-kadang dan tidak menggunakan.
(48)
D. ALAT PENGUMPULAN DATA
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Skala-skala sumber coping
a. Skala Harga Diri
Skala harga diri versi bahasa Indonesia diadaptasi dari Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, Morris dan Owens, 2001). Skala ini memuat 10 item yang menggunakan format likert dengan 4 kategori yang di skor 1 sampai 4. Kategori respon yang diberikan adalah: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan blue print skala harga diri.
Tabel 1
Skor Item Positif Skala Harga Diri
Respon Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
(49)
Tabel 2
Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Harga Diri 1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 , 10 10
Jumlah 10
b. Skala Optimisme
Skala optimisme diadaptasi dari Life Orientation Test
Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier dan Carver
(Scheier dan Bridges, 1994). Life Orientation Test Revised berisi 10 item yang menggunakan format likert dengan 5 kategori respon yang di skor 0 sampai 4. Kategori respon yang diberikan adalah: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan blue print skala optimisme.
(50)
Tabel 3
Skor Item Positif Skala Optimisme
Respon Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Netral 2
Tidak Setuju 1
Sangat Tidak Setuju 0
Tabel 4
Skor Item Negatif Skala Optimisme
Respon Skor
Sangat Setuju 0
Setuju 1
Netral 2
Tidak Setuju 3
(51)
Tabel 5
Blue Print Skala Optimisme Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Optimisme 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10
c. Skala Hardiness
Skala Hardiness dikembangkan oleh Kobasa Quellete (Yamauchi, 2013). Skala Hardiness memuat 12 item yang menggunakan format likert dengan 4 kategori yang di skor 1 sampai 4. Kategori respon yang diberikan adalah: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Tabel 6
Skor Item Positif Skala
Respon Skor
Sangat Setuju 3
Setuju 2
Tidak Setuju 1
(52)
Tabel 7
Blue Print Skala Hardiness Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Kontrol 1, 7, 2, 8 4
2 Komitmen 3, 9, 4, 10 4
3 Tantangan 5, 11, 6, 12 4
Jumlah 12
d. Skala Self Efficacy
Skala Self Efficacy diadaptasi dari General Self Efficacy scale (GSE) dikembangkan oleh Matthias Jerusalem and Ralf Schwarzer (Schwarzer dan Jerusalem, 1995). General Self
Efficacy scale berisi 10 item dengan 4 respon yaitu sangat
setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. GeneralSelf
Efficacy scale telah diadaptasi kedalam 25 bahasa, termasuk
indonesia dengan koofisien internal berkisar antara 0,78 sampai 0,91 (Juárez dan Contreras, 2008).
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan blue print skala Self Efficacy.
(53)
Tabel 8
Skor Item Positif Skala Self Efficacy
Respon Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 9
Blue Print Skala Self Efficacy Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Self Efficacy 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
Jumlah 10
e. Skala Sense of Coherence
Skala Sense of Coherence diadaptasi dari Sense of
Coherence scale (SOC) versi 29 item yang dibuat oleh
Antonovsky (Jegges dan Varga, 2006). SOC berisi 29 item dengan menggunakan format rating dari rentang 1-5.
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan blue print skala Sense Of Coherence.
(54)
Tabel 10
Skor Item Positif Skala Sense of Coherence
Respon Skor
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
Tabel 11
Skor Item Negatif Skala Sense of Coherence
Respon Skor
5 1
4 2
3 3
2 4
(55)
Tabel 12
Blue Print Skala Sense of Coherence Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah
Item
1 Comprehensibility 1, 3, 5, 10, 12, 15, 17, 21,
24, 26
10
2 Manageability 2, 6, 9, 13, 18, 20, 23, 25,
27, 29
10
3 Meaning 4, 7, 8, 11, 14, 16, 19, 22, 28 9
Jumlah 29
f. Skala Dukungan Sosial
Skala dukungan sosial diadaptasi dari Perceive Social
Support Scale (PSSS) yang dikembangkan oleh Pracidano dan
Heller (1983 dalam Lopez dan Cooper, 2011). Skala PSSS berisi 20 item dengan respon jawaban ya dan tidak.
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan Blue Print skala Dukungan Sosial (PSSS).
(56)
Tabel 13
Skor Item Positif Skala Dukungan Sosial
Respon Skor
Ya 1
Tidak 0
Tidak Tahu 0
Tabel 14
Blue Print Skala Dukungan Sosial Sebelum Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Dukungan Sosial 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
20
Jumlah 20
2. Skala Strategi Coping
Skala strategi coping dalam penelitian ini diadaptasi dari The
Measure Adolescent Coping Strategies (MACS). The Measure
Adolescent Coping Strategies (MACS) adalah instrumen yang
dikembangkan oleh Sigrun Sveinbjornsdottir (2014) berdasarkan teori
coping Lazarus dan Folkman (1984). Skala MACS berisi 34 item
dengan 4 respon yaitu sering, jarang, kadang-kadang dan tidak menggunakan. Tujuan penggunaan skala ini untuk melihat
(57)
kecenderungan remaja menggunakan strategi coping yang adaptif atau maladaptif dalam menghadapi stres.
Berikut merupakan tabel pemberian skor dan Blue Print skala strategi
coping MACS.
Tabel 15
Skor Item Positif Skala Strategi Coping MACS
Respon Skor
Sering 3
Jarang 2
Kadang-kadang 1
Tidak Menggunakan 0
Tabel 16
Blue Print Skala Strategi Coping MACS Sebelum Seleksi Item
No Jenis Strategi Coping Item Jumlah
Item
1 Stoicism/ Distraksi 9, 11, 13, 14, 17, 24, 27,
28
8
2 Acting out 3, 10, 16, 22, 23, 26 6
3 Ruminasi 5, 7, 18, 31, 32, 33 6
4 Mencari dukungan sosial 2, 6, 8, 19, 25, 30, 34 7
5 Self care 1, 4, 12, 15, 20, 21, 29 7
(58)
E. VALIDITAS, SELEKSI ITEM, DAN RELIABILITAS 1. Uji Validitas
Validitas merupakan penjelasan mengenai sejauhmana alat ukur mampu mengukur secara tepat dan cermat dalam melaksanakan fugsi ukurnya (Azwar, 2003). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi sebagai validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoretik yang hendak diukurnya (Allen dan Yen dalam Azwar, 2003).
Pengujian validitas konstuk ini menggunakan SPSS degan mencari koefisien korelasi item total. Pengujian validitas isi pada skala sumber coping dan strategi coping melalui langkah sebagai berikut :
Item-item skala sumber coping diadaptasi dari item-item
Rosenberg Harga diriscale (RSE) yang dibuat oleh Rosenberg (1965),
Life Orientation Test Revised (LOT-R) yang dibuat oleh Scheier dan
Carver (1994), Hardiness Scale yang dibuat oleh Kobasa Quellete (1987), General Self Efficacy scale (GSE) yang dibuat oleh Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer (1979), Sense of Coherence Scale (SOC) yang dibuat oleh Antonovsky (1987), dan Perceive Social
Support (PSSS) yang dibuat oleh Pracidano dan Heller (1983).
(59)
skala self efficacy menghasilkan 10 item yang memuaskan dari 10 item, skala dukungan sosial teman menghasilkan 20 item yang memuaskan dari 20 item, dan skala sense of coherence menghasilkan 29 item yang memuaskan dari 29 item. Seleksi item pada skala strategi coping MACS menghasilkan 34 item yang memuaskan dari 34 item. Berikut ini merupakan tabel blue print dari skala sumber
coping dan skala strategi coping MACS.
Tabel 17
Blue Print Skala Optimisme Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Optimisme 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10
Tabel 18
Blue Print Skala Self Efficacy Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Self Efficacy 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
Jumlah 10
Tabel 19
Blue Print Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Harga Diri 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
(60)
Tabel 20
Blue Print Skala Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Dukungan Sosial 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20
20
Jumlah 20
Tabel 21
Blue Print Skala Sense of Coherence Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Comprehensibility 1, 3, 5, 10, 12, 15, 17, 21,
24, 26
10
2 Manageability 2, 6, 9, 13, 18, 20, 23, 25,
27, 29
10
3 Meaning 4, 7, 8, 11, 14, 16, 19, 22,
28
9
(61)
Tabel 22
Blue Print Skala Hardiness Setelah Seleksi Item
No Skala Item Jumlah Item
1 Kontrol 1, 7, 2, 8 4
2 Komitmen 3, 9, 4, 10 4
3 Tantangan 5, 11, 6, 12 4
Jumlah 12
Tabel 23
Blue Print Skala Strategi Coping MACS Setelah Seleksi Item
No Jenis Strategi Coping Item Jumlah Item
1 Stoicism/ Distraksi 9, 11, 13, 14, 17, 24, 27,
28
8
2 Acting out 3, 10, 16, 22, 23, 26 6
3 Ruminasi 5, 7, 18, 31, 32, 33 6
4 Mencari dukungan sosial 2, 6, 8, 19, 25, 30, 34 7
5 Self care 1, 4, 12, 15, 20, 21, 29 7
Jumlah 34
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keterpercayaan atau konsistensi hasil alat ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2012). Reliabilitas dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan
(62)
koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Azwar (2003) menyatakan suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien
alpha minimal 0,60.
Penghitungan reliabilitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan penghitungan statistik melalui program SPSS for
windows versi 16.00. Berikut merupakan penjabaran penghitungan
reliabilitas skala sumber coping dan strategi coping. 1. Skala Sumber Coping
Koefisien alpha yang diperoleh dari masing-masing skala sumber coping adalah sebagai berikut :
a. Skala Optimisme : 0,778
b. Skala Self Efficacy : 0,759 c. Skala Harga Diri : 0,737 d. Skala Dukungan Sosial : 0,741 e. Skala Sense of Coherence : 0,732 f. Skala Hardiness : 0,695
Koefisien alpha di atas menunjukkan bahwa reliabilitas skala sumber coping memiliki reliabilitas yang cukup tinggi.
2. Skala Strategi Coping MACS
Koefisien alpha skala strategi coping MACS sebesar 0,743. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas skala strategi
(63)
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek, hasil penelitian dan pembahasan.
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Uji coba dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015. Peneliti menyebarkan 46 skala pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian dilaksanakan pada hari Senin-Kamis, tanggal 6-16 Juli 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti dan dibantu asisten. Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu skala sumber coping dan skala strategi coping. Pemberian skala kepada subjek dilakukan dengan sistem urutan skala sumber coping-strategi coping dan skala strategi
coping-sumber coping. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kesalahan. Peneliti dan asisten peneliti menyebarkan 100 skala kepada 100 subjek.
B. DESKRIPSI SUBJEK
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah 100 remaja yang terdiri dari 50 remaja laki-laki dan 50 remaja perempuan. Subjek penelitian sebagian besar berusia 20 tahun.
(64)
Tabel 25
Berikut merupakan tabel deskripsi subjek penelitian
No Jenis
Kelamin
Usia Jumlah
17 18 19 20
1 Laki-laki - 6 17 27 50
2 Perempuan 2 9 10 29 50
A. HASIL PENELITIAN
Sebelum melakukan uji analisis data, peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji linearitas (Santoso, 2010).
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi data bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov test yang terdapat pada program
SPSS versi 16.00. Distribusi data dikatakan normal apabila nilai
p>0,05 (Santoso, 2010) Tabel 26
(65)
b
erdasarkan hasil tersebut di atas didapatkan taraf signifikansi variabel sumber coping optimisme sebesar 0,000 (p<0,05),
self-efficacy sebesar 0,000 (p<0,05), harga diri sebesar 0,141 (p<0,05),
hardiness sebesar 0,208 (p<0,05), dukungan sosial sebesar 0,145
(p<0,05) dan sense of coherence sebesar 0,128 (p>0,05). Angka tersebut menunjukkan bahwa distribusi data optimisme, self
efficacy, hardiness, dukungan sosial dianggap tidak normal,
sedangkan sense of coherence dianggap normal. Pada variabel strategi coping distraksi didapatkan taraf signifikansi sebesar 0,000
Kolmogorov-Smirnov p
(2-tailed)
Optimisme 0,172 0,000
Self efficacy 0,161 0,000
Harga Diri 0,141 0,000
Hardiness 0,208 0,000
Sense of coherence 0,079 0,128
Dukungan sosial 0,145 0,000
Distraksi 0,138 0,000
Acting out 0,212 0,000
Ruminasi 0,188 0,000
Mencari dukungan sosial 0,135 0,000
(66)
(p<0,05), acting out sebesar 0,000 (p<0,05), ruminasi sebesar 0,000 (p<0,05), mencari dukungan sosial sebesar 0,000 (p<0,05)
dan self care sebesar 0,003 (p<0,05). Angka-angka tersebut
menunjukkan bahwa distribusi data dianggap tidak normal. b. Uji Linearitas
Uji Linearitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah antarvariabel yang akan dianalisis memiliki hubungan linear atau tidak (Santoso, 2010). Uji linearitas penelitian ini dilakukan dengan menggunakan test for linearity dalam SPSS versi 16.00. Apabila nilai signifikansi pada linearity yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka, variabel tersebut dianggap linear. Apabila nilai signifikansi pada linearity yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka, variabel tersebut dianggap tidak linear.
(67)
Tabel 27
Berikut merupakan hasil uji linearitas variabel penelitian.
F
p(2-tailed)
Optimisme*Distraksi 30,443 0,000
Self efficacy*Distraksi 22,164 0,000
Harga Diri*Distraksi 25,959 0,001
Hardiness*Distraksi 23,957 0,000
Sense of coherence*Distraksi 16,905 0,000
Dukungan Sosial*Distraksi 33,888 0,000
Optimisme* Acting out 61,714 0,000
Self efficacy* Acting out 64,587 0,000
Harga Diri* Acting out 49,757 0,000
Hardiness* Acting out 68,432 0,000
Sense of coherence* Acting out 39,063 0,000
Dukungan Sosial* Acting out 37,869 0,000
Optimisme* Ruminasi 41,469 0,000
Self efficacy* Ruminasi 53,512 0,000
Harga Diri* Ruminasi 39,350 0,000
Hardiness* Ruminasi 88,476 0,000
Sense of coherence* Ruminasi 26,487 0,000
(68)
berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan liniear antara sumber coping (optimisme, harga diri,
sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial)
dengan strategi coping adaptif (stoicsm, mencari dukungan sosial
dan self care) dan coping maladaptif (ruminasi dan acting out).
Optimisme* Mencari dukungan social 35,283 0,000
Self efficacy* Mencari dukungan social 31,774 0,000
Harga Diri* Mencari dukungan social 32,447 0,000
Hardiness* Mencari dukungan social 28,839 0,000
Sense of coherence* Mencari dukungan sosial 18,257 0,000
Dukungan Sosial* Mencari dukungan sosial 23,866 0,000
Optimisme* Self care 38,040 0,000
Self efficacy* Self care 47,185 0,000
Harga Diri* Self care 25,034 0,000
Hardiness* Self care 12,988 0,001
Sense of coherence* Self care 17,708 0,000
(69)
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi Spearman Rho pada SPSS for Windows Versi
16.00 karena sebagian besar data tidak berdistribusi normal. Pengujian
korelasi ini akan menguji variabel sumber coping (optimisme, harga diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial) dengan strategi coping adaptif (stoicsm, mencari dukungan sosial dan
self care) dan coping maladaptif (ruminasi dan acting out).
Pengujian korelasi kedua variabel dilakukan dengan cara membandingkan probability value (p) dengan tingkat signifikansi (a). Nilai a yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Jika nilai p<a, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (Santoso, 2010). Berikut merupakan hasil dari uji korelasi penelitian ini.
(70)
H a s
Tabel 27. Hasil Korelasi
Distraksi
Actingou t
Rumina
si SeekingSS SelfCare Optimisme Correlation
Coefficient .399 **
-.396** -.293** .415** .429** Sig.
(2-tailed) .000 .000 .003 .000 .000
N 100 100 100 100 100
Self_Effica cy
Correlation
Coefficient .293 **
-.455** -.309** .368** .426** Sig.
(2-tailed) .003 .000 .002 .000 .000
N 100 100 100 100 100
HargaDiri Correlation
Coefficient .396 **
-.332** -.260** .382** .291** Sig.
(2-tailed) .000 .001 .009 .000 .003
N 100 100 100 100 100
Hardiness Correlation
Coefficient .334 **
-.441** -.458** .367** .251** Sig.
(2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
SOC Correlation
Coefficient .300 **
-.322** -.216* .305** .272** Sig.
(2-tailed) .002 .001 .031 .002 .006
N 100 100 100 100 100
PSS Correlation
Coefficient .366 **
-.199* -.300** .293** .402** Sig.
(2-tailed) .000 .047 .002 .003 .000
(71)
Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman Rho menunjukkan bahwa sumber coping optimisme berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,399), mencari dukungan sosial (0,415), dan self care (0,429), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping acting out (-0,396) dan ruminasi (-0,293). Sumber coping self efficacy berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,293), mencari dukungan sosial (0,368), dan self care (0,426), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping acting out (-0,455) dan ruminasi (-0,309).
Sumber coping harga diri berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,396), mencari dukungan sosial (0,367), dan self care (0,291), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping acting out (-0,332) dan ruminasi (-0,260). Sumber coping hardiness berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan strategi coping distraksi (0,334), mencari dukungan sosial (0,367),
dan self care (0,251), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05)
dengan strategi coping acting out (-0,441) dan ruminasi (-0,458). Sumber
sense of coherence berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan
strategi coping distraksi (0,300), mencari dukungan sosial (0,305), dan self
care (0,272), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan
strategi coping acting out (-0,322) dan ruminasi (-0,216). Sumber coping dukungan sosial berkorelasi positif secara signifikan (p<0,05) dengan
(72)
strategi coping distraksi (0,366), mencari dukungan sosial (0,293), dan self
care (0,402), serta berkorelasi negatif secara signifikan (p<0,05) dengan
strategi coping acting out (-0,199) dan ruminasi (-0,300).
B. PEMBAHASAN
Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman Rho menunjukkan bahwa sumber coping secara signifikan berkorelasi positif dengan strategi coping yang bersifat adaptif (stoicism/distraksi, mencari dukungan sosial dan self care) serta berkorelasi negatif dengan strategi coping yang bersifat maladaptif (ruminasi dan acting out) (p<0,05).
Hasil tersebut menerangkan bahwa individu yang mempunyai sumber coping optimisme, self efficacy, harga diri, hardiness, sense of
coherence, dan dukungan sosial yang tinggi cenderung menggunakan
coping yang adaptif (stoicism/ distraksi, self care, dan mencari dukungan
sosial). Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian-penelitian Van Dinter, Dochy dan Segers (dalam Morton, 2014), Bolger, Zuckerner, dan Kessler (dalam Taylor et al, 2004), Antonovsky (dalam Hoeman, 2008), Kuster, Orth dan Meier (2012), serta Kobasa dan Pucceti (dalam Thomasson et al, 2015).
Van Dinter, Dochy dan Segers (dalam Morton, 2014) menyimpulkan bahwa individu yang mempunyai self efficacy dan optimisme tinggi mampu menyelesaikan permasalahan, membuat perencanaan atau mengelola secara lebih efektif serta mempunyai ekspektasi lebih positif.
(73)
Bolger, Zuckerner, dan Kessler (dalam Taylor et al, 2004) mengungkapkan bahwa dukungan sosial sering diasosiasikan dengan distres yang rendah karena individu mengekspresikan kebutuhannya kepada orang lain. Antonovsky (dalam Hoeman, 2008) menyatakan bahwa individu dengan sense of coherence (SOC) kuat ketika berhadapan dengan stresor akan termotivasi untuk melakukan coping, mengatasi stresor, menghadapi stresor; percaya bahwa hal tersebut adalah tantangan. Kuster, Orth dan Meier (2012) juga menerangkan bahwa individu yang mempunyai harga diri tinggi ketika berhadapan dengan situasi stres merasa kompeten dan percaya diri untuk menghadapi situasi tersebut. Selanjutnya, Kobasa dan Pucceti (dalam Thomasson et al, 2015) mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih mampu menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Hasil ini juga menunjukkan korelasi tertinggi terdapat antara sumber
coping hardiness dan strategi coping ruminasi sebesar – 0,458. Hal ini
berarti sumber coping hardiness mempunyai kekuatan paling besar untuk mendorong individu tidak menggunakan strategi coping ruminatif. Hasil ini didukung oleh Kobasa dan Pucceti (dalam Thomasson et al, 2015) yang menyatakan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih mampu menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor sebagai tantangan yang harus dihadapi. Lebih lanjut, hardiness mempunyai komponen tantangan yang mendorong individu tidak melakukan ruminasi,
(74)
namun individu tersebut akan menerima secara natural suatu peristiwa sebagai bagian dari hidup dan peluang untuk belajar serta mengembangkan diri.
Korelasi terendah terdapat antara sumber coping dukungan sosial dan
acting out sebesar -0,199. Hal ini berarti dukungan sosial mempunyai
kekuatan paling lemah untuk mendorong individu tidak menggunakan strategi acting out. Hasil ini didukung oleh Servellen (2009) yang menyatakan bahwa banyaknya dukungan sosial tidak selalu adekuat mendorong penggunaan coping adaptif. Namun kualitas dari dukungan sosial juga ikut menentukan.
Penelitian ini menemukan hasil tidak terduga (serendipity) bahwa 8% subjek remaja laki-laki maupun perempuan masih cenderung menggunakan coping maladaptif. Hasil ini didukung oleh Drug and
Alchohol Rehab Asian (DARA-Alchohol Rehab) Thailand yang
mengungkapkan bahwa remaja memilih menggunakan coping maladaptif karena coping tersebut dinilai sebagai coping yang sementara waktu efektif untuk mengatasi masalah.
(75)
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan saran.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan :
1. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy,
sense of coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi positif
dengan strategi coping adaptif (distraksi/stoicism, self care, dan mencari dukungan sosial)
2. Sumber coping (optimisme, hardiness, harga diri, self efficacy,
sense of coherence, dan dukungan sosial) berkorelasi negatif
dengan strategi coping maladaptif (ruminasi dan acting out).
B. Keterbatasan Penelitian
1. Try out skala dilakukan di Yogyakarta sedangkan pengambilan data
penelitian di Ungaran dengan kemungkinan kualitas pendidikan yang berbeda di kedua tempat.
C. Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Hendaknya subjek try out dan pengambilan data yang berasal dari tingkat pendidikan yang sama juga berasal dari daerah yang sama.
(76)
1. Bagi Remaja
a. Remaja disarankan untuk mengembangkan sumber coping optimisme, self efficacy, hardiness, sense of coherence, harga diri dan dukungan sosial agar mampu menghasilkan strategi coping yang lebih adaptif dengan cara pembekalan diri mengenai pengetahuan sumber coping diri dan penyadaran diri.
2. Bagi Pendamping Remaja
a. Pendamping remaja disarankan untuk memahami sumber coping (optimisme, self efficacy, hardiness, sense of coherence, harga diri dan dukungan sosial) dan mengembangkan sumber coping pada remaja agar mampu mendorong remaja untuk mengembangkan strategi coping yang lebih adaptif dengan cara pembekalan pengetahuan serta pembinaan mengenai sumber coping.
(77)
DAFTAR PUSTAKA
Alcoholrehab.com. Why Alcohol & Drug Rehab in Thailand?.
http://alcoholrehab.com/why-alcohol-rehab-thailand/ . Diunduh pada tanggal 19 Maret 2015.
Artiyono, S. (2015). 9 Pekerja yang paling stress di tahun 2015. Brilio.net. http://www.brilio.net/life/9-pekerjaan-yang-paling-stres-di-tahun-2015-profesi-stres-2015-1504077.html. Diunduh pada tanggal 19 Maret 2015. Ary, D., Jacobs, L. C., Sorensen, C., & Walker, D. A. (2014). Introduction To
Research In Education. Wardworth: Nelson Education, Ltd.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bardone, A. M., Abramson, L. Y., Vohs, K. D., Hatherton, T. F., & Joiner, T. E.
(2000). The confluence of perfectionism, body dissastisfaction and low self esteem predicts bulimic symptoms. Behavior Therapy, 31, 265-280.
Bembenutty, H. (2011). Meaningful and maladaptive homework practices: The role of self efficacy and self regulation. Journal of Advanced Academics, 22, 3, 448-473.
Brannon, L., Feist, J. (2013). Health Psychology: An Introduction to Behavior and
Health. Wadswort: Nelson Education Ltd.
Carver, C. S., & Smith, J. C. (2010). Personality and coping. Annu. Rev. Psychol,
61,679-704.
Compas, B. E., Smith, J. K., Saltzman, H., Thomsen, A. H., & Wadsworth, M. E. (2001). Coping with stress during childhood and adolescence: Problem, progress, and potential in theory and research. Psychological Bulletin, 127,
1, 87-127.
CYFAR Life Skills Project at Texas A&M. (1965). Rosenberg self esteem scale. https://cyfernetsearch.org/sites/default/files/PsychometricsFiles/Self-esteem%20scale,%20Rosenberg%20(high%20school)_0.pdf. Diunduh pada tanggal 19 Maret 2015.
(1)
132
Dukungan_Sosial Linearity 307.453 1 307.453 56.304 .000
Deviation from
Linearity 356.864 11 32.442 5.941 .000
Within Groups 475.073 87 5.461
Total 1139.390 99
SeekingSS * Dukungan_Sosial
Between Groups (Combined) 842.486 12 70.207 6.013 .000
Linearity 278.682 1 278.682 23.866 .000
Deviation from
Linearity 563.804 11 51.255 4.390 .000
Within Groups 1015.874 87 11.677
Total 1858.360 99
SelfCare *
Dukungan_Sosial
Between Groups (Combined) 662.196 12 55.183 6.297 .000
Linearity 319.489 1 319.489 36.458 .000
Deviation from
Linearity 342.707 11 31.155 3.555 .000
Within Groups 762.394 87 8.763
Total 1424.590 99
(2)
133
ANOVA Tabel
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Distraksi * SOC Between Groups (Combined) 1525.857 39 39.125 1.995 .008
Linearity 331.510 1 331.510 16.905 .000
Deviation from
Linearity 1194.346 38 31.430 1.603 .050
Within Groups 1176.583 60 19.610
Total 2702.440 99
Actingout * SOC Between Groups (Combined) 678.733 39 17.403 3.016 .000
Linearity 225.440 1 225.440 39.063 .000
Deviation from
Linearity 453.294 38 11.929 2.067 .006
(3)
134
Within Groups 346.267 60 5.771
Total 1025.000 99
Ruminasi * SOC Between Groups (Combined) 784.307 39 20.110 3.398 .000
Linearity 156.752 1 156.752 26.487 .000
Deviation from
Linearity 627.555 38 16.515 2.791 .000
Within Groups 355.083 60 5.918
Total 1139.390 99
SeekingSS * SOC Between Groups (Combined) 1189.177 39 30.492 2.734 .000
Linearity 203.616 1 203.616 18.257 .000
Deviation from
Linearity 985.561 38 25.936 2.325 .002
Within Groups 669.183 60 11.153
Total 1858.360 99
SelfCare * SOC Between Groups (Combined) 843.773 39 21.635 2.235 .002
Linearity 171.419 1 171.419 17.708 .000
Deviation from
Linearity 672.354 38 17.694 1.828 .018
Within Groups 580.817 60 9.680
Total 1424.590 99
(4)
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Distraksi .138 100 .000 .945 100 .000
Actingout .212 100 .000 .910 100 .000
Ruminasi .188 100 .000 .897 100 .000
SeekingSS .135 100 .000 .947 100 .001
SelfCare .112 100 .003 .971 100 .026
Optimisme .172 100 .000 .892 100 .000
Self_Efficacy .161 100 .000 .891 100 .000
HargaDiri .141 100 .000 .966 100 .011
Hardiness .208 100 .000 .882 100 .000
SOC .079 100 .128 .973 100 .039
Dukungan_Sosial .145 100 .000 .923 100 .000
a. Lilliefors Significance Correction
13
(5)
Uji Hipotesis Correlations Distraksi Actingou t Rumina
si SeekingSS SelfCare spear
man
Optimisme Correlation
Coefficient .399 **
-.396** -.293** .415** .429** Sig.
(2-tailed) .000 .000 .003 .000 .000
N 100 100 100 100 100
Self_Effica cy
Correlation
Coefficient .293 **
-.455** -.309** .368** .426** Sig.
(2-tailed) .003 .000 .002 .000 .000
N 100 100 100 100 100
HargaDiri Correlation
Coefficient .396 **
-.332** -.260** .382** .291** Sig.
(2-tailed) .000 .001 .009 .000 .003
N 100 100 100 100 100
Hardiness Correlation
Coefficient .334 **
-.441** -.458** .367** .251** Sig.
(2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
SOC Correlation
Coefficient .300 **
-.322** -.216* .305** .272** Sig.
(2-tailed) .002 .001 .031 .002 .006
N 100 100 100 100 100
PSS Correlation
Coefficient .366 **
-.199* -.300** .293** .402** Sig.
(2-tailed) .000 .047 .002 .003 .000
13
(6)
N 100 100 100 100 100 **. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
13