HASIL PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 p0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan liniear antara sumber coping optimisme, harga diri, sense of coherence
, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial dengan strategi coping adaptif stoicsm, mencari dukungan sosial
dan self care dan coping maladaptif ruminasi dan acting out. Optimisme Mencari dukungan social
35,283 0,000
Self efficacy Mencari dukungan social
31,774 0,000
Harga Diri Mencari dukungan social 32,447
0,000 Hardiness
Mencari dukungan social 28,839
0,000 Sense of coherence
Mencari dukungan sosial 18,257 0,000
Dukungan Sosial Mencari dukungan sosial 23,866
0,000 Optimisme Self care
38,040 0,000
Self efficacy Self care
47,185 0,000
Harga Diri Self care 25,034
0,000 Hardiness
Self care 12,988
0,001 Sense of coherence
Self care 17,708
0,000 Dukungan Sosial Self care
36,458 0,000
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis korelasi Spearman Rho pada SPSS for Windows Versi 16.00
karena sebagian besar data tidak berdistribusi normal. Pengujian korelasi ini akan menguji variabel sumber coping optimisme, harga
diri, sense of coherence, self efficacy, hardiness dan dukungan sosial dengan strategi coping adaptif stoicsm, mencari dukungan sosial dan
self care dan coping maladaptif ruminasi dan acting out.
Pengujian korelasi kedua variabel dilakukan dengan cara membandingkan probability value p dengan tingkat signifikansi a.
Nilai a yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Jika nilai pa, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan
Santoso, 2010. Berikut merupakan hasil dari uji korelasi penelitian ini.
H a
s Tabel 27. Hasil Korelasi
Distraksi Actingou
t Rumina
si SeekingSS SelfCare
Optimisme Correlation Coefficient
.399 -.396
-.293 .415
.429 Sig. 2-
tailed .000
.000 .003
.000 .000
N 100
100 100
100 100
Self_Effica cy
Correlation Coefficient
.293 -.455
-.309 .368
.426 Sig. 2-
tailed .003
.000 .002
.000 .000
N 100
100 100
100 100
HargaDiri Correlation Coefficient
.396 -.332
-.260 .382
.291 Sig. 2-
tailed .000
.001 .009
.000 .003
N 100
100 100
100 100
Hardiness Correlation Coefficient
.334 -.441
-.458 .367
.251 Sig. 2-
tailed .001
.000 .000
.000 .000
N 100
100 100
100 100
SOC Correlation
Coefficient .300
-.322 -.216
.305 .272
Sig. 2- tailed
.002 .001
.031 .002
.006 N
100 100
100 100
100 PSS
Correlation Coefficient
.366 -.199
-.300 .293
.402 Sig. 2-
tailed .000
.047 .002
.003 .000
N 100
100 100
100 100
Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman Rho
menunjukkan bahwa sumber coping optimisme berkorelasi positif secara signifikan p0,05 dengan strategi coping distraksi 0,399,
mencari dukungan sosial 0,415, dan self care 0,429, serta berkorelasi negatif secara signifikan p0,05 dengan strategi coping acting out
-0,396 dan ruminasi -0,293. Sumber coping self efficacy berkorelasi positif secara signifikan p0,05 dengan strategi coping distraksi 0,293,
mencari dukungan sosial 0,368, dan self care 0,426, serta berkorelasi negatif secara signifikan p0,05 dengan strategi coping acting out
-0,455 dan ruminasi -0,309. Sumber coping harga diri berkorelasi positif secara signifikan
p0,05 dengan strategi coping distraksi 0,396, mencari dukungan sosial 0,367, dan self care 0,291, serta berkorelasi negatif secara signifikan
p0,05 dengan strategi coping acting out -0,332 dan ruminasi -0,260. Sumber coping hardiness berkorelasi positif secara signifikan p0,05
dengan strategi coping distraksi 0,334, mencari dukungan sosial 0,367, dan self care 0,251, serta berkorelasi negatif secara signifikan p0,05
dengan strategi coping acting out -0,441 dan ruminasi -0,458. Sumber sense of coherence
berkorelasi positif secara signifikan p0,05 dengan strategi coping distraksi 0,300, mencari dukungan sosial 0,305, dan self
care 0,272, serta berkorelasi negatif secara signifikan p0,05 dengan
strategi coping acting out -0,322 dan ruminasi -0,216. Sumber coping dukungan sosial berkorelasi positif secara signifikan p0,05 dengan
strategi coping distraksi 0,366, mencari dukungan sosial 0,293, dan self care
0,402, serta berkorelasi negatif secara signifikan p0,05 dengan
strategi coping acting out -0,199 dan ruminasi -0,300. B.
PEMBAHASAN
Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman Rho
menunjukkan bahwa sumber coping secara signifikan berkorelasi positif dengan strategi coping yang bersifat adaptif stoicismdistraksi,
mencari dukungan sosial dan self care serta berkorelasi negatif dengan strategi coping yang bersifat maladaptif ruminasi dan acting out
p0,05. Hasil tersebut menerangkan bahwa individu yang mempunyai
sumber coping optimisme, self efficacy, harga diri, hardiness, sense of coherence,
dan dukungan sosial yang tinggi cenderung menggunakan coping
yang adaptif stoicism distraksi, self care, dan mencari dukungan sosial. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian-penelitian Van Dinter,
Dochy dan Segers dalam Morton, 2014, Bolger, Zuckerner, dan Kessler dalam Taylor et al, 2004, Antonovsky dalam Hoeman, 2008, Kuster,
Orth dan Meier 2012, serta Kobasa dan Pucceti dalam Thomasson et al, 2015.
Van Dinter, Dochy dan Segers dalam Morton, 2014 menyimpulkan bahwa individu yang mempunyai self efficacy dan optimisme tinggi
mampu menyelesaikan permasalahan, membuat perencanaan atau mengelola secara lebih efektif serta mempunyai ekspektasi lebih positif.
Bolger, Zuckerner, dan Kessler dalam Taylor et al, 2004 mengungkapkan bahwa dukungan sosial sering diasosiasikan dengan
distres yang rendah karena individu mengekspresikan kebutuhannya kepada orang lain. Antonovsky dalam Hoeman, 2008 menyatakan bahwa
individu dengan sense of coherence SOC kuat ketika berhadapan dengan stresor akan termotivasi untuk melakukan coping, mengatasi stresor,
menghadapi stresor; percaya bahwa hal tersebut adalah tantangan. Kuster, Orth dan Meier 2012 juga menerangkan bahwa individu yang
mempunyai harga diri tinggi ketika berhadapan dengan situasi stres merasa kompeten dan percaya diri untuk menghadapi situasi tersebut. Selanjutnya,
Kobasa dan Pucceti dalam Thomasson et al, 2015 mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih mampu
menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Hasil ini juga menunjukkan korelasi tertinggi terdapat antara sumber coping
hardiness dan strategi coping ruminasi sebesar – 0,458. Hal ini
berarti sumber coping hardiness mempunyai kekuatan paling besar untuk mendorong individu tidak menggunakan strategi coping ruminatif. Hasil
ini didukung oleh Kobasa dan Pucceti dalam Thomasson et al, 2015 yang menyatakan bahwa individu yang mempunyai hardiness tinggi lebih
mampu menghadapi stres karena mereka mempersepsikan stresor sebagai tantangan yang harus dihadapi. Lebih lanjut, hardiness mempunyai
komponen tantangan yang mendorong individu tidak melakukan ruminasi,
namun individu tersebut akan menerima secara natural suatu peristiwa sebagai bagian dari hidup dan peluang untuk belajar serta mengembangkan
diri. Korelasi terendah terdapat antara sumber coping dukungan sosial dan
acting out sebesar -0,199. Hal ini berarti dukungan sosial mempunyai
kekuatan paling lemah untuk mendorong individu tidak menggunakan strategi acting out. Hasil ini didukung oleh Servellen 2009 yang
menyatakan bahwa banyaknya dukungan sosial tidak selalu adekuat mendorong penggunaan coping adaptif. Namun kualitas dari dukungan
sosial juga ikut menentukan. Penelitian ini menemukan hasil tidak terduga serendipity bahwa
8 subjek remaja laki-laki maupun perempuan masih cenderung menggunakan coping maladaptif. Hasil ini didukung oleh Drug and
Alchohol Rehab Asian DARA-Alchohol Rehab Thailand yang
mengungkapkan bahwa remaja memilih menggunakan coping maladaptif karena coping tersebut dinilai sebagai coping yang sementara waktu
efektif untuk mengatasi masalah.
56